Brii Profile picture
Oct 25, 2018 87 tweets 11 min read
Selamat malam..:)

kali ini gw akan menceritakan kisah yang dialami oleh salah satu anggota keluarga.

Sekali lagi gw ingatkan, jangan pernah membaca cerita di sini sendirian, pokoknya jangan ya..

*gambar yang ada hanya ilustrasi belaka. Sumber: google

#memetwit
@InfoMemeTwit
Ingat om Heri kan?

Om gw yang pernah jadi supir mobil pengantar jenazah di Semarang. Om yang juga banyak memiliki pengalaman aneh dan seram.

Nih kisah om heri sebelumnya, sekedar mengingatkan:
Malam ini, beliau akan cerita tentang pengalamannya saat bekerja di salah satu perusahaan perkebunan. Pekerjaan yang dia jalani setelah selesai bekerja pada rumah sakit, sebagai supir mobil pengantar jenazah, di Semarang.

Peristiwa ini terjadi sekitar awal tahun 90an
Setelah twit ini, om Heri yang akan menceritakan langsung tentang kejadiannya ya..

Jadi yg cerita pada malam ini adalah om Heri, bukan brii,

Yuk simak..

**
Waktu itu om bekerja di pedalaman Sumatera, tempat yang sangat terpencil, jauh dari mana-mana, benar-benar di tengah hutan, hutan karet tepatnya.
Iya, alhamdulillah, setelah bekerja sebagai supir mobil jenazah waktu itu, om diterima bekerja di perusahaan perkebunan, yang letaknya di daerah sekitar Martapura, Sumatra Selatan.
Om bekerja sebagai pengawas perkebunan karet yang total luasnya mencapai hingga ribuan hektar. Tapi tentu saja om gak mengawasi keseluruhannya, hanya beberapa puluh hektar saja yang jadi tanggung jawab om.
Perusahaan ini mempekerjakan banyak lekerja, dan yang jumlahnya paling banyak adalah buruh lepas yang bertugas mengambil karet dari pohonnya, setiap hari.

Nah, salah satu pekerjaan om adalah mengawasi para buruh itu bekerja.

~Salah satu om? Emang apa lagi selain itu?
Mengawasi para buruh bekerja, menurut om bukan pekerjaan yang terlalu berat, om sangat senang melakukannya.

Karena waktu itu perusahaan tempat om bekerja ini masih kekurangan orang, maka om ditugaskan juga untuk mengawasi dan menjaga perkebunan, agar gak ada pencurian.
Tugas inilah yang agak berat, karna harus berpatroli pada malam hari, berdua dengan teman menggunakan motor, keliling perkebunan yang cukup luas itu.

Selain itu juga, yang om gak kuat adalah harus menghadapi kejadian dan pemandangan seram yang banyak terjadi dalam prosesnya.

**
Perusahaan ini memberikan beberapa fasilitas, dan juga gaji yang lumayan besar waktu itu.

Salah satu fasilitas yang diberikan adalah tempat tinggal. Ada mess berbentuk rumah, yang disediakan perusahaan lengkap dengan isi dan segala penunjangnya, om diharuskan tinggal di situ.
Rumah besar yang terdiri dari empat kamar, ruang tamu, ruang tengah, dapur dan satu kamar mandi.
Letak rumah ini cukup "menantang", terletak di tengah-tengah perkebunan karet, gak ada rumah lain di sekelilingnya, benar-benar sendirian.

Jarak menuju desa terdekat sekitar satu jam perjalanan menggunakan motor.

Kebayang ya? Betapa terpencilnya rumah itu..
Oh iya, satu lagi, rumah ini juga gak berpagar, langsung berhadapan dengan hutan karet.

Dan yang paling seru adalah, rumah ini belum ada aliran listrik, penerangan hanya mengandalkan petromak dan lampu templok minyak tanah.

**
Ketika pertama kali datang, pada pagi hari waktu itu, om disambut oleh Wahyu, yang nantinya ditugaskan untuk menjadi asisten om selama bekerja di situ

Wahyu berumur sekitar 22 tahun. Pemuda asal Palembang yang kebetulan baru tiga bulan bekerja.

