, 10 tweets, 2 min read Read on Twitter
Cuma laki-laki pemurung yang tidak mau bertatap mata, kadang malah menghindar untuk sekadar bertegur sapa. Sering disalah artikan sebagai kesombongan, padahal lehernya sedang dicekik setan.
Cuma wanita pendiam yang tak mau berbagi cerita, sering diterpa omongan miring karena kerap pulang larut malam. Padahal dia sedang mencari alasan untuk tetap hidup.
Cuma remaja keras kepala yang dibenci pengajar karena selalu membuat onar.

“Anak nakal.”

“Generasi gagal.”

Setiap pulang sekolah dia menghitung jumlah trotoar, lalu berpikir tentang hidup setelah mati.
Suatu hari mereka duduk bersebelahan pada sebuah ruang tunggu seorang penyembuh.

Samar-samar terdengar isak tangis dari balik pintu.

Mereka lalu bertukar pandang:

Lelaki: Kenapa kita ada di sini?

Wanita: Aku gak tau.

Remaja: Aku juga gak tau.
Tak lama pintu terbuka lalu keluarlah seorang renta memakai baju bunga-bunga.

Ketiganya menatap dalam diam ketika sang penyembuh memberikannya pelukan, lalu melepaskan dia pergi.

“Itu ibu saya.” Demikian sang penyembuh berkata, seakan dapat membaca apa yang tak terucapkan.
Sambil membetulkan posisi kacamatanya, sang penyembuh melanjutkan.

“Dulu saya pernah mati dua kali, sewaktu bapak pergi dengan perempuan lain, yang kedua sewaktu yang disayangi pergi dengan lelaki lain.”

Remaja: Trus kenapa ibu tadi menangis?
Sang penyembuh tersenyum tipis, kemudian membuka jubah kebesarannya.

“Ini keberhasilan saya sewaktu bapak pergi meninggalkan sakit hati.”

Dia menunjukkan bekas luka di pergelangan tangan kanan.
“Kalau ini keberhasilan saya sewaktu menyadari kalau cinta kadang mengandung racun.”

Dia menunjukkan bekas luka di pergelangan tangan kiri.

Wanita: Tapi saya masih tidak paham, kenapa ibumu menangis?
“Oh itu perayaan, hari ini saya genap berusia 39 tahun.”

Lelaki: Berlebihan jika sampai menangis.

Sang Penyembuh tertawa kecil.

“Kebanggaan bagi ibu, karena seharusnya saya sudah mati sewaktu berumur 12 dan 23 tahun.”
“Kalian pasti selalu ingin mati.”

Ketiganya mengangguk ragu-ragu.

“Itu jawaban yang salah, karena kalian sekarang ada di sini.”

Sang Penyembuh mengedipkan mata.

Tamat.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Saul Raja Sinaga
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!