Brii Profile picture
Jun 13, 2019 65 tweets 8 min read
Lanjut rumah hantu di perkebunan karet ya..

RHDPK

Ingat, jangan pernah baca sendirian, kadang mereka gak hanya sekadar hadir dalam cerita.

@InfoMemeTwit
#memetwit
Roda motor berputar menyusuri jalan setapak, jalan setapak yang sudah satu tahun lebih harus om lalui kalau ingin menuju kota.

Siang itu om harus meninggalkan rumah untuk mengantar Wahyu yang sedang sakit, tujuan kami adalah rumah sakit kecil yang letaknya di pinggir kota.
Demam tinggi yang sudah tiga hari gak kunjung turun membuat om memaksa Wahyu untuk menemui dokter, sebelumnya dia bersikeras ingin istirahat di rumah saja, gak mau ke rumah sakit.

Tapi akhirnya Wahyu mau juga ke dokter.

***
Sekitar jam dua belas kami sampai di rumah sakit.

Cukup lama antrian yang harus dijalani sampai akhirnya mendapat giliran untuk bertemu dengan dokter.

Dokter bilang, Wahyu terjangkit thypus, dan menyarankan untuk dirawat beberapa hari, supaya dapat beristirahat total.
Demi kesembuhan Wahyu, dengan berat hati om mengikuti saran dokter.

Akibatnya, beberapa hari ke depan om harus harus tinggal sendirian di rumah, mau gimana lagi..
"Pak Heri gak apa-apa saya tinggal beberapa hari kan Pak?, atau untuk sementara tinggal di tempat teman saya di kota Pak."

Wahyu terlihat kawatir, dia takut kalau om akan mengalami kejadian yang gak mengenakkan ketika nanti di rumah sendirian.
"Gak apa-apa Yu, kamu tenang aja, istirahat supaya lekas sembuh."

Begitulah,

Setelah selesai semuanya, om pulang ke rumah.

***
Belum terlalu sore, jam masih menunjukkan di pukul dua siang.

Matahari masih terik menyinari, menembus sela pepohonan karet, menerpa wajah om yang sesekali memicingkan mata menahan silaunya.
Sudah cukup lama daerah ini gak diguyur hujan, debu beterbangan tertiup angin, jalanan beterbaran daun kering. Kemarau yang mulai panjang ini sedikit banyak juga mempengaruhi hasil karet di perkebunan, kualitas dan kuantitasnya. Tapi gak apa-apa, ini termasuk siklus perkebunan.
Motor om jalankan dengan kecepatan sedang, karna gak ada yang dikejar, coba menikmati suasana perjalanan di siang menjelang sore ini.
Sudah om bilang beberapa kali, kalau suasana dan keadaan perkebunan karet sangat indah kalau pada siang hari, berbeda jauh dengan keadaan ketika malam.

***
Setelah satu jam lebih perjalanan, om sampai juga di tempat para pekerja yang sedang menyadap karet.

Iya, om gak langsung pulang, tapi menuju ke tempat penyadapan karet terlebih dahulu.
Setibanya di situ, beberapa pekerja langsung bertanya tentang keadaan Wahyu, mereka kawatir dengan kesehatannya, yang menurut mereka Wahyu selalu bekerja dengan giat.
Om duduk dan beristirahat di gubuk kecil, gubuk yang kami dirikan memang untuk tempat beristirahat, letaknya di tengah perkebunan, jadi dari gubuk ini om masih dapat melihat dan mengawasi keadaan sekitar.
Sementara para pekerja sudah kembali ke posisi bekerjanya masing-masing, om berniat untuk istirahat sejenak, badan terasa sangat lelah setelah sejak semalam kurang tidur.
Om rebahkan badan di gubuk itu, melemaskan otot-otot, bernafas panjang dan teratur..

Sampai akhirnya, om terlelap..

***
"Jangan lari kau..!!!!"

"Mati kau..!!"

"Ampun.. Ampuunn"

Suara teriakan banyak orang, ada yang berteriak sangat marah, berteriak sadis, ada juga suara meminta ampun, semuanya sangat mengagetkan, om jadi panik dan ketakutan.