Wahyu menyambut dengan ramahnya,
Kemudian kami berbincang, dia menceritakan keadaan dan suasana di tempat itu.

"Jadi, selama tiga bulan pertama kerja, kamu tinggal di sini sendirian?" Tanya om penasaran.

"Nggak pak, saya cuma sempat tinggal di sini selama satu minggu pertama, gak betah saya sendirian pak"
"Trus selebihnya kamu tinggal dimana?"

"Saya kost di desa terdekat pak, pulang pergi ke perkebunan setiap harinya, naik motor." Jawab Wahyu menjelaskan.

"Tapi setelah pak Heri datang, saya berani tinggal di sini lagi, kan sudah ada temannya." Lanjut Wahyu.
Berani? Berarti sebelumnya Wahyu gak berani tinggal di rumah itu, hmmmmm...

Nantinya, kami memang hanya tinggal berdua di rumah itu..

**
Hari pertama bekerja, Wahyu mengajak berkeliling wilayah perkebunan yang nantinya menjadi wilayah tanggung jawab om, sekaligus memperkenalkan om dengan semua buruh karet yang bekerja di situ.
Wilayah perkebunan yang sangat luas, sepanjang jalan berkeliling menggunakan motor kami hanya menemui barisan pohon karet yang berjajar rapih,

Di pinggiran perkebunan terlihat hutan yang cukup rindang.
Cukup melelahkan hari itu, selama seharian kami hanya berkeliling melihat keadaan perkebunan.

Sekitar jam lima sore, kami pulang..

**
Malam menjelang..

Wahyu dengan cekatan menyalakan lampu petromak dan semua lampu templok di seluruh ruangan.

Suasana rumah menjadi cukup terang.

Sekeliling rumah mulai gelap, menutup semua pemandangan kebun karet.

Sangat sepi..

**
Selepas isya, kami berbincang di teras depan rumah, ada dua kursi dan satu meja yang menjadi tempat kami ngobrol.

Pemandangan depan rumah sangat gelap, hanya ada siluet pohon karet dan rumput liar di sela-selanya.

Suara-suara binatang malam juga terdengar mengiringi suasana.
"Pak Heri nanti tidur di kamar tengah aja pak, saya di kamar depan. Kamar tengah lebih besar dari kamar lainnya." Ucap Wahyu di tengah perbincangan.

Om mengiyakan saja..
Hingga sekitar jam sembilan malam kami masuk ke kamar masing-masing. Cukup melelahkan hari itu, om mencoba untuk tidur lebih awal.

***
Persis di depan kamar om adalah ruang tengah, kamar Wahyu ada di sebelah kanan, dua kamar lainnya ada di belakang bersama dapur dan kamar mandi.

Wahyu mematikan petromak yang ada di ruang tengah, hanya lampu templok di dalam kamar yang dibiarkan dalam keadaan menyala.

***
Jam sudah.menunjukkan pukul 12 tengah malam, ketika om belum juga bisa memejamkan mata.

Gak ada yang bisa dilakukan dikamar itu, om hanya bisa melamun sambil menunggu kantuk datang.
Hembusan angin malam menembus jendela kamar yang berbatasan langsung dengan perkebunan karet di luar, anginnya dingin menusuk tulang.

Terdengar juga suara binatang-binatang malam bersahutan.
Gak lama kemudian, dari kejauhan terdengar suara lolongan anjing hutan, melolong panjang,

Lolongan yang banyak arti.

Om mulai merasakan hal yang gak lazim, ketika lolongan anjing itu intensitasnya menjadi semakin sering.
Tiba-tiba lolongan anjing berhenti..

Om terdiam, suasana menjadi sangat sepi..

Keheningan itu berlangsung cukup lama..
Jam sudah hampir di pukul satu, ketika om kembali mendengar suara..

Suara yang cukup menarik perhatian..

"Sreeekk...srekkk...sreeek.." kira-kira seperti itu bunyinya.
Dengan tubuh masih terbaring di atas tempat tidur, om menajamkan pendengaran..

Suara itu semakin jelas terdengar..
"Sreeeek sreeek...sreeekk.."

Om langsung terkesiap, ketika menyadari kalau itu terdengar seperti suara sapu lidi yang bergesekan dengan tanah..
Terdengar seperti ada orang yang sedang menyapu di luar menggunakan sapu lidi, dekat jendela kamar..

