Hai penggemar cerita horor, kali ini ane ingin berbagi sedikit kisah nyata, biar bisa ambil hikmahnya bersama.
"HANTU 1 TRILIUN" [Based On True Story]

-Horror Thread-
@bacahorror #bacahorror #ceritaht
@bacahorror Part 1. MY LIFE

Sungai yang jernih ini dan ladang yang hijau adalah bagian dari hidupku, sebagian besar kuhabiskan umur aku ditempat ini. Aku terlahir dari keluarga sederhana, yang teramat sederhana dan bahagia tentunya.
Tempat tinggalku sekarang didaerah bekas ibukota kerajaan Majapahit, sebut saja namaku Umar pria berumur 30 tahunan. Aku sekarang sudah berkeluarga dan mempunyai dua orang putra yang sedang beranjak menuju kedewasaannya.Aku sendiri saat ini hidup sangat sederhana dan apa adanya.
Pekerjaanku sehari-hari mencari ikan di sungai, Sesekali bertani di sawah peninggalan orang tuaku.

Istriku yang cantik dan setia, tiap hari membantuku ke pasar diwaktu masih petang hari untuk menjajakan hasil dari jerih payahku seharian bekerja di sungai dan ladang.
Pekerjaan itu kulakukan untuk menyambung hidup dan mencukupi kebutuhan kami sehari-hari. Aku sendiri berpendidikan formal tidak tinggi maka untuk cari kerja yang bagus juga susah.
Akan tetapi kehidupan di desa mendukungku karena bisa hidup seadanya ditambah suasana kekeluargaan yang kental, nyaman dan tenang. Kondisi desa seperti itu jauh dari ambisi serakahnya dan kebisingan kota, suasana saat itu membuat kami merasa cukup dan nyaman.
inilah kehidupanku sekarang!

Aku dulu pernah belajar sedikit ilmu agama, dan aku mempunyai beberapa guru yang berada di Jawa tengah dan Jawa barat. Akan tetapi sekarang sudah meninggal semua. Mungkin ilmu yang sedikit ini akan menjadi bekal kedepan merubah kehidupanku kelak.
Kata bapak dan emakku, aku terlahir sebagai anak istimewa. Tapi aku tidak pernah menghiraukan semboyan dan julukan itu, aku hanya merasa semua itu pendapat bapak dan emakku saja. Toh aku juga merasa biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa dariku.
Akhirnya benar semboyan mereka yang pernah mereka ucapkan itu, dikala menjelang umur 17 tahun panca indraku banyak yang aneh. Sebelumnya khitan mulai nampak sedikit dan terasa tapi masih samar-samar. Sesudah khitan dan disaat tepat usia 17 tahun aku sudah bisa melihat,
mendengar dengan jelas hal yang aneh-aneh yaitu mahluk dari dunia lain. Kemampuan ini makin terasah ketika aku bertemu dengan guru yang membimbingku selama ini sampai beliau wafat. Tapi untuk saat ini aku hanya fokus dikehidupan nyata saja.
Dunia perdemitan atau dunia ghaib semacam itu sudah lama kutinggalkan, dulu pernah bergelut dengan dunia semacam itu tapi hanya sebentar tidak sampai satu tahun karena tuntuntan ekonomi dan keluarga.
Saat itu aku berfikir dunia semacam itu hanya untuk main-main saja, tidak bisa dipakai untuk mengais rejeki. Akhirnya aku hanya fokus bekerja dan sampai akhirnya, kerja kerasku dan kesabaran selama ini membuahkan hasil.
Sekian lama akhirnya bisa membangun gubuk kecil ditanah peninggalan orang tuaku dulu, tepatnya tahun 2012. Impian besar dari keluarga kecil kami yang teramat sederhana, rumah itu cukup untuk berteduh di kala terik matahari dan berlidung dikala hujan tiba.
Part. 2.PRIVATE NUMBER

Pagi itu seperti biasa aku mencari ikan, disungai jernih yang biasa kami kunjungi dengan kawan sesama profesiku sebut saja namanya Imron. Kebiasaan kami dan orang - orang waktu cari ikan HP dan lain-lain kami tinggal di tanggul sungai.
Kami biasanya mencari ikan dari pagi sampai sore, saat itu alat perang kami yaitu pancing dan jala sudah kugunakan dari pagi. Kami rasa sudah cukup hari ini dengan hasil yang lumayan banyak sekitar 7 kiloan.
Setelah membersihkan diri di sungai dan peralatan perang kami, di tanggul sungai aku istirahat sejenak sambil rebahan. Ditanggul sungai saat masih rebahan aku coba liat HP yang dari pagi hanya tergeletak di atas bajuku dan melihat history panggilan.
Waktu itu banyak panggilan telpon di hpku tidak ada nomornya kayak orang mau ngerjain. Aku biarin saja histori panggilan itu, tapi setelah itu telponku berdering lagi dan lagi. Akhirnya aku penasaran juga dan terangkatlah HP jadul itu ditanganku. Dengan perasaan agak jengkel!!!
Mr. X “Assalamualaikum …mas …mas…ini aku Tono? mas kok sulit banget di telpon dari tadi? kayak orang penting ae?" Tanya Tono seperti senapan AK 47 memberondong sasaran tanpa henti.

Aku diam sejenak dan sambil mengingat…ingat…siapakah gerangan ini!
“Walaikum salam ohhhh Tono dari kota pengrajin emas itu? aku dari tadi masih disungai lagi kerja oon! siang waktunya kerja, emang lo kagak kerja.” Jawabku balik memberondong pertanyaannya.