Ada apa ini?
Suara orang-orang itu semakin menyeramkan karena ditambah dengan suara pukulan tangan, tendangan, pukulan benda tumpul, yang paling mengerikan adalah suara benda tajam yang menancap merobek kulit dan daging..

Om sangat ketakutan..
Di hadapan om ada banyak orang saling baku hantam, ada yang berduel satu lawan satu menggunakan benda tajam seperti golok dan pisau panjang.
Ada yang menjerit meminta ampun karena sudah gak berdaya, tergeletak di atas tanah dengan darah bercucuran, sementara lawannya terus saja menghujani dengan bacokan golok di tangan. Seram melihatnya..
Sambil duduk, om mundur menjauh perlahan, sejauh mungkin dari perkelahian yang sangat mengerikan ini. Sampai akhirnya menemukan pohon karet yang cukup besar, om bersembunyi di baliknya.
Namun tetap saja, walau pun sudah sangat ketakutan om tetap mengintip dari balik pohon, penasaran dengan peristiwa yang tengah terjadi, di bagian perkebunan karet yang om belum tahu letak pastinya.
Itu adalah perkelahian dua kubu, masing-masing kubu terdiri dari puluhan orang, atau mungkin ratusan.

Tawuran yang sangat mengerikan..

Suara jeritan laki-laki yang sedang menahan sakit, atau bahkan sedang meregang nyawa..

Lemas badan om, jantung berdegup kencang..
Keringat dingin mengucur deras,

Pemandangan horor..

**
"Pak, Pak Heri, bangun Pak.."

Suara Pak Husni, salah satu pekerja, membangunkan om dari tidur.

"Sepertinya mimpi buruk ya Pak? Bapak tidurnya sangat gelisah,"

Begitu kata pak Husni,
Mimpi yang sangat mengerikan, entah apa artinya, terang saja tidur om tadi kelihatan resah dan gelisah.

Di mimpi itu om melihat seperti ada perkelahian dua kubu yang beranggota ratusan orang, mereka saling pukul, saling bacok, saling bunuh, sangat sadis.
Perkelahian ini terjadi di salah satu sudut perkebunan karet, bagian perkebunan yang om gak tahu bagian mana.

Om melamun beberapa saat sambil duduk di gubuk, masih trauma dengan mimpi yang baru saja terjadi.
"Pak, sudah selesai Pak."

Sekali lagi, suara Pak Husni mengagetkan om. Dia mengajak pulang setelah pekerjaan sudah selesai semua.

Lalu kami membubarkan diri, pulang ke rumah masing-masing.

***
Semilir angin menembus masuk dari sela-sela jendela, angin yang berhembus dingin nyaris menusuk tulang.

Musim kemarau, tapi udara malam malah terasa dingin. Malam ini juga begitu, udaranya lebih dingin dari biasanya.
Om duduk di ruang tengah sambil menikmati kopi dan mendengarkan radio. Sesekali membaca majalah lama yang isinya sudah om hapal di luar kepala.

Sejak maghrib sampai sekarang jam sembilan, om duduk dalam kesendirian, mencoba membuang rasa khawatir yang sesekali hinggap.
Semoga ini bukan keputusan yang salah, memilih untuk tinggal sendiri di rumah, dari pada menumpang di rumah kawan.

Semoga..

***
Sambil terus memperhatikan jam dinding yang bergerak sangat lambat, om menyeruput kopi yang hampir hanya menyisakan bubuknya saja.

