Kamu akan selalu nemuin kekurangan di orang mana pun dan selalu terbebani dengan "what-ifs".
Kamu bakalan susah nyambung ngobrol sama orang lain karena beda kosakata.
Kamu akan terus-terusan mempertanyakan apa yang salah dari diri kamu dan kenapa orang lain nggak lihat "nilai lebih" dari kamu.
Nanti kalo cowok-cowok lebih milih ceciwi yang cakep ketimbang yang pinter ato bergelar-tinggi kamu bakal ngatain semua cowok itu shallow dan bego.
Kamu bakalan kehilangan kerendahan-hati buat belajar lagi. Akhirnya kamu jadi orang yang justru berhenti mencari pengetahuan.
Nantinya kamu bakalan membanding-bandingkan pencapaian diri sendiri sama pencapaian teman-teman seangkatan—kemudian terus-terusan mencari pengakuan dari orang lain.
Kamu jadinya bakalan pura-pura bego supaya bisa fit in—diterima sebagai anggota masyarakat yang normal dan fungsional.
Except, people don't like it.
PROBLEM: They don't like their beliefs to be questioned, their reasoning to be invalidated, and their choices to be proven wrong. For them, you're a brat trying to prove others dumb.
Mungkin kamu niat fokus di konten, tapi kamu bakal kaget melihat jumlah orang yang mendadak emosional saat kamu mempertanyakan narasi/pernyataan mereka.
Kamu akan melihat orang-orang membangun narasi dan membuat pilihan yang nggak-saling-konsisten—lalu mereka marah-marah sendiri. Mau ngoreksi salah, mau nggak ngoreksi juga salah.
Kamu nggak bisa nonton "Kingdom" di Netflix dan ngerasain thrill-nya film zombi. Kamu bakal nanyain: "Kalo zombi selaper itu, kok makanannya nggak dihabisin? Anjir, dasar series nggak jelas."
Kamu bakal mikir ngapain Thanos perlu jentikin jari buat bunuh setengah populasi semesta. Apa Infinity Gauntlet ada buku petunjuknya? Apa sarung-tangan-logam kalo dijentikin ada suaranya?
Mirip orang kaya yang diberondong pertanyaan, "Banyak duit kok masih bisa sedih?", kamu akan ditodong tanya, "Otak encer kok nggak kepikiran solusi masalah?"
Dan, dengan ekspektasi setinggi itu—yang susah dicapai, gampang banget buat ngerasa gagal sebagai anggota masyarakat.
The real danger is absolute loneliness.
Yang pede ngedeketin cewek bergelar-tinggi itu biasanya cowok yang punya pencapaian-bidang-lain yang membuat status sosialnya setara—atau lebih dari—ceweknya.
You can't dom if your sub is more than you.
You can't sub if your dom is less than you.
Cuma—berhubung konteks pembagiannya berdasar alat kelamin—ya dikotominya "cowok-cewek".
1. Statistically speaking, orang-orang melihat "almamater kuliah" dan "gelar akademis" sebagai sebuah pencapaian dan alat-tebak "status sosial".
2. Culturally speaking, berbagai budaya Indonesia (kecuali Minang) punya tradisi dan sudut-pandang patriarkis sampai sekarang.
Kecenderungannya, kamu akan mengiyakan bahwa "cowokku harus bisa lebih-dibanggakan-secara-sosial ketimbang aku sendiri".
Dampaknya, banyak orang, cowok-cewek, tua-muda, termasuk kandidat partner akan terintimidasi dengan pikiran kritis kamu. Kamu cuma mau diskusi, bisa aja dia ngira kamu lagi ngedebat dan nyerang dia.
Dampaknya, cowok minder pedekate kecuali kalo mereka punya hal lain buat dibanggain. Kamu pun cenderung malu untuk mengakui sedang ada hubungan dengan orang yang "nggak memenuhi ekspektasi masyarakat".
Cari yang "bikin nyaman" aja susahnya setengah mati, apalagi cari yang "bikin nyaman, pinter, kritis, berwawasan-luas, berstatus-sosial tinggi".
"Scarcity and monopoly". Kamu rela menerima abuse saking nggak-adanya yang bisa gantiin doi.
Apa yang terjadi di sebuah hubungan monopoli? Pasangan kamu bisa dengan seenak jidat menurunkan "kualitas jasa" sekaligus menaikkan "harga jasa".
Alasan kamu menoleransi kelakuannya? "Susah nemuin lagi yang bisa secocok dia." Dan—statistically speaking—ya alasan kamu itu bener.
Dan awalnya kamu ngira kamu nggak akan terjebak dengan "drama kelas bawah" macam gitu, hahaha.
Asal paham aja semua kemungkinan konsekuensinya—baik dalam konteks romantis atau non-romantis—dan jangan maksa orang lain buat bayarin.
Go for higher studies, take courses and degrees, discover the languages, secrets, and wisdom of the universe. Everyone is your teacher; the whole world is a lab.
medium.com/@Okihita/saint…
Kencan pertama aq yang bayar 100%, demi memenuhin ego aq yang rapuh terpapar toxic masculinity. Tertarik? Coba aja dulu, siapa tau cocok. Minat DM.