“Gimana kabar lo sekarang?” Tanyaku dengan basa basi dulu.
“ Iya mas,,,bener mas!!! baik mas, sehat aku sekarang. saya mau minta tolong mas? darurat ini mas, penting puuuuooollll pokoknya ini?” Nadanya sudah keliatan bingung dan panik.

“Ok…. Ok… ada apa Ton, tenang dulu kayak dikejar setan lo, tenang dulu napa?” Kataku
“Lah lo kan juga bisa Ton! Lo juga kan pernah belajar agama?” Kataku.

“Gak bisa mas, ini bukan levelku, beneran mas, ini berat mas.” Katanya bikin aku penasaran.
“Emang tiang listrik pake beratnya segitunya Ton.” Godaku kepada Tono untuk menghilangkan ketegangan di lokasi yang tidak aku tahu.

Aku merasa penasaran, ini anak ada apa ya tiba-tiba telpon gak jelas kayak gitu, kok sampe segitunya padahal Tono dulu hebat untuk masalah ginian.
Aku sebenernya pengen hidup tenang dan berhenti dari dunia perdemitan. Ini malah minta tolong ginian lagi! mau nolong sudah berhenti bergelut didunia gituan, gak nolong juga takut dosa. Tono juga temen lama dan temen deketku, bingung jadinya waktu itu.
“Ohhh y sudah Ton, tolong kamu kasih telp kamu sama orangnya?” Pintaku

“Lah gila apa mas ini? Orang kesurupan suruh angkat telp mas!!!” Jawabnya setengah marah.

“Eh turutin kataku geblek, mau ditolong apa kagak kawan lo itu?” Jawabku setengah membentak.
“Ya udah mas, ya udah …ini…..” Tono mengalihkan HPnya ke kawannya”

(ganti sosok suara serak) #$@#$@#&&* suara meracau tidak jelas…

“Eh lu jangan ganggu orang sudah pergi sana!!!” Bentakku pelan

Tuuuuuuutttt tutttttttt tuuuuutttt (telpon putus)
“Hadeh pulsa Tono habis tuh keliatannya, ah biarin emang aku pikirin kalo butuh pasti telpon lagi” gumam dalam hati.
Tak lama kemudian belum sampai mau ngajak Imron beresin ikan buruan yang kami tangkap HPku sudah memanggil – manggil, kalau bukan lo Ton udah aku jitak palalu dari tadi ganggu aja orang lagi cari ikan.

“Halo Ton, ada apaan lagi?” Tanyaku.
“Mas …mas….orangnya pingsan.” Katanya dengan semangat

“Ah biarin aja tar bangun sendiri “ Kataku asal setengah jengkel.

“Mas Umar apain kok bisa kayak gitu? Apa pean rayu ato marahin hantunya?” Tanya tono
“Gak aku apa-apain Tonoooooo, Cuma aku suruh gak ganggu saja!” Jawabku.

‘Wah ni bocah kepo mulu, tapi tumben dia kayak gini seumur-umur aku kagak pernah tau tingkahnya dia kayak gini’ dalam pikirku

"Mas umar …kapan kamu dirumah mas?" Tanya Tono dengan penuh harapan
“Tiap hari dirumah tonooooo tapi sore, kan lo tahu sendiri aku kerjanya apa? lo niat ngejek apa nyindir?” Tanyaku agak sensi

Maklum Tono sekarang sudah berhasil hidupnya, dengan ekonomi yang cukup mapan dan sukses. Padahal dulu aku dan tono berangkat belajar agama bersama,
dan kami dari keluarga orang yang biasa saja mungkin bisa dikatakan keluarga yang kelewat sederhana.

“Gak gitu mas aku pengen ngajak orangnya kerumah mas? Biar mas beresin masalahnya.” Pinta tono dengan nada memohon penuh harap
“Aduhhh Ton, aku kan pernah bilang aku udah berhenti dari yang namanya gituan!!! Aku juga udah janji sama istri dan anakku, masalahku juga udah banyak jangan ditambah mulu Ton,,,!!! kapan aku bisa hidup tenang klo gini terus” Kataku menolak dengan halus.
“Ayolah mas kali ini saja,” Rayu Tono.

Part. 3. CAUCASIAN GIRL

“Ayolah mas nanti tak kasih uang banyak, beneran ini mas! Anggap saja gaji 1 bulan mas.” Rayu tono yang kedua
“Beneran ya, jangan bohong lagi lu? awas kalau bohong lagi aku sumpahin hidup lo susah seumur hidup.” Ancamku

“Iya mas bener aku gak bohong! Sumpah!!!, ya elah pake nyumpahin segala mas…mas!!!!” Jawab Tono.
“Ya udah kalo gitu lima hari lagi lo datang kerumahku ya? Sorean saja dodol!!! Habis ashar.” Kataku.

“Iya mas, terima kasih. Salamu’alaikum” katanya bersamaan menutup telponnya.
“Sialan Tono ada aja dari dulu sukanya bikin ulah, gak mau hidup temennya tenang dan damai” Kataku pelan

“Ada apaan mas? Kok keliatannya kesel gitu? Mang telpon dari siapa?” Tanya Imron yang keponya sudah tinggi.
“Biasa Pron tuh si tukang usil, Tono dari kota pengrajin emas ada-ada saja ulahnya dari dulu. Biasanya iseng, ngajak main kagak jelas dan sukanya bikin orang susah.” Terangku

“Oooohhhh gitu to mas, si Tono lagi” Jawab Imron
“Ya udah ayok Pron kita pulang, bagian ikan aku udahkan?” Tanyaku.

