, 21 tweets, 3 min read Read on Twitter
Kemarin BPS mengumumkan 2 hal penting: angka kemiskinan yg turun dan defisit neraca perdagangan yg mencapai rekor
Prosentase penduduk miskin turun dari 10.12% Sept 2017 menjadi 9.66% Sept 2018. Tentu ini adalah suatu hal yg positif. Menurut sy conditional cash transfer spt PKH yg dinaikkan berkontribusi positif pada penurunan kemiskinan ini
Sejak th 2015 sy sdh menganjurkan perlunya bantuan sosial spt cash transfer, PKH, cash for work (padat karya tunai) untuk mengurangi kemiskinan. Krn itu peningkatan alokasi anggaran bantuan sosial di APBN 2019 adalah langkah tepat
Perbaikan ini perlu diapresiasi. Walau demikian, tingkat kemiskinan masih sangat rentan thd harga pangan. Implikasinya jika harga pangan, terutama beras, naik maka jumlah org miskin akan meningkat. Artinya tdk boleh ada ruang utk kesalahan dlm kebijakan beras.
Ditengah berita positif itu ada hal yg perlu menjadi perhatian kita: defisit neraca perdagangan yg paling besar sejak tahun 1975 (data th 1945-1975 tdk terdata dg baik)
Kemarin BPS mengumumkan defisit neraca perdagangan yg mencapai $1.1 milyar dollar. Dengan itu defisit perdagangan tahun 2018 mencapai $8.57 miliar
Kepala BPS dan media menulis bhwa sumber utamanya adalah defisit migas. secara nominal defisit migas th 2018 mencapai $12.4 milyar, sedangkan non migas mengalami surplus $3.8 milya
Sekilas kita melihat migas lah penyebabnya. Namun sy setuju dg rekan dan guru saya di FEUI dulu @FaisalBasri , yg juga hrs diperhatikan adalah non migas. Mengapa? Surplus non migas th 2017 adalah $20.4 milyar, sedangkan tahun 2018 tinggal $3.8 milyar
Artinya terjadi penurunan surplus sebesar $16.6 milyar. Sedang dalam migas, kenaikam defisit yg terjadi relatif kecil yaitu $3.9 milyar. Disinilah kita hrs memperhatikan sumbernya
Ekspor non migas th 2018, tumbuh sebesar 6.2%. Ekspor migas 2018 tumbuh sebesar 10.1%. Impor migas dan non migas, masing2 tumbuh sebesar 22.6 % dan 19.7%.Pertumbuhan impor migas lebih besar dari non migas namun pertumbuhan ekspornya juga lebih besar dari non migas
Kita tahu bahwa sekitar 90% dari impor kita itu adalah bahan baku dan barang modal. Sehingga secara konseptual kita perlu kuatir krn impor ini adalah impor barang produktif (bukan konsumsi) yg akan menghasilkam produksi
Namun yg perlu menjadi perhatian dan pertanyaan adalah mengapa impor barang modal dan bahan baku naik terus namun pertumbuhan ekonomi tetap stagnan di 5%? Soal waktu kah? Krn ada senjang waktu dlm proses produksi? Atau inefisiensi?
Dg ICOR yg saat ini sebesar 6.1. Memang terlihat bahwa untuk menghasilkan 1% pertumbuhan ekonomi dibutuhkam 6.1% investasi/PDB. Ini relatif tinggi. Artinya utk menghasilkan output dibutuhkan modal yg tinggi.
Ini bisa disebabkan oleh 2 hal: kita banyak sekali mengimpor barang modal dan bahan baku (utk infrastruktur dsb) yg belum memberikan hasil (krn butuh waktu), atau memang produktifitas kita rendah? Dan inilah issue terbesar kita: produktifitas.
Peningkatan produktiftas hanya bisa dilakukan dg reformasi ekonomj di sektor riil. Tanpa itu kita akan terus terperangkap. Dan yg membahayakan walau dg impor brg modal dan bahan baku yg tinggi, pertumbuhan nyaris tak bergerak
Yang menarik, walau defisit mencapai rekor, mengapa rupiah kemarin stabil? Ini memperkuat argumen yg sy katakan: dlm soal nilai tukar, kita juga harus melihat capital account. Rp akan melemah jika current account deficit yg dibiayai portfolio mendorong capital outflow akibat Fed
Issuenya adalah arus modal portfolio yg mudah berpindah krn ia peka oleh gejolak eksternal spt kebijakan the Fed. Saat ini, krn the Fed tampaknya akan “bersabar” maka walau defiist neraca dagang mencapai rekor tapi dampak thd rupiah terbatas, kecuali nanti Fed kembali agresif
Itu kembali memperkuat argumen tentang perlunya financial deepening, perlunya FDI, perlunya penerapan reverse tobin tax atau tobin tax (dikaji mana yg lebih cocok). Dan perlunya reform di sektor riil
Tanpa itu semua maka Indonesia akan terus terperangkap dlm issue stability vs growth. Dg ICOR 6.1, utk tumbuh 6%, dibutukan rasio investasi/PDB sebesar 36-37%, padahal tabungan domestik/PDB 32-33%. Artinya dg pertumbuhaan 6%, defisit current account akan menjadi 4%
Kalau kita memilih stabilitas dg fokus pada CAd, maka ekonomi hanya akan tumbuh 5-5.5%. Bil kita memilih growth, maka CAD akan naik dan rupiah melemah.
Kita hrs memutus lingkaran setan ini dg reformasi di sektor riil, mengundang PMA (FDI), financial deepening, dan menerapkan macro prudential spt tobin tax atau reverse tobin tax
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to M. Chatib Basri
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls (>4 tweets) are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!