Kisah yg akan gw ceritakan malam ini sudah pernah diposting kira2 hampir satu tahun yg lalu, tapi akan gw coba repost dengan kemasan yg lebih bagus. Postingan pertama acak2an banget..😟
Gw punya tiga sahabat, namanya Ulez, Ali, dan Deddy. Kami memulai pertemanan sejak kecil, jadi banyak hal yg sudah dialami bersama, ada yang menyenangkan, banyak juga yg menyedihkan.
Dan tentu saja, kami juga banyak mengalami kejadian2 mistis yang cukup menyeramkan.
Kali ini gw akan cerita pengalaman yang kami alami di salah satu hotel di Jogja, terjadi pada suatu hari di akhir tahun 2007, dalam perjalanan darat ke Bali.
Perjalanan antara Cilegon - Bali yang cukup panjang memaksa kami untuk beristirahat di Jogja.
Pada awalnya, gak ada rencana untuk bermalam di Jogja. Tapi waktu itu ada informasi yang mengatakan bahwa jalan darat di antara Jateng dan Jatim sedang rawan rampok, kami gak mau ambil resiko dan ambil keputusan untuk menginap di Jogja satu malam,
Dan lanjut esok paginya..
~~~
Kemi berempat memang punya hobi yang sama, semuanya sangat menyukai melakukan perjalanan jauh, road trip mungkin istilahnya.
Apalagi kalau menuju tempat yang belum pernah dikunjungi, tempat yg asing. Menemukan suasana baru, lingkungan baru, pengalaman baru..
Seru..
Banyak pengalaman yang sangat menarik untuk diceritakan, tapi gak akan malam ini, kapan2 gw pasti cerita...:)
===
Singkat cerita, sekitar jam 10 malam kami sampai di Jogja.
Awalnya sempat berniat untuk numpang menginap di rumah salah satu teman SMU, tapi ternyata yg bersangkutan gak bisa dihubungi.
Akhirnya kami memutuskan untuk mencari hotel aja..
Waktu itu kebetulan sedang memasuki musim liburan akhir tahun, jadi agak susah untuk mendapatkan hotel..
Ada yang agak aneh, gw merasa malam itu "suasana" Jogja sedang gak enak, entah kenapa..
Ditambah, dengan kenyataan bahwa kami menemui kesulitan mendapatkan hotel.
Mungkin juga sudah lelah, setelah menempuh perjalanan belasan jam..
Entahlah..
Sudah beberapa kali kami menemukan hotel yg available dan sesuai dengan budget. Tapi karna suasananya kurang enak dan menyeramkan, akhirnya gak kami ambil.
Iya..hotelnya seram, nanti kapan2 gw cerita detail setiap hotelnya..
~~
Setelah cukup lama berputar2, sekitar jam 12 malam kami menemukan hotel yang letaknya pinggir kota Jogja, dan bukan di jalan utama lintas Jawa,
Hotel yg gw masih ingat namanya sampai saat ini. Tapi sekarang sudah di renovasi, bentuk bangunannya berubah total.
Kalau diperhatikan dari luar, hotel itu terlihat cukup besar, walaupun bukan bangunan bertingkat.
Hanya memiliki satu jalan masuk, yaitu melalui pintu di depan lobby.
Dan yg sudah jelas terlihat, bangunan hotel terlihat sudah cukup tua..
Kami parkir mobil di halaman yg cukup luas, pagar putih mengelilingi bangunan dengan pintu besi hitam sebagai gerbang utama.
Terlihat ada dua pohon besar di sisi kanan dan kiri. Pencahayaan sangat kurang, membuat suasana terlihat sedikit kelam.
Karna badan sudah lelah dan mengantuk, dengan agak sedikit terpaksa, akhirnya kami ambil keputusan untuk menginap di hotel itu..
==
Setelah selesai urusan administrasi di lobby, kami berjalan menuju kamar.
Benar dugaan gw, bangunan hotel adalah bangunan tua dengan arsitektur Belanda. Langit2 yg cukup tinggi, tembok tebal bercat putih, ditambah dengan dengan perabotan antik menghiasi di setiap sudut ruangan.
Gini nih kalo terlalu malam, banyak "gangguan"..
Baru aja hp ngehang tiba2..
Maap...😣
Ok lanjut
Walaupun sudah larut, pegawai hotel yg hanya segelintir itu tetap melayani dengan ramah.
Agak mengherankan, karena sebelumnya beberapa kali kami menemukan hotel yang penuh pengunjung, tapi hotel ini terlihat sepi, masih banyak kamar yg kosong..
Lokasi kamar terletak sekitar 50 meter dari lobby, cukup jauh, karena memang berada pada paling ujung bangunan.
Posisi hampir seluruh kamarnya melingkar mengelilingi sebuah taman.
Taman terbuka yang cukup luas..
Yang cukup menarik perhatian, ada pohon besar dan rindang di tengah taman.