“Iya sudah mas.” Jawab Imron.

Biasanya aku kalau mencari ikan sama si Imron dijadiin satu wadah dulu, kalo mau pulang baru dibagi rata, dan di bungkus pake kantong plastik besar per orang.
Lima hari kemudian Tono benar-benar datang, waktu itu aku masih ingat dihari Rabu. Aku yang dari tadi duduk jongkok diteras sambil merawat tanaman yang ada di teras rumah, sedang asyik-asyiknya.
Pandanganku menoleh kedepan rumah, Sore itu kendaraan mewah merek eropa berhenti tepat didepan rumahku. Kendaraan yang jarang ditumpangi oleh orang orang biasa, karena satauku hanya orang yang bener-bener mampu saja yang bisa beli kendaraan kayak gini.
Masak tono udah begitu tajirnya yak, kan lama juga kagak bertemu dengan manusia usil itu.

Sore yang cerah memang saat itu, hembusan anginnya pun berhembus dengan melambai – lambaikan dedaunan depan rumahku. Cahaya kehidupan dari matahari juga semakin meredupkan sinarnya.
Masih aku amati dari jauh yang keluar dari mobil hitam itu ternyata ada lima orang.

Pertama Tono temenku yang super usil, yang kedua pria yang berpakain biasa yang nggak ku kenal. Ketiga dan keempat pria juga dengan badan yang tegap dengan rambut cepak.
Yang terakhir seorang cewek bule, berbaju merah lengan panjang. Memakai jeans warna gelap kulit putih pastinya. Rambutnya yang juga berwarna kemerahan digerai sebahu, badan agak tambun sedikit tapi dengan tinggi 175 cm cukuplah untuk ukuran cewek eropahhhhh.
Wihhhhh ngipi apa aku semalam, ada tamu bule dan didampingi empat orang ini yak! bawa kendaraan mewah pula, aku sendiri sambil termenung lama melihat pemandangan didepan mataku saat itu.
Perasaan semakin penasaran dan penasaran, ada apa gerangan mereka ini. Masak Tono mau nikah lagi? Atau sudah hamilin cewek itu ya, aku disuruh jadi walinya?

Karena Tono sukanya kayak gitu dulunya, pikiranku hanya negatif thinking sama si Tono waktu itu.
Gak ada pikiran yang positif dah, kalau sama cebong satu ini. Tapi sejak kedatangan mereka aku merasa aneh, hawa jahat dan aura sangat kuat mengikuti mereka berlima.

Masih kuamati, si cewek bule jalan dibelakang didampingi dua orang tersebut,
sedang Tono dan supir berjalan didepan menuju rumahku. Aku berdiri didepan rumah sambil menyambut mereka. Aura itu mengikuti mereka sampai masuk kerumahku. Bener hawa setan tua yang ganas dan sangat mengerikan.
“Assalamu’alaikum….saudara tua?” Kata Tono dengan senyumnya lebar.

“Walaikum salam Ton, emang aku si kera bertongkat pake saudara tua kampreet????” Jawabku kesal.
“Ayok masuk…masuk….dulu semuanya. Gak enak dilihat tetangga” (biasanya kan para tetangga aku pada kepo akut kalau ada orang aneh di lingkungan sekitar maklum namanya orang kampung, apalagi ini gadis bule yang dibawa), kataku.
Tono dan kawan-kawannya pun masuk semua keruang tamuku, dirumah yang sangat sederhana, yang baru selesai dibangun belum seminggu. Semuanya duduk lesehan maklum aku masih belum punya kala itu,
kursi saja belum kebeli hanya tikar dari platik warna hijau muda yang terhampar di ruang tamu.

Sambil mempersilahkan mereka duduk, aku kedalam bikin minuman untuk para tamu yang aneh ini. Setelah itu aku keluar bawa nampan berisi kopi dan teh serta cemilan sisa lebaran.
Tak lupa aku menyuguhkannya selayaknya hamba kepada rajanya…..

Di ruang tamu Tono duduk berhadapan denganku, sedang sebelahnya kelihatannya tadi sopirnya. Dan cewek bule tersebut ada di sebelah samping kiriku didampingi dua pria yang berpakaian batik.
4. THE AIDE

“Mas! sebelah saya ini namanya mas Andi ajudan dan juga orang kepercayaan kakek neneknya mbak itu.” kata Tono sambil menunjuk cewek bule yang berada disampingku, diiringi anggukkan kepala dan senyum tipis mas Andi.
“Dan itu namanya mbak Anne, untuk disamping kanan kirinya itu bodyguardnya mbak Anne.” kata Tono lagi sambil menunjuk dengan jari telunjuknya, kedua bodyguadnya hanya mengangguk sedangkan Anne sendiri hanya diam dengan tatapan kosong.
“Mbak Anne ini dari Eropa loh mas?” Kata Tono meyakinkan aku

“Ya Ton,” Jawabku yang dingin

Dengan cepat aku mengambil suasana diruang tamuku seraya memperkenalkan diri dari pada denger Tono ngomong kepedean tidak jelas.
“Mas, mbak, saya nama Umar”. Kataku sedang memperkenalkan diri.

“Kira – kira ada masalah apa mas? Dan apa yang terjadi dengan semua ini?” Tanyaku kepada semua yang berada diruang tamuku.
Waktu itu suasananya Tono dan mas Andi saling berpandangan, memainkan kode untuk siapa yang pantas menjelaskan semua kejadian yang ia alami selama ini.

