Orang langsing nggak akan tau perasaan orang gemuk.

Orang kaya nggak akan ngerti susahnya nggak punya uang.

Orang yang belum pernah ditinggal mati nggak akan paham sakitnya kehilangan selamanya.

Yang paling bisa dilakukan: mencoba untuk mengerti dan memaklumi

Itu tok.
Aku nggak gampang percayaan, termasuk ketika ada yang bilang: "Aku ngerti perasaanmu."

No, you don't. Unless you were me. Unless you'd been in my situation, in position.

BUT thank you, anyway, for trying. I wouldn't even blame you for not understanding, actually.
Jadi nggak usah marah juga ketika ada yang ngetawain karena kita gemuk, nangis berbulan-bulan karena ditinggal mati dsb. Mereka nggak ngerti rasanya, sedihnya, frustrasinya. Mungkin kita juga akan "sejahat" itu kalo jadi mereka.

Mereka nggak jahat. Mereka nggak ngerti.

:))
Semua orang memroses kemalangannya dengan cara yang berbeda. Ada yang dengan marah, nangis, ada yang (terlihat) tegar.

Kesedihan adalah tetap kesedihan, dan itu eksklusif milik yang merasakan. Orang lain hanya menonton, mendengar, sambil mencoba untuk merasakan.
Kalau pun gagal, itu bukan kesedihannya. Itu kesedihan kita.

Ada kepemilikan di setiap perasaan yang hadir, dan sebagai "pemilik", kita yang paling merasakan dan paling menanggung perasaan itu.

Perasaan kita bukan tanggung jawab orang lain, IMO.
Mari mengurusi perasaan masing-masing, seperti halnya kita minta orang lain berhenti mengurusi urusan kita.
Sepanjang kesedihan kita disikapi "wajar" oleh orang lain dan nggak di-bully, ya sudahlah. Nggak perlu nuntut macam-macam, nggak usah minta perlakuan istimewa.

Pengertian semacam itu nggak bisa dipaksakan, karena hanya bisa dimengerti ketika sudah mengalami sendiri.
Aku nggak ngerti kenapa ada orang yang segitunya manjain anak, sampai anaknya jadi bandel banget. Mungkin karena aku nggak pernah dimanja. Orangtuaku dulu keras. Selain itu, karena aku nggak punya anak.

Kurasa ini wajar, dan nggak bikin aku termasuk orang jahat.
Tapi aku marah ketika ada orang yang kurang ajar sama orangtuanya, karena aku pernah jadi anak dan aku ngurus orangtuaku sampai mereka meninggal.

Aku juga sangat sedih setiap ada anjing disiksa, karena pernah jadi ibunya 5 ekor anjing.
Aku nggak terlalu kasihan sama kucing, karena memang nggak pernah punya pengalaman dan ikatan batin dengan kucing.

Tapi yang punya kucing, pasti sayang banget sama kucingnya seperti aku sayang anjing-anjingku dulu.
Kunci punya empati itu cuma satu: pernah mengalami dan merasakan.

Pernah.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to 𝙠𝙖𝙠𝙖𝙠𝙤𝙣𝙞𝙝
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls (>4 tweets) are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!