Entahlah itu pohon apa, karna pencahayaan yang kurang gw jadi gak bisa melihat dengan jelas.
Dibawahnya ada beberapa bangku taman..
Lorong yang kami lalui hanya dibantu dengan penerangan seadanya. Lantainya berlapis porselen tipe jaman dulu. Sepanjang jalan, tiang2 kayu berbentuk persegi manyangga atap yang menjadi satu kesatuan.
Beberapa saat kemudian kami pun sampai..
Kamar yang cukup besar, dengan dua tempat tidur kayu di dalamnya. Cukup untuk kami tidur berempat.
Posisi kamar persis menghadap taman tadi..
Di dalamnya kami sempat berbincang seru, sebelum akhirnya lelah dan kantuk memaksa untuk tidur.
Sialnya, gw malah masih segar, gak ngantuk sedikitpun, mungkin karena meminum dua gelas kopi sebelumnya.
Sedangkan Ulez Ali dan Deddy sudah pada posisi tidurnya masing2.
Seperti yg gw ceritakan di awal tadi, suasana Jogja malam itu terasa gak enak, gak tahu knapa.
Ketika kami sudah berada di dalam kamar pun keadaan tetap sama, suasananya gak enak, agak mencekam..
Perasaan gw mengatakan demikian..
Ditambah juga, dari awal masuk tadi, gak terlihat ada tamu hotel yang lain yang lalu lalang, sepertinya hanya kami tamu hotel yang menginap pada malam itu.
Atau mungkin sudah larut malam?
Jam sudah menunjukkan pukul satu malam, ketika gw lihat Ali dan Deddy sudah terlelap dalam tidurnya. Sedangkan gw masih terjaga, dan memaksa Ulez yg sudah terlihat mengantuk untuk menemani ngobrol.
Ditengah2 perbincangan, tiba2 suasana menjadi tambah hening,
Sangat senyap..
Gak ada suara sama sekali..
Perasaan gw mengatakan kalau sebentar lagi akan ada yang terjadi..
Dan benar saja, gak lama kemudian gw dan Ulez mendengar sesuatu..
Kami mendengar suara yang bersumber dari luar kamar..
Awalnya gw dan Ulez gak tahu itu suara apa, kami hanya saling berpandangan heran.
Beberapa saat kemudian gw bilang,
"Itu kok kaya suara kereta kuda lez.."
Ulez gak membantah, karna memang terdengar seperti suara kereta kuda yang tengah berjalan di lorong depan kamar.
Suaranya semakin lama semakin jelas, terdengar seperti berjalan dari seberang taman dan mengarah mendekati kamar.
Ulez sempat berniat untuk membuka tirai dan melihat ke luar. Tapi gw mencegahnya, dan menyarankan agar tetap diam di dalam kamar, dan menunggu.
Gw merinding, suara kereta kuda terdengar jelas.
Suasana benar2 mencekam..
Oh iya, secara logika, kereta kuda gak mungkin bisa masuk ke dalam lingkungan hotel. Karena pintu masuk hotel hanya bisa dilewati oleh manusia, kendaraan apapun gak akan bisa lewat, karena pintunya kecil.
Trus knapa tiba2 ada kereta kuda melintas di depan kamar?
==
Terdengar dari suaranya, kereta kuda sudah tepat berada di depan kamar, dan berhenti.
Reflek, gw langsung mematikan lampu..
Suasana kembali hening, tapi suara nafas dan ringkihan kuda terdengar jelas.
Mencekam, karna gw dan Ulez yakin kalau itu bukan kereta kuda biasa..
Dari tirai jendela kamar, terlihat bayangan yang berbentuk siluet dua kepala kuda bergerak2 yg sedang berdiri di luar.
Gw dan Ulez hanya terdiam gak berani berucap apa2.
Benar2 mencekam..
Tapi, sekitar 20 - 30 detik kemudian, kereta kuda itu terlihat mulai berjalan lagi..
Berjalan pelan menjauhi kamar, kemudian suaranya terdengar menjauh..
Semakin menjauh, sampai benar2 menghilang dan gak terdengar lagi..
==
Suasana kembali menjadi hening..
Ternyata cerita belum selesai..
Kami berdua sempat membahasnya sebentar sambil berbisik..
Setelah itu Ulez ngantuk berat, dan gak lama kemudian terlihat terlelap.
Sementara gw masih belum ngantuk juga..😖
Sudah pukul setengah dua, dan dikeheningan malam itu gw hanya bisa melamun gak jelas, menunggu kantuk yg gak kunjung datang.
Perasaan mengatakan kalau sesuatu akan terjadi sekali lagi. Suasana menjadi semakin gak enak,
Dan benar..
Dalam posisi rebahan terlentang di atas tempat tidur, gw melihat pintu kamar yang letaknya ada di sisi kiri tiba2 terbuka dengan sendirinya..
Terbuka perlahan..
Kaget gw melihatnya..
Tambah kaget lagi setelah pintu kamar benar2 terbuka..