Dengan sigap, mas Andi langsung mengambil suasana diruang tamu.
“Baik mas Umar biar saya yang jelaskan dulu, apa yang terjadi dengan kami”. Kata Andi dengan tenang.

Begini mas, ini berawal dari perjalanan mbak Anne yang berlibur di beberapa pulau wisata yang berada di Indonesia dipertengahan tahun. Tepatnya liburan itu di timur pulau Jawa.
Waktu mulai liburan itu Mbak Anne secara tiba – tiba menghilang secara misterius selama satu minggu. Setelah saya tahu kejadian itu pertama saya berusaha menayakan kepada teman, pegawai dan satpam tempat menginap mbak Anne, dan semua jawabannya nihil.
Waktu itu saya bingung mencari kesana kemari selama satu minggu dengan berkeliling di pulau itu, meminta bantuan dari pihak berwajib dan beberapa kenalan saya dan akhirnya ketemu disuatu tempat “yang tempat ini tidak bisa saya sebutkan tempatnya ke mas Umar”.
Perasaan senang waktu menemukan mbak Anne itu mas! setelah saya menemukan mbak Anne, dan setelah berjibaku untuk pencarian selama satu minggu itu. Bagai mencari jarum dalam jerami rasanya mas, saat aku mencarinya…!!!
Tapi setelah penemuan mbak Anne, yang pertama kali itu ada yang aneh dengan mbak Anne. Mbak Anne yang biasa terlihat ceria dan berpakain modis. Waktu saya temukan pertama kali ini dengan kondisi tatapan kosong, tampak awut-awutan “maaf dia seperti gelandangan”.
“Terus gimana?” Tanyaku dengan menghela penjelasan Mas andi.

Akhirnya saya bawa pulang ke hotel dimana mbak Anne menginap selama ini, waktu saya bawa kembali ke hotel tidak ada yang aneh.
Akan tetapi waktu menjelang malam tiba-tiba mbak Anne …”diam sambil mengingat kejadian dihotel ???”

“Melanjutkan cerita dengan nada datar dan sedih” Yang sebelumnya duduk dengan tatapan kosong bangkit berdiri dengan mata melotot,
lidah dijulurkan dan kedua tangannya bergerak seperti orang menari. Dari situlah saya mulai ketakutan, bingung sontak saya berdiri dan lari secepat kilat keluar kamar.
Sambil berlari mencari bantuan ke pihak keamanan hotel saya bertanya dalam hati apa yang terjadi selama mbak Anne hilang selama satu minggu ini. Apa saja yang dilakukan…???

“Kejadian itu kapan mas?” Tanyaku lagi-lagi dengan penasaran memotong ceritanya.
“Dua tahun yang lalu mas“ Jawab mas Andi dengan putus asa dan muka sedih.

Suasana di ruang tamu seketika hening, aku pun terdiam memikirkan dan mencoba menebak apa yang terjadi didalam cewek bule cantik ini.
“Terus gimana lagi mas ?” tanyaku dengan nada pelan kepada mas Andi, sambil mencerna kisahnya diotakku waktu itu.

Sehabis kejadian dihotel itu saya bawa periksa mbak anne ke rumah sakit, dengan meminta bantuan security hotel.
Saya sendiri kan gak kuat mas, badan mbak Anne juga gede gitu. Setelah saya periksakan ke salah satu rumah sakit terbaik dipulau itu jawaban dokter sungguh membuat saya kecewa,
karena jawabannya adalah “untuk kondisi mbak anne sehat dan baik-baik, hanya kelelahan saja” dengan tenangnya jawaban itu keluar dari mulut dokter muda itu.

Masak mas ada orang tingkah berubah secara aneh dan tiba-tiba kok dibilang sehat hanya kecapekan!!!
dalam hati waktu itu penuh curiga dan tak terima atas persepsi dokter muda itu.

Dari jawaban dirumah sakit pertama saya memutuskan untuk pindah berobat ke rumah sakit lain, dengan rekomendasi resepsionis dirumah sakit pertama tadi.
Dan lagi-lagi jawaban yang saya dapat sama dari rumah sakit kedua ketiga dan seterusnya dipulau itu, “hanya kecapekan”. Sampai akhirnya saya bawa kerumah sakit di pulau Jawa mas, karena saya beranggapan rumah sakit di Jawa lebih baik.
Tapi saya lagi-lagi kecewa mas karena hasilnya pun sama dengan rumah sakit di pulau sebelumnya.

Sebenarnya saya juga sempat kepikiran mas, untuk membawa mbak Anne ke orang pintar disana. Tapi namanya orang bule mas! masak percaya sama sebangsa klenik dan ilmu gituan.
Akhirnya saya juga capek mas karena sudah berbulan-bulan, sudah sangat banyak rumah sakit yang dikunjungi akan tetapi tiada hasil. Kebetulan waktu itu masih di Jawa Timur, dirumah sakit terakhir kami kunjungi sebelum ke pengobatan alternatif.
Saat itu ada seorang dokter menyaranakan kami membawa ke pengobatan alternatif atau orang pintar dan sejenisnya.

Lha dari sini saya bisa membuat alasan kepada kakek neneknya mbak Anne untuk pengobatan alternatif, dan untungnya mereka menyetujuinya.
Pada akhirnya saya mencoba memulai ke orang pintar di sisi timur pulau ini.

