Thread by @pinotski

Semua balik gimana orang tuanya kolaborasi dng anaknya sesuai perkembangannya. Sejatinya, orang tuanya juga mesti belajar dari anak-anak ttg proses kreatif anaknya #FAQ

https://twitter.com/inodonn/status/1097029523185401856

Amati & perhatikan ketika mereka secara alami mulai berkreasi dng alat gambar di tangan mereka. Dengarkan cerita mereka, kalau perlu gabung ikut menggambar & bercerita. Kembangkan jadi kegiatan fisik bersama spt main di playground. Utk menjembatani imajinasi & realita.

Eksplorasi kreatif ini dilakukan bersama, dinamis & berkembang terus. Tanpa mindset kreatif orang tuanya (ikut eksplorasi & bermain) maka perkembangan kreatif anaknya pun bisa terhenti & tidak terawat hingga remaja.

Pendidikan kreatif itu dua arah antara anak & orang tua. Terjadi kalau keduanya satu frekwensi, satu level, satu taman bermain. Kami menyebutnya momen magicalitas. Momen ketika orang tua menurunkan kadar pola pikir dewasanya utk satu level dng anaknya.

Momen satu frekwensi ini bisa menjadi pondasi creativity & trust kedua pihak, dirawat dijaga hingga usia remaja. Apa pun minat & disiplin ilmunya (ngga harus seni), kreativitas akan selalu jadi cara survive si anak ketika dewasa.

Pemikiran saat mereka kecil “What if” “Let’s try this” “This should be fun” “Worth the risk” “I love to do this” “I have a dream” akan tetap dibawa hingga dewasa, sangat berguna ketika mereka menjalankan hidup.

Dalam diet penggunaan gadget, bagi kami jangan kasih gadget kalau tujuannya supaya anaknya anteng.
Berikan gadget jika orang tua ada di sisinya, beraktivitas bersama anak dng app yg ada. Ortu jadi kurator mana app yg membangun percikan kreativitas termasuk game.

Terutama usia pra-sekolah. Dijaga hingga usia sekolah, sampai remaja & menemukan caranya sendiri utk memanfaatkan gadget secara positif, ngga cuma pasif konsumsi konten tapi juga aktif produksi & berkontribusi positif.