Siapa yang menyapu tengah malam seperti ini?, Wahyukah? Sepertinya gak mungkin..
Perlahan om bangkit dari tempat tidur, dan berjalan medekati jendela, mencoba kembali memastikan keberadaan suara itu.

Setelah sudah berdiri di samping jendela, suara itu semakin jelas terdengar..

"Sreeek...sreekk..srekk.."
Penasaran, om coba mengintip dari sela-sela lubang jendela..

Om gak melihat apapun, hanya gelap gulita. Tapi suara sapu lidi itu masih saja terdengar..
Masih penasara, pelan-pelan om mencoba membuka jendela..
Perlahan jendela mulai terbuka, membuka celahnya sedikit demi sedikit..
Saat itulah, ketika om mulai bisa melihat ke luar dengan lebih jelas, om melihat sosok yang menurut om adalah sosok yang menghasilkan suara..
Sosok perempuan dengan rambut panjang yang berwarna putih semua.

Badannya agak membungkuk membelakangi om, dengan posisi seperti sedang menyapu..
Perempuan itu meggunakan kebaya dan kain panjang hingga menutupi kakinya.

Om merinding melihatnya, dan sangat ketakutan..
Perlahan om mulai mencoba menutup jendela,

Saat itulah ketika om melihat perempuan itu mulai membalikkan badannya, perlahan..

tangan kanan om tiba-tiba berhenti bergerak ketika sedang mencoba menutup jendela, kerna wajah perempuan itu perlahan mulai terlihat..
Wajahnya mulai terlihat jelas, walaupun dalam keadaan gelap, karna jarak kami cukup dekat, hanya sekitar empat meter..

Wajahnya pucat, berkeriput, wajah nenek-nenek..

Sambil berdiri menyamping, nenek itu menatap ke arah om yang berdiri di balik jendela, kemudian tersenyum...
Bukan..

Ternyata menek itu bukan tersenyum, tapi menyeringai, dan mengeluarkan suara ringkih tertawa..

Mengerikan..
Reflek, om langsung menutup jendela dan menguncinya..

Om kembali bergegas ke atas tempat tidur..
Menutup seluruh tubuh dengan selimut sampai kepala..

Suara sapu lidi nenek itu masih terdengar, ditambah sesekali suara tawa ringkihnya juga terdengar pelan..
Om ketakutan, gak berani berbuat apapun..

Suara lolongan anjing kembali terdengar dari kejauhan, bersahut-sahutan..
Om membaca doa semampu dan sebisanya, mengharap perlindunganNya, berdoa semoga teror itu cepat berakhir...

Menjelang jam tiga pagi, teror itu akhirnya berhenti..

Kemudian om baru bisa terlelap..

Selesai..

**
Peristiwa malam itu gak om ceritakan kepada Wahyu, om coba untuk simpan sendiri, om gak mau membuat Wahyu ketakutan.

Disamping itu juga, om sudah mulai sibuk dengan pekerjaan yang mulai cukup melelahkan.
Malam-malam berikutnya, suara nenek menyapu di luar itu tetap sesekali terdengar lagi, tapi om mencoba gak terpengaruh,

Dalam ketakutan om memaksa diri untuk gak menghiraukannya, dan membiarkan hingga suara itu menghilang dengan sendirimya.

***
Sekitar satu bulan tinggal di rumah itu, ketika om dan Wahyu sudah semakin akrab, kami sudah dapat berbincang mengenai hal apapun, sudah gak terlalu formil lagi.
"Pak, memang pak Heri bisa tidur nyenyak di kamar itu sendirian?". Tanya Wahyu pada suatu ketika.

"Nyenyak-nyenyak aja Yu..., memang kenapa?" Tanya om,

"Gak Apa-apa pak..." Wahyu menggantung pembicaraan.
"Memang kamu gak bisa tidur nyenyak Yu?"

"Bisa pak..., bisa.." jawab Wahyu sedikit gelagapan.

Om gak terlalu ambil pusing dengan percakapan itu, hingga pada akhirnya ada peristiwa yang terjadi pada satu malam jumat, om akhirnya tau alasan dibalik sikap Wahyu.