“Terus gimana mas hasilnya?” tanyaku lagi memecahkan penjelasan sang ajudan mbak Anne.
Pertama saya ke orang pinter ini mas dan dideteksi, ternyata ada sosok hantu dengan klasifikasi sejenis “Leak”. Tapi orang ini pada akhirnya angkat tangan mas, dengan alasan mahluk di tubuh mbak Anne terlalu kuat.
Saya saat itu down mas dan bingung, Mau cari dimana lagi ini. Tapi berbekal info dari orang pintar pertama tadi saya mulai mencari informasi pengobatan alternatif, dukun, orang pintar, kiai dan sejenisnya.
Karena saya kasihan mbak Anne mas, semakin lama semakin sering kambuh penyakitnya. Dengan kondisi seperti itu saya putuskan untuk menyewa pengawal karena saya takut kalau sendirian menghadapi ini dan tidak kuat tenaga saya menahan mbak Anne saat kambuh.
Itulah alasan saya bawa rekan bodyguard ini kemanapun saya pergi saat ini. karena setiap mbak Anne kambuh, dia langsung marah – marah tidak jelas, serta berlarian dengan mata melotot dan kedua tangannya menari-nari selayaknya leak sedang berpesta.
Dengan bantuan meraka minimal saya bisa mengkondisikan keadaan mbak Anne saat kambuh.

“Terus kakek nenek mbak Anne gimana mas?” Tanyaku karena penasaran keluarganya tidak ada yang mendampinginya saat sakit kayak gini.
“Saya tetep berkomunikasi sama mereka mas, mereka dibenua biru, setiap perkembangan saya laporkan ke mereka. Beberapa kali mereka juga ikut menemani untuk pengobatan mbak anne, tapi karena faktor usia akhirnya mereka menitipkan mbak Anne kepada saya.
dengan berat hati dan kasihan akhirnya saya mencoba membatu dengan mengabdikan diri untuk merawat dan mencarikan pengobatannya sampai sembuh. Mereka juga mengusahakan mencari info untuk pengobatan cucu kesayangannya” kata Andi.
“Untuk pengobatan alternatif sudah sampai kemana saja mas?” Tanyaku dengan santai.

“Insyaallah seluruh wilayah Indonesia yang ada orang pengobatan medis, alternatif dukun, kiai, orang pintar yang terkenal sudah kami datangi mas.
Kami juga sudah mencari pengobatan di beberapa negara.” Kata andi

Aku yang awalnya tenang mendengarkan, kaget dan shock mendengar pengakuan mas ajudan ini. Wajah kepoku penuh tanya muncul karena rasa keputusasaan mereka, spontan bibirku berucap.
“Loh sudah sejauh itu ya! Memang sudah berapa banyak yang dikeluarkan biaya untuk itu semua mas?” Tanyaku kepada Mas andi.

“Saya juga tidak tahu mas, untuk masalah biaya gak pernah mikir mas dan gak usah dipikir mas.
Kakek neneknya mbak Anne dari kalangan orang berada kok. Intinya ingin cucunya kesayangannya segera sembuh” Jelas mas Andi
Aku terdiam, masih bingung dan berfikir setelah mendengar info sedikit dari mas Andi apa yang diperbuat mahluk itu sampai 2 tahun bersarang ditubuh putihnya Anne itu.
Ia juga sudah berjuang berkeliling Indonesia dan beberapa negara mencari pengobatan dari medis non medis, sungguh luar biasa!!!
Part.5. THE CONTEST IS OUT OF DATE

“Mas mohon diam sebentar ya!” Perintahku setengah melirik ke mbak Anne, yang masih setia dengan tatapan kosongnya. Rasa penasaran yang semakin membesar akan keberadaan mahluk dalam tubuh anne waktu itu!
Akhirnya kuputuskan untuk mecoba melihat apa yang tersembunyi didalam tubuh gadis bule tersebut, Aku duduk bersila tangan kulipat kedepan kutaruh diatas pahaku, sedang mataku kuperintah untuk terpejam sebentar.
Dengan cara ini aku bisa melihat darkside mbak anne secara utuh [no mesum Tooonn] dalam hatiku.

Dengan cepat kembaranku keluar dari tubuhku dan mencoba melihat dengan jelas apa yang ada ditubuhnya….
PPPUUUUUSSSSSHHHH
benar benar terlihat jelas sosok Leak yang benar-benar menyeramkan sesuai kata Andi waktu dia pergi ke orang pintar, dengan lidah merahnya menjulur kedepan satu meter digawangi taring yang panjang dikedua sisi bibirnya yang kecoklatan.
Dengan mata menyala yang melotot, rambut yang panjang sampai lutut berwana putih kekuningan yang jelas acak-acakan rambutnya, tangan dan kaki ditumbuhi kuku yang panjang kunig kehitaman.
Badannya sebagian ditutupi kain motif hitam putih kotak kotak diikat kain merah dipinggangnya.

Sangat...sangat mengerikan sekali mahluk ini waktu aku melihat dengan jelas, aku hanya bisa geleng-geleng kepala,
pertama kucoba berinteraksi dengan melambaikan tangan dan ucap salam untuk menyapa baik-baik berulang kali, akan tetapi Leak ini tidak merespon hanya diam dengan raut wajah dipenuhi kebencian dan kemarahan yang terlihat.
Saat kuamati lebih lama jenis leak ini, terlihat sangat tua umurnya dan berilmu tinggi, terbesit dalam otakku untuk menganalisa asal usulnya serta apa kelemahan mahluk ini. Akhirnya kuputuskan kembali keragaku yang sedang terjaga,
nanti saja biar buat PR untukku sendiri saat tamuku sudah pulang.

