Thread by @ngobrolinastral

Aku Fahmi, ini ceritaku saat bermain Jelangkung!

-A Thread-

Film Klab Astral: bit.ly/filmklabastrall
@bacahorror_id
@IDN_Horor
@JeroPoint
#ngobrolinastral #threadhorror #bacahorror

Aku ingin menceritakan pengalaman mistisku sewaktu kecil. Waktu itu, umurku 11 tahun. Aku tinggal di sebuah desa di daerah Jawa Timur. Kebiasaan kami kala itu setelah salat Magrib adalah bermain benteng atau perang sarung sambil menunggu waktu salat Isya.

Suatu hari, temanku Rozak mengajak Aku dan kedua temanku, Maman dan Agus, untuk bermain di rumah pamannya yang sedang kosong karena ditinggal merantau ke Jakarta. Sesampainya di sana, betapa terkejutnya kami karena Rozak ternyata membawa boneka jelangkung.

Aku langsung menolak. Permainan itu sangat berbahaya. Lagipula, sebentar lagi akan azan Isya, takutnya kami akan kena tulah karena meninggalkan salat hanya karena permainan berbahaya ini.

Rozak, Maman, dan Agus malah mengejekku penakut dan menyuruhku untuk pulang saja. Kesal aku diejek seperti itu. Aku akhirnya ikut bermain. Rozak menyuruhku untuk memegang boneka, sedangkan yang lain mulai membacakan ritual mantranya.

Awalnya, boneka tersebut terasa ringan. Namun, lama-kelamaan, aku merasa boneka tersebut semakin berat.

Aku mulai merasa tidak nyaman. Pikiranku seperti kosong. Aku kemudian melihat ketiga temanku itu. Mereka tidak lagi membaca mantra, tapi seperti menangis sambil memanggil namaku dengan panik. Aku mencoba menggerakkan mulutku, tapi entah kenapa seperti berat sekali.

Keanehan semakin menjadi, aku mulai merasa seperti terbang melayang. Ketika melihat ke bawah, tubuhku masih duduk terdiam. Di samping tubuhku, ada sosok besar yang dipenuhi rambut dengan mata merah dan gigi tajam penuh darah, sedang memeluk tubuhku.

Ia kemudian melihat ke arahku sambil tersenyum lebar.

Aku kemudian melihat sosok lain berlari masuk ke rumah bersama Agus. Aku mengenalnya. Itu Mas Jaka, kakak Agus. Ia langsung menendang boneka jelangkung tersebut dari tanganku. Aku langsung merasa ditarik turun ke bumi, kembali masuk ke dalam tubuhku.

Tak lama, aku tersadar. Tubuhku lemas luar biasa. Aku melihat Rozak, Maman, dan Agus dimarahi oleh para warga. Mereka bilang, kalau terlambat, rohku bisa ikut dibawa oleh makhluk tersebut dan dijadikan tumbal.