**
Seperti biasa, malam jumat itu, selepas isya kami berbincang di teras depan rumah.

Wahyu dengan sisa energi yang terlihat banyak, tampak masih bersemangat berbincang..
Segala hal kami perbincangkan, tentang pekerjaan, keluarga, dan lain sebagainya.

Tapi ada satu topik yang selalu kami hindari, sebenarnya Wahyu yang terlihat sangat menghindari, yaitu masalah mistis, hantu, dan hal-hal aneh yang terjadi di rumah itu.
Ketika perbincangan sudah menjurus ke arah itu, Wahyu langsung membelokkan topik pembicaraan, dia langsung memperlihatkan gelagat yang aneh, seperti ketakutan.
Gak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Kami sudah semakin lelah dan mengantuk, bahan obrolan pun sudah semakin sedikit.

Malam itu cukup dingin seperti biasanya, walaupun gak ada angin yang bertiup.

Suara jangkrik bersahut-sahutan.
Gelap gulita mulai menjadi teman akrab ketika malam tiba, kami mulai terbiasa dengan pemandangannya

Dalam keheningan kami yang masih terdiam, tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan.
"Creeeeek...creeeek...creeeekk.." kira-kira seperti itu suaranya.

Kami berdua saling berpandangan, menerka-nerka suara apa gerangan itu.

Suara yang awalnya terdengar sangat jauh, lama kelamaan semakin dekat, mendekat ke arah tempat kami duduk.
"Creeek...creeek...creek"

Semakin jelas dan kuat suara itu terdengar..

"Pak, kita masuk aja yuk pak.." ajakan Wahyu memecah keheningan.

Om mengangguk setuju, kami pun langsung bergegas masuk.

***
Wahyu mengunci pintu dan jendela, wajahnya terlihat ketakutan.

"Ada apa yu? Kok kamu seperti ketakutan?"

"Gak ada apa-apa kok pak, mungkin karna kecapekan saja.." jawabnya.
Setelah mematikan petromak ruang tengah, Wahyu langsung pamit masuk ke kamarnya.

Om juga langsung masuk ke kamar.

Entahlah, tapi malam itu memang sudah mulai mencekam sejak kami mendengar suara aneh itu di luar rumah.
Masih dalam keadaan penasaran, memikiran suara apakah gerangan tadi, om mencoba memejamkan mata..

***
Sudah jam 11 malam, om masih belum bisa tidur juga.

Resah dan gelisah di atas ranjang besi dan kasur kapuk.
Nyamuk-nyamuk yang semakin ganas, memaksa om untuk memasang kelambu mengelilingi tempat tidur.

Hanya bisa melamun, guling ke kanan guling ke kiri, kantuk gak datang juga.
Hingga ketika jam 12 malam, ada sesuatu terjadi..

Om mendengar suara..

Suara yang bersumber dari luar kamar..

"Creeek...creeek...creek"
Suara yang sama persis dengan yang om dan Wahyu dengar sewaktu di luar rumah tadi.

Kali ini suaranya sangat dekat..

Suaranya bersumber dari dalam rumah..!

"Creeek...creeek...creek"

Om mulai ketakutan..
Dan semakin ketakutan, ketika om yakin kalau suara itu bersumber dari ruang tengah..!

"Creeek...creeek...creek" suara itu semakin terdengar dengan intensitas yang tinggi, semakin sering.

Om semakin ketakutan, tapi gak berani berbuat apa-apa..
Selang beberapa menit kemudian, suara itu hilang..

Suasana kembali hening..

Sangat hening..
Jam sudah hampir di pukul satu malam, ketika tiba-tiba ada suara dari ruang tengah..

"Pak..., pak.., Pak Heri..."

Ada suara yang memanggil nama om, terdengar seperti suara Wahyu.
Perlahan om beranjak bangun dari tempat tidur, melangkahkan kaki mendekati pintu..

Pelan-pelan om memutar gagang pintu dan membukanya,
Setelah pintu terbuka sebagian, om melihat ke luar, yang ternyata gak ada siapa-siapa..

Di depan pintu gak ada siapa-siapa..

Gak ada Wahyu di depan pintu..

Kosong..
Tiba-tiba...