Seketika aku membuka mata, masih dengan suasana hening diruang tamuku. Terlihat posisi mereka berlima masih dalam keadaan yang sama saat kutinggal tadi.
Dan saat itu juga langsung kusampaikan hasil pengamatan singkatku tadi.

“Jadi begini mas andi, memang benar apa yang ada dalam tubuh mbak Anne ini adalah Leak. Leak yang sangat kuno dan kuat,
tapi sabar saya akan mencoba mencari petunjuk dan jalan keluar akan masalah ini”. Terangku kepada mas Andi bersama yang lain di ruang tamuku.

"Kira-kira untuk proses penyembuhan bisa sampai berapa kali mas atau berapa bulan?" Tanya mas Andi kepadaku “Saya usahakan saja mas,
saya juga tidak janji akan keberhasilan saya dalam pengobatan ini, karena saya manusia biasa bukan dewa juga bukan sang pencipta. Saya hanya manusia bisasa dan berusaha semampu saya.” Kataku dengan pasrah sambil mengingat bentuk Leak yang kuat tadi.
Asem Tono ini kasih kerjaan berat amat !!! mustahil kalau musuhnya kayak gini, sambil berfikir aku mengambil rokok dan langsung menyulutnya dengan korek api tok*i dedepanku.
Secara sudah banyak rumah sakit, dukun, kiai, indigo, orang pintar dan sejenisnya selama ini belum ada yang berhasil eksekusi leak dalam tubuh anne selama 2 tahun ini.
"Saya mohon mas. Bener mas! Saya sudah hampir putus asa untuk mencari pengobatan untuk mbak Anne, mudah-mudahan sama mas Umar ada hasil". Ujar Andi.

"Ya mas, doakan saja" jawabku singkat
"Begini mas Umar, saya kasih info ke mas Umar. Sejak kejadian sakitnya mbak Anne ini terjadi kebuntuan dari pengobatan medis dan non medis akhirnya kakek dan nenek mbak Anne memutuskan membuat sayembara kira-kira satu tahun setengah yang lalu lah mas.
Sayembara itu isinya ialah “bagi siapa saja yang bisa menyembuhkan cucu kesayangannya akan diberi imbalan 1 TRILIUN!!!” Kata mas Andi dengan nada merayu dan yang meyakinkan aku.
"Hal ini juga sudah diketahui banyak khalayak umum mas, mulai dari berbagai kalangan, karena saya sendiri juga menyebarkan sayembara ini". Jelas Andi

SATU TRILIUN !!!!!?????? yang bener mas!!! kataku dengan nada kaget
Waktu itu aku benar-benar berhenti dari dunia semacam itu, jadi informasi apapun mengenai sayembara apapun udah gak tau karena sudah benar-benar ingin menjalani hidup normal.
Dan jelas kagetlah saya saat Andi bilang 1 Triliun, pegang uang 100 rebu saja jarang-jarang karena dibawa sama bendahara negara hahahaha.

Rokok juga masih ngelinting beli tembakau kiloan sama papernya. tapi tetep bisa bahagia …."
Benar mas! Jawab mas Andi sambil mengeluarkan cek berwarna biru muda (kata temenku yang kerja dibanknya “itu adalah cek khas milik bank yang ditempati kerja salah satu teman saat itu, karena tiap bank warna cek/BG beda-beda) dan beberapa lembar kertas dari tas kecilnya.
Tertulis atas nama Anne van persie ditujukan untuk ……(nama pemenang sayembara) masih kosong beserta tanggal yang belum di isi , Hibah (kata yang memudahkan untuk kirim uang dalam jumlah besar)
dari perusahaan otomotif asal Bavaria dan perusahaan terkaya saat ini no 2 didunia (menurut beberapa majalah dan berita online 2019).

Aku sendiri melihat dengan kepalaku tidak percaya begitu saja dengan tulisan di cek itu,
melihat tulisan yang tertera dicek bank persemakmuran eropa tersebut tertulis nominal angka nolnya 12 digit alias seribu meter, masih geleng-geleng kepalaku sambil menikmati rokok dan menemui hal mustahil pertama kali dalam hidupku (mimpi apalagi ini Tooonnnnn,
sudah kedatangan bule cakep masih single, tajir pula).

Sayembara usang tanpa pemenang, heran juga aku. Sehebat itu leak ini hingga pengobatan yang dilakukan sampai ke seluruh negeri ini belum membuahkan hasil.
Dan mulai saat itu aku sudah berniat dengan segala cara akan membereskan masalah ini sesuai janjiku pada Tono, “kawan usilku sejak muda”.

"Mas siapa sebenarnya mbak Anne ini kok kaya amat sampe segitunya kakek neneknya?" Tanyaku masih penasaran.
Sebenarnya kakek nenek mbak Anne ini adalah salah satu pemilik perusahaan otomotif terkenal di eropa sana. Kalau uang yang dibuat sayembara itu sebenarnya tidak seberapa dengan harta dan asset yang dimilikinya saat ini.
Mereka lebih sayang kepada mbak Anne selaku cucu kesayangannya dan penerus usaha keluarga tersebut karena kedua orang tua mbak anne sendiri sudah tidak ada. Mungkin nanti hadiah yang diberikan akan ditambah jika dirasa mas umar bisa berhasil menyembuhkan mbak Anne.
"Jadi nilai sayembara itu tinggi karena selama ini belum ketemu obatnya gitu ta mas?" Tanyaku yang mendesak ke mas Andi!!! "Betul mas." Jawabnya singkat.