Jam sepuluh malam, dengan perasaan gundah om memutuskan masuk kamar, mencoba untuk tidur.
Seperti biasa, entah sudah menjadi sugesti atau bagaimana, ketika sedang benar-benar sendirian di rumah ini perasaan perlahan menjadi gak enak, was-was.
Setelah sudah berada di dalam kamar pun sama, perasaan masih gak enak. Pintu kamar yang terbuka lebar membuat om bolak-balik melirik ke ruang tamu yang masih terang benderang karna lampu petromak masih menyala.
Tapi tetap saja, ruang tamu kelihatan seram dan semakin mencekam, kekosongannya berbicara, sepinya seperti punya rencana..
Beberapa kali om coba untuk mengubah posisi tidur menjadi menghadap dinding kamar, membelakangi pintu, tapi beberapa kali juga jadi merasa lebih was-was kalau-kalau di belakang ada sesuatu yang sedang berdiri memperhatikan.
Kalut, isi kepala gak karuan, akhirnya om kembali menghadap pintu, menghadap ruang tamu.

Lelahnya hari ini, membuat tubuh sangat letih, om butuh istirahat, butuh tidur.
Sukurlah, tanpa disadari kantuk mulai datang. mata ini semakin berat dan semakin berat, perlahan mulai terpejam..

Terpejam..

Akhirnya terlelap..

***
Terjaga, tetapi mata belum benar terbuka. udara dingin menusuk tulang, dinginnya masuk dari sela-sela lubang jendela.

Pelan-pelan membuka mata, melirik jam dinding, dalam gelapnya kamar masih kelihatan kalau jarum pendeknya menunjuk ke angka dua.
Beberapa menit kemudian om sudah benar-benar sadar, sadar dan teringat kalau sedang sendirian.

Lalu mengarahkan pandangan ke ruang tengah. Lampu petromak nyalanya sudah temaram berkedap-kedip, nyaris mati, sepertinya sebentar lagi padam.
Posisi tidur masih miring menyamping, menghadap pintu, memandang sebagian ruang tamu, ada sofa panjang dan meja di depannya.
Om terdiam, jantung mulai berdegup kencang, tubuh gak bisa digerakkan, karena di sofa panjang itu om melihat sesuatu..
Di antara terang dan gelap dari cahaya petromak yang berkedap-kedip, om melihat ada sosok laki-laki yang sedang duduk di ruang tamu, berpakaian serba hitam dari kepala hingga kaki.
Sosok itu duduk di sofa panjang menghadap kamar, duduk menghadap om yang tengah terbaring di atas tempat tidur.

Dia hanya diam dengan mata yang menatap tajam lurus ke depan, senyum lebar nyaris menyeringai menghiasi wajah seramnya, wajah dengan kumis yang sangat tebal.
Rambutnya gondrong, di atas kepala menggunakan kain yang dililit membentuk seperti sorban berwarna hitam.

Sesekali dia mengepulkan asap rokok dari mulutnya, rokok yang dia pegang di tangan kiri. Sementara tangan kanan menggenggam golok panjang yang masih ada di dalam sarungnya.
Om ketakutan..

Siapa laki-laki itu?

Bagaimana dia bisa masuk ke dalam rumah?

Tapi tetap, om belum juga bisa berbuat apa-apa, tubuh masih kaku gak bisa bergerak, mulut tercekat gak bisa mengeluarkan suara.
Sementara keadaan sangat hening, sepi, gak ada suara apa pun juga..

Dead silence..

***
Beberapa saat lamanya situasi itu berlangsung, hingga akhirnya om melihat ada pergerakan dari sosok laki-laki itu.

Bibirnya bergerak-gerak, mulutnya seperti hendak mengucapkan sesuatu.

Gerakan bibirnya berulang-ulang, kalimatnya gak berganti..
Tapi dia gak mengeluarkan suara, gak terdengar kata-kata, hanya gerakan mulut dan bibir yang terus-terusan seperti hendak berucap sesuatu..

Om penasaran, lalu mencoba fokus untuk membaca gerakan bibir dan mimik wajahnya, mencoba mengerti apa yang hendak dia katakan.
Setelah cukup lama memperhatikan, akhirnya om tahu apa yang dia ucapkan berulang-ulang..

"Mati, banyak yang mati, banyak yang mati.."

Kira-kira seperti itu kalimat yang om tangkap..

Semakin merinding, semakin ketakutan, semakin panik, om gak tahu harus berbuat apa..
Siapa yang mati?