"Creeek...creeek...creek"

Suara itu kembali terdengar, kali ini terdengar sangat jelas dan keras, menandakan kalau sumber suaranya sangat dekat..
Reflek, om melirik ke arah sumber suara, ke pojok ruang tengah yang gelap.

Samar- samar, mata om menangkap sesuatu, sesuatu yang berdiri tegak di pojok ruang tengah. Jaraknya hanya sekitar tiga meter dari tempat om terpaku berdiri.
Badan om lemas, bulu kuduk berdiri semua, jantung berdegup sangat kencang, ketika om menyadari kalau yang om lihat saat itu adalah pocong..

Pocong yang berdiri tegak di sudut ruangan..
Berwarna putih kusam, bagian wajahnya terlihat terbuka, namun om gak bisa melihat wajahnya dengan jelas..

Om langsung menunduk, dan perlahan menutup pintu.
Setelah pintu tertutup, buru-buru om naik ke atas tempat tidur, bersembunyi di balik kelambu..

Om ketakutan..

Berharap semoga pocong itu tetap berada di luar kamar..
Tapi harapan tinggal harapan, ketika tiba-tiba pintu kamar perlahan mulai terbuka..

Om hanya bisa memandang ke arah pintu tanpa bisa berbuat apapun..

Ketika pintu sudah terbuka penuh, om melihat ada pocong yang tadi..

Mengintip
Pocong itu melayang masuk ke dalam...
Dan berhenti tepat di tengah kamar..

Dia berdiri diam menghadap ke tempat tidur..

Om sangat ketakutan..
Badan lemas, tulang seperti lepas dari engselnya..
Posisi kami hanya dipisahkan oleh kelambu yang tipis transparan..

Wajah pocong itu hitam dan gak karuan bentuknya...

Om di ambang pingsan..

Situasi itu sangat mengerikan..
"Creeek...creeek...creek" tiba-tiba pocong itu mengeluarkan suara..

Kaget..

Setelah itu gak ingat apa-apa lagi..

Om pingsan..

***
Ketukan pintu membangunkan om dari tidur/pingsan(?), suara Wahyu memanggil-manggil dari luar kamar.

"Pak..., pak Heri, bangun pak, sudah subuh.."

Om langsung bangun dari tempat tidur dan keluar kamar. Lalu kami sholat subuh bersama seperti hari-hari sebelumnya.
Setelah sholat, om melihat wajah Wahyu terlihat kuyu, seperti kurang tidur.

"Kamu kurang tidur ya?"

"Iya pak, nanti saja di luar rumah saya ceritanya ya pak." Jawab Wahyu setengah berbisik.

Om mengangguk pelan, sepertinya om agak paham dengan apa yang akan Wahyu ceritakan.

**
Siangnya, ketika sedang mengawasi para pekerja, Wahyu mulai bercerita..

"Tadi malam saya gak bisa tidur pak. Saya ketakutan.."

"Dari awal kita mendengar suara creeek creeek di luar rumah, saya sudah mulai ketakutan."
"Karena saya tau itu suara apa.., itu suara pocong.."

Cerita awal Wahyu megagetkan..
"Makanya saya langsung ajak pak Heri masuk ke dalam rumah.."

"Yang saya takutkan, kalau pocong itu masuk ke dalam rumah. Dan benar pak, saya mendengar suaranya dari ruang tengah. Untungnya pocong itu gak masuk ke kamar saya.."

"Karena itulah saya gak bisa tidur semalaman pak.."
"Pak Heri mendengar suaranya juga gak semalam?" Tanya Wahyu di ujung cerita.

Om langsung menghela nafas panjang, dan menceritakan kejadian yang om alami pada malam itu, semuanya..

Wahyu hanya diam, dia kaget mendengar cerita om..
Itulah alasannya, kenapa Wahyu hanya tahan satu minggu sewaktu tinggal di rumah itu sendirian pertama kali, dia gak kuat menahan gangguan-gangguan yang menyeramkan.
Setelah hari itu, om dan Wahyu memutuskan untuk tidur bersama dalam satu kamar setiap malam, untuk mengurangi rasa takut.

Teror berakhir? Belum, teror tetap berjalan, dan semakin seram..