Gila leak macam ini bernilai amat tinggi, bener-bener harta sudah tak berharga lagi waktu itu.
Tapi kalau posisiku jadi kakek Anne aku juga pasti akan melakukan hal sama juga, Hal ini Mungkin juga semua orang didunia juga akan melakukan hal yang sama kepada anak dan cucunya ya? Jika keadaan sudah seperti ini
Mataku melirik ke Tono yang bengong lihat aku ngobrol dengan Andi. Aku juga penasaran sebelumnya Tono sudah ngapain aja sama si Anne ini!

"Eh tong jangan melamun, lo kemaren udah apain aja mbak Anne ini “setengah curiga (maklum Tono rada mesum orangnya) kataku.
“Gak aku apa-apain mas! Aku pertama ketemu udah langsung coba obatin pake caraku, ga tega juga lihat si Anne udah lama kayak gitu”. Terang Tono yang sok suci "dasar cabul lo Ton".

"Ok, kalau gitu sementara aku percaya! tapi awas kalau beda yang sama lo omongin barusan!
Apalagi Kalau lo ambil kesempatan dalam kesusahan hemmm?" Nadaku setengah mengancam Tono dengan usil, aku lihat Andi dan kedua bodyguardnya hanya senyum melihat ancamanku ke Tono.
"Ayo mas lo bunuh setan yang di tubuh Anne tuh, soalnya kemaren aku coba dengan caraku, aku hampir mati dibuatnya." Kata Tono dengan dendam membara saat ritualnya dipecundangi leak sialan ini.
"Iya Ton, aku juga udah banyak yang lupa untuk ritual kayak gini. Aku coba ingat-ingat bentar ya!"Godaku ke Tono sambil senyum.

"Asemmmm sampean ini mas, mesti gitu dari dulu sama aku.Iya iya mas nanti tak kasih hak sampean! tapi nanti kalau mau pulang."Kata Tono dengan kesal.
"Ya..ya…Ton, lagian lu sih Ton dari dulu suka ngerjain aku! Salah sendiri kalau sekarang ada yang bales." Kataku yang cuek.

"Iya mas umar ganteng aku selama ini banyak salah sama mas," katanya yang memelas! Tiba-tiba suara Tono meninggi marah….
"ayooookkkk mas cepetan, tuh orang sakit jangan becanda mulu, tar setannya makan kita semua…."

Aku hanya senyum-senyum melihat tingkah Tono aslinya keluar, kena lo aku kerjain. Habis ini jangan harap bisa enak-enak lu Ton, aku udah kesel lu kerjain,
terakhir ikan tangkapanku habis dari sungai lo tega embat semua juga, emang temen satu ini lucu tapi super jail!!!
"Iya ton sabar…gua ambil wudhu duluk"….kataku sambil keluar untuk berwudhu dimushola depan rumah.
Part. 6. Fisrt Try

Selesai berwudhu aku kembali ketempat dudukku semula, dalam anganku masih berandai-andai sejenak antara percaya dan tidak percaya yang barusan aku lihat tadi, tapi itu bagus buat semangat baru bagiku,
yaitu untuk memperbaiki ekonomi keluargaku yang selama ini kelewat sederhana [miskin]. Tanpa basa-basi lagi aku akan mencoba mengeluarkan iblis bertaring itu.

“Coba sekarang mas-masnya semuanya diam dan tenang, termasuk lo ton dan perhatikan mbak Anne!
jika mbak Anne berontak atau lari, tolong di cegah dan pegangi yang erat. Untuk mas yang dipinggir kanan kiri tolong dipegang yang kuat mbak Annenya” perintahku.
Suasana mulai hening sejak perintahku kusampaikan kemereka yang ada di dalam ruang tamuku, nampak muka semua tamu itu pada tegang.

Sesaat kuawali ritual khususku [membaca do’a dan beberapa hizib], sekarang aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Malam itu kurasa tenaga dari sang ilahi sudah mulai merasuk ke dalam jiwa ini, dari sini aku akan memberikan sedikit serangan ghaib dari orang yang sedikit berilmu ini.
Aku duduk bersila tetap didepan mbak Anne tangan kananku sejajar dengan ulu hatinya berjarak 1 meteran tepat didepan baju merahnya ditengah kancing baju itu. terlihat dada gadis yang menonjol ukuran 34B (no mesum Ton), sedang tangan kiriku tetap diatas pangkuan paha kiriku.
Sesaat tangan ghaibku melepaskan dari jasadnya, dan mencoba menarik, menyerap sesuatu kekuatan yang besar dan panas. Leak yang selama ini bersemayam ditubuh gadis bule ini.
Bersamaan dengan yang aku lakukan ke anne, mataku melihat didepan, samping kanan, dan kiri rumahku berjajar dalam barisan yang rapih pasukan Leak tersebut! Pasukan dengan jumlah ribuan lengkap dengan pakaian jaman kerajaan dahulu dan senjatanya [ pengen lari rasanya waktu itu.
Malam itu aku seolah mau dibantai tanpa ampun, rakyat jelata ini ]. Sesaat itu juga kabut hitam muncul dari tanah, dimulai dari rumah dan halaman rumahku [ untungnya waktu itu sudah jam 10 an malam, anak dan istriku sudah tidur ].
Di depan pasukan itu ada dua yang memimpin satu laki – laki satunya perempuan, mereka berpakaian kerajaan pula lengkap dengan senjata tombak dan kerisnya. Wajah mereka juga terlihat memendam amarah yang sama dengan leak ditubuh si Anne.
Mereka bersiap menyerang aku sendirian yang mencoba mencabut pimpinannya Leak ditubuh anne. Saat itu aku ingat kata Tono akan perkataannya! bener kata Tono kalau situasinya begini nyawaku pertama kali akan terancam.
Suasana, aura dan suhu diruang tamuku ikut mendadak semakin panas, panas itu semakin cepat meninggi disertai kabut hitam yang menebal diruang tamuku. Terbukti kami berenam keringatnya mulai bercucuran,
padahal rumahku banyak jendela lokasinya dekat dengan sawah pula [para bodyguard Anne, Andi dan Tono nampak kaget,takut dan panik akan fenomena ini, sebelumnya angin dari sawah semilir memenuhi ruang tamu karena rumahku khas pedesaan banyak jendela yang masih bolong.]
Tidak pernah aku merasakan hawa seperti ini dirumahku dalam pikirku.