Berapa banyak yang mati?

Kenapa bisa mati?

***
Om masih seperti terhipnotis, diam di atas tempat tidur dengan posisi yang masih sama, masih bingung dalam ketakutan, apa yang tengah terjadi?
Di tengah kekalutan, sosok laki-laki itu perlahan berdiri..
Setelah berdiri, baru kelihatan jelas tubuh tinggi besarnya. Senyum yang menyeramkan masih terus menghias wajahnya.

Dia berjalan menuju pintu,

Sesampainya di depan pintu, dia membukanya, lalu ke luar rumah.
Pada saat itulah lampu petromak akhirnya benar-benar padam, penerangan hanya mengandalkan cahaya dari lampu templok yang ada di dalam kamar.

Itu juga saat dimana om akhirnya dapat menggerakkan tubuh..
Om bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah pelan keluar kamar menuju pintu depan.

Om menutup pintu yang tadi dibiarkan terbuka oleh sosok laki-laki misterius itu.

Tapi masih penasaran, masih adakah sosok itu di luar rumah?
Melangkahlah om mendekat ke jendela, lalu membuka sedikit tirainya.

Dari celah kecil tirai jendela, om mengintip ke luar.

***
Perkebunan karet sangat gelap, penglihatan hanya dibantu oleh bias cahaya langit yang menembus sela-sela pepohonan.

Sepi..

Kosong..

Hening..
Tapi, sosok yang om cari ternyata masih ada..

Sosok laki-laki tinggi besar itu berdiri di dalam gelap, menghadap perkebunan, membelakangi rumah..

Dia berdiri diam, gak bergerak sedikit pun..

Dalam ketakutan, om masih terus penasaran, apa yang hendak dia lakukan?

***
Sekitar sepuluh menit kemudian, mulailah terjadi sesuatu..

Ada yang bergerak di kejauhan, sesuatu yang bergerak mendekat menembus gelap.

Sesuatu itu semakin mendekat, lama-kelamaan om menjadi tahu apakah itu yang sedang bergerak mendekat.
Ternyata itu adalah rombongan yang terdiri dari banyak orang, rombongan yang berbaris berjalan gak terlalu cepat, mendekat ke rumah, mendekat ke arah om yang tengah mengintip dari balik jendela.

Sementara laki-laki sosok tinggi besar itu masih saja berdiri di tempatnya.
Ketika jarak rombongan hanya tinggal beberapa belas meter lagi, saat itulah om dapat melihat kalau ternyata mereka membawa sesuatu.

Mereka membawa keranda mayat..

Bukan satu, mereka membawa beberapa keranda..

Om semakin ketakutan..

***
Akhirnya mereka berhenti tepat di depan rumah.

Beberapa saat lamanya mereka berhenti,

Lalu sosok laki-laki tinggi besar itu masuk ke dalam rombongan.
Mereka kembali bergerak, berjalan ke arah timur perkebunan, perlahan menembus gelapnya perkebunan karet.

Rombongan akhirnya hilang dalam gelap..

Lalu om menutup tirai..

Malam itu ketakutan, om gak bisa tidur sampai pagi menjelang..

***
Siapa sosok laki-laki itu?

Siapa rombongan pembawa keranda?

Ada apa?

Nanti akan terjawab semuanya, tunggu terus seri selanjutnya.

Sekian dulu cerita pendek RHDPK malam ini.

Met bobo, semoga mimpi indah.

Salam
~Brii~

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Brii

Brii Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @BriiStory

Feb 3
Kadang keadaan memaksa kita untuk menempati tempat tinggal baru. Sering kali, susahnya proses adaptasi harus ditambah dengan terpaan seram dari sisi gelap.

Ada teman yang mau berbagi cerita pengalaman ketika harus menempati rumah baru.

Simak di sini, hanya di Briistory..