***
Hai..
Balik ke Brii lagi ya..:)

Nanti kapan-kapan gw ceritakan kisah seram lain yang dialami om Heri dan Wahyu di rumah itu, masih banyak kisahnya..

Terima kasih untuk tetap mengikuti cerita-cerita gw, sampai jumpa minggu depan..

Met bobo, semoga mimpi indah..

Salam
~Brii~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

Feb 3
Kadang keadaan memaksa kita untuk menempati tempat tinggal baru. Sering kali, susahnya proses adaptasi harus ditambah dengan terpaan seram dari sisi gelap.

Ada teman yang mau berbagi cerita pengalaman ketika harus menempati rumah baru.

Simak di sini, hanya di Briistory..

***
Lagi-lagi, aku menemukan beberapa helai rambut panjang, entah ini sudah yang keberapa kali, kali ini aku menemukannya di depan lemari ruang tengah. Beberapa helai rambut ini kalau diukur dengan tubuh perempuan dewasa, kira-kira dari kepala sampai ke pinggul, panjang memang.
Apa yang aneh? Ya anehlah, karena di rumah gak ada seorang pun yang memiliki rambut sepanjang itu. Rambutku hanya sebatas pundak, itu pun jenisnya gak sama dengan rambut yang sudah beberapa kali kami temukan.
Read 89 tweets
Jan 13
Gak memandang apa pekerjaan kita, “Mereka” akan datang dengan keseraman tanpa diduga, dengan berbagai bentuk yang gak tertebak.

Malam ini, simak pengalaman seorang supir travel di salah satu bagian Sumatera.

Hanya di sini, di Briistory…

***
~Lampung, Circa 1998~

“Hati-hati, Bang. udah malam ini, kenapa gak besok lagi ajalah nariknya.”

“Hehe, tanggung, Man. Setoran masih belum setengahnya ini, nanti bos marah.”
Nyaris jam sebelas malam, ketika aku masih berada di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Percakapan dengan Iman, rekan sejawat, sejenak membuyarkan lamunan.
Read 115 tweets
Dec 16, 2021
Sejarah panjang dan kelam sering kali terungkap dalam senyap, tergambar oleh tarikan garis seram.

Satu sudut di Lembang, tersaji horor tempat pelatihan, seorang teman coba bercerita pengalaman seramnya di sana.

Simak di sini, hanya di Briistory..

***
Waktu seperti berhenti, udara sama sekali gak bergerak, suara detik jam yang tadinya samar terdengar tetiba gak ada lagi. Dalam gelap, aku terus memperhatikan ujung tangga, menunggu kira-kira siapa gerangan yang akan turun dari lantai atas.
Sementara itu, suara yang sepertinya bunyi langkah kaki, terus saja kedengaran, makin jelas, makin dekat.
Read 101 tweets
Nov 25, 2021
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.

Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.

Simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.
Read 64 tweets
Nov 18, 2021
Keangkeran tempat kerja kadang terpaksa harus dihadapi. Keseraman lain dimensi, sesekali menghadirkan sosok-sosok ngeri.

Malam ini, ada teman yang akan bercerita tentang seramnya pabrik tempatnya bekerja. Tahun 2001 peristiwa ini terjadi.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
Suara itu lagi, walaupun sudah pernah mendengar sebelumnya, tetap saja aku terkejut, tetap menoleh ke pintu walau tahu masih dalam keadaan tertutup.
Suara gesekan sapu ijuk dengan lantai, menggusur debu serta kotoran, membersihkan.

Suara sapu ini mungkin akan terdengar biasa saja kalau siang hari, tapi beda cerita ketika terdengarnya tengah malam seperti ini.
Read 85 tweets
Nov 11, 2021
Entah bagaimana cara dan prosesnya, berjalan lintas dimensi bisa saja terjadi. Siapa pun bisa mengalami, gak pandang bulu.

Malam ini, satu teman akan bercerita pengalaman seramnya, lintas dimensi merasakan kekacauan garis ruang dan waktu. Hanya di sini, di Briistory..

***
~Circa 2003, selatan Jawa~
Aku dan Virgo akhirnya menyerah, kami sudah gak kuat menahan kantuk.
Read 101 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(