~Knapa begitu Brii? 😖
Karena gw melihat seorang ibu setengah baya yang sedang berdiri diam tepat di depan pintu, manghadap ke dalam kamar.
Ibu itu berkebaya khas jawa, lengkap dengan sanggulnya.
Gw gak bisa berbuat apa2 saat itu, badan kaku dan gak bisa bicara sama sekali, seperti terhipnotis..
Jantung semakin berdegup kencang gak karuan, ketika tiba2 dia menolehkan wajahnya ke arah gw dan tersenyum.
Dalam ketakutan yg amat sangat, gw masih bisa tersenyum balik,
Jarak kami berdua hanya sekitar empat meter..
Beberapa detik kemudian, beliau mulai berjalan secara perlahan masuk ke dalam kamar.
Langkahnya seperti melayang...
Dan benar, gw melihat kakinya gak menyentuh lantai..😟
Berjalan ke arah toilet yang letaknya ada di sisi kanan..
Ketika ibu itu berjalan menuju toilet, gw hanya bisa memperhatikan, gak berani berbuat apapun. Itu salah satu 10 - 15 detik terlama yg pernah gw alami.
Dia berjalan pelan..
Kemudian menembus pintu toilet yang dalam keadaan tertutup, dan gak terlihat lagi..
Hilang..
===
Pada pagi harinya, gw terbangun karna mendengar suara teman2 lainnya yang sedang berbincang seru di teras kamar, langsung beranjak dari tempat tidur dan bergabung bersama mereka.
Gw gak langsung cerita tentang kejadian semalam, tapi gw bertanya sesuatu kepada mereka..
"Pintu kamar dalam posisi terkunci gak sih tadi pagi sewaktu kalian bangun tidur?"
Kompak mereka menjawab,
Iya..pintu dalam keadaan terkunci..
===
Kami check out pagi itu juga..
Ketika sedang berjalan keluar hotel dan melewati lobby, mata gw tertuju kepada lukisan besar yang terpampang pada dinding.
Lukisan seorang Ibu berkebaya khas jawa, perawakannya sangat mirip dengan ibu yg semalam masuk ke dalam kamar..
Gw langsung bertanya perihal lukisan itu ke mbak resepsionis,
"Itu siapa ya mbak?" Tanya gw sambil menunjuk ke arah lukisan,
"Oh..., itu pemilik dan pendiri hotel ini mas, sudah meninggal sekitar tahun 80an, pastinya saya kurang tahu.." jawab mbak itu menjelaskan..
☺️
===
Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Bali.
Dalam perjalanan itu, kami menemui beberapa kejadian yg aneh dan cukup menyeramkan. Nanti kapan2 gw cerita..:)
Kadang keadaan memaksa kita untuk menempati tempat tinggal baru. Sering kali, susahnya proses adaptasi harus ditambah dengan terpaan seram dari sisi gelap.
Ada teman yang mau berbagi cerita pengalaman ketika harus menempati rumah baru.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
Lagi-lagi, aku menemukan beberapa helai rambut panjang, entah ini sudah yang keberapa kali, kali ini aku menemukannya di depan lemari ruang tengah. Beberapa helai rambut ini kalau diukur dengan tubuh perempuan dewasa, kira-kira dari kepala sampai ke pinggul, panjang memang.
Apa yang aneh? Ya anehlah, karena di rumah gak ada seorang pun yang memiliki rambut sepanjang itu. Rambutku hanya sebatas pundak, itu pun jenisnya gak sama dengan rambut yang sudah beberapa kali kami temukan.
Gak memandang apa pekerjaan kita, “Mereka” akan datang dengan keseraman tanpa diduga, dengan berbagai bentuk yang gak tertebak.
Malam ini, simak pengalaman seorang supir travel di salah satu bagian Sumatera.
Hanya di sini, di Briistory…
***
~Lampung, Circa 1998~
“Hati-hati, Bang. udah malam ini, kenapa gak besok lagi ajalah nariknya.”
“Hehe, tanggung, Man. Setoran masih belum setengahnya ini, nanti bos marah.”
Nyaris jam sebelas malam, ketika aku masih berada di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Percakapan dengan Iman, rekan sejawat, sejenak membuyarkan lamunan.
Sejarah panjang dan kelam sering kali terungkap dalam senyap, tergambar oleh tarikan garis seram.
Satu sudut di Lembang, tersaji horor tempat pelatihan, seorang teman coba bercerita pengalaman seramnya di sana.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
Waktu seperti berhenti, udara sama sekali gak bergerak, suara detik jam yang tadinya samar terdengar tetiba gak ada lagi. Dalam gelap, aku terus memperhatikan ujung tangga, menunggu kira-kira siapa gerangan yang akan turun dari lantai atas.
Sementara itu, suara yang sepertinya bunyi langkah kaki, terus saja kedengaran, makin jelas, makin dekat.
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.
Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.
Simak di sini, hanya di Briistory.
***
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.