***
Lagi-lagi, aku menemukan beberapa helai rambut panjang, entah ini sudah yang keberapa kali, kali ini aku menemukannya di depan lemari ruang tengah. Beberapa helai rambut ini kalau diukur dengan tubuh perempuan dewasa, kira-kira dari kepala sampai ke pinggul, panjang memang.
Apa yang aneh? Ya anehlah, karena di rumah gak ada seorang pun yang memiliki rambut sepanjang itu. Rambutku hanya sebatas pundak, itu pun jenisnya gak sama dengan rambut yang sudah beberapa kali kami temukan.
Read 89 tweets
Jan 13
Gak memandang apa pekerjaan kita, “Mereka” akan datang dengan keseraman tanpa diduga, dengan berbagai bentuk yang gak tertebak.

Malam ini, simak pengalaman seorang supir travel di salah satu bagian Sumatera.

Hanya di sini, di Briistory…

***
~Lampung, Circa 1998~

“Hati-hati, Bang. udah malam ini, kenapa gak besok lagi ajalah nariknya.”

“Hehe, tanggung, Man. Setoran masih belum setengahnya ini, nanti bos marah.”
Nyaris jam sebelas malam, ketika aku masih berada di pelabuhan Bakauheuni, Lampung. Percakapan dengan Iman, rekan sejawat, sejenak membuyarkan lamunan.
Read 115 tweets
Dec 16, 2021
Sejarah panjang dan kelam sering kali terungkap dalam senyap, tergambar oleh tarikan garis seram.

Satu sudut di Lembang, tersaji horor tempat pelatihan, seorang teman coba bercerita pengalaman seramnya di sana.

Simak di sini, hanya di Briistory..

***
Waktu seperti berhenti, udara sama sekali gak bergerak, suara detik jam yang tadinya samar terdengar tetiba gak ada lagi. Dalam gelap, aku terus memperhatikan ujung tangga, menunggu kira-kira siapa gerangan yang akan turun dari lantai atas.
Sementara itu, suara yang sepertinya bunyi langkah kaki, terus saja kedengaran, makin jelas, makin dekat.
Read 101 tweets
Nov 25, 2021
Cadas Pangeran, satu tempat bersejarah. Ratusan tahun berusia, sahihkan kisah hitam dan putihnya, terus bergulir hingga kini.

Mamal ini, seorang teman akan menceritakan pengalamannya ketika melintasi daerah ikonik ini. Seram? Tentu saja.

Simak di sini, hanya di Briistory.

*** Image
Lepas dari pusat kota Jatinangor, aku akhirnya masuk ke daerah yang terlihat seperti gak berpenduduk.
Tahun 1998, Cadas Pangeran masih sangat sepi, jalan berkelok dikelilingi oleh pepohonan yang membentuk hutan, sama sekali gak ada penerangan, gelap gulita.
Read 64 tweets
Nov 18, 2021
Keangkeran tempat kerja kadang terpaksa harus dihadapi. Keseraman lain dimensi, sesekali menghadirkan sosok-sosok ngeri.

Malam ini, ada teman yang akan bercerita tentang seramnya pabrik tempatnya bekerja. Tahun 2001 peristiwa ini terjadi.

Simak di sini, hanya di Briistory.

***
Suara itu lagi, walaupun sudah pernah mendengar sebelumnya, tetap saja aku terkejut, tetap menoleh ke pintu walau tahu masih dalam keadaan tertutup.
Suara gesekan sapu ijuk dengan lantai, menggusur debu serta kotoran, membersihkan.

Suara sapu ini mungkin akan terdengar biasa saja kalau siang hari, tapi beda cerita ketika terdengarnya tengah malam seperti ini.
Read 85 tweets
Nov 11, 2021
Entah bagaimana cara dan prosesnya, berjalan lintas dimensi bisa saja terjadi. Siapa pun bisa mengalami, gak pandang bulu.

Malam ini, satu teman akan bercerita pengalaman seramnya, lintas dimensi merasakan kekacauan garis ruang dan waktu. Hanya di sini, di Briistory..

***
~Circa 2003, selatan Jawa~
Aku dan Virgo akhirnya menyerah, kami sudah gak kuat menahan kantuk.
Read 101 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(