Pada saat bersamaan tangan ghaibku yang sudah mencekram kepala Leak itu dan sedikit menyerap energinya pelan-pelan,
mbak Anne yang sedari tadi duduk dengan tatapan kosong langsung menjulurkan lidahnya disertai mata yang melotot tajam kearahku. Kedua Tangan mbak anne naik terangkat bersamaan, seakan Leak mau menari. Serta mulutnya mengeluarkan kata-kata keras yang tak kumengerti,
seperti bahasa Jawa kuno.

Saat aku melihat mbak Anne kesakitan luar biasa dan pasukan diluar rumah mulai bergerak ke arahku untuk menyerang,
aku lepas tangan ghaib tadi dengan cepat, selain aku takut nanti kalau mbak Anne terjadi apa-apa aku juga takut akan keselamatan nyawaku sendiri.
Saat kumelihat fisiknya sudah lemah karena dimainkan bertahun-tahun oleh leak jahat itu, aku sendiri melihat pemandangan itu dalam hati nuraniku tidak tega dan sangat kasihan dengan mbak Anne. Akhirnya kuakhiri sesi yang pertama ini dengan kegagalan.
Sambil memikirkan cara yang lain untuk mengeluarkan Leak hitam ini.

Setelah kutarik tangan ghaibku dari tubuh mbak Anne, Tubuh tambunnya langsung tersungkur dan pingsan tapi tetap masih dalam pegangan dua bodyguardnya itu.
Mendadak ribuan pasukan dan pimpinannya menghilang dengan kabut hitamnya semua. Perlahan hawa dan aura diruang tamuku pun berubah normal kembali seperti sedia kala [aku agak tenang saat itu].
“Baringkan dulu mas, biarkan sadar dengan sendirinya”. Perintahku kepada dua pengawal mbak Anne.

“Bagaimana mas?” Tanya Andi terhadapku dengan rasa penasaran dan sedikit ketakutan.
“Sabar mas, ini memang berat !!!saya butuh waktu dan cara untuk mengeluarkan Leak itu dari tubuh mbak Anne!” Jawabku.

“Ya mas, saya berharap dapat kesembuhan dari sini mas!” katanya memelas.

“Sabar mas semua masih butuh proses.” Kataku
“Lo lihat kagak ton yang diluar tadi?” Tanyaku pelan.

“Ya lihat mas, itu juga pasukan yang mau bunuh Tono waktu ritual dirumahku mas”. terang Tono sambil menghapus keringat didahinya dengan tangannya!
“Persis kejadiannya kala itu yang kualami mas, hanya bedanya seketika melihat ribuan pasukan serta jendralnya aku langsung akhiri karena aku yakin mas ini bukan kekuatan yang imbang dan jelas bukan tandinganku mas.” Jelas Tono
“Ton, mas Andi, kita berdoa saja dan pasrahkan semua kepada sang pencipta, aku hanya bisa berusaha dan ikhtiar.” Kataku dengan tenang, seraya menenangkan keputusasaan, ketakutan dan kepanikan Andi dan Tono.
Setelah kejadian itu, aku merasa kecapek’an yang sangat luar biasa dan badanku merasa terbakar khususnya ditanganku yang sangat panas rasanya. Seketika itu aku langsung ambil air kemasan didepanku langsung kuminum sisanya kubasuhkan ketanganku yang super panas tadi.
Tentunya air yang mau kuoleskan tadi kubacakan doa terlebih dahulu, selanjutnya aku olesi tanganku tadi dengan air itu sambil mengelus-elus pelan kulit tanganku yang terasa terbakar tadi. Sekilas aku melirik kearah kiriku dan kulihat mbak Anne yang mulai sadar.
“Saya ada dimana andi ?” tanya anne dengan wajah bingung sambil menegakkan badannya kembali untuk bersandar didinding rumahku [dengan Bahasa Indonesia yang fasih].

Mas andi mendekat ke mbak anne dan meletakkan telapak tangannya di wajah putih anne.
“Kamu gak papa Anne?” Tanyanya kepada anne.

“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja ndi.” Kata anne sambil membenahi rambutnya yang kacau.

“Beneran Ne !!!ya sudah kalau begitu, aku semakin kuatir ne sama kamu”, kata Andi sambil berbalik menuju tempat duduknya semula.
“Badanku kok agak enakan ndi [pengakuan andi ,semenjak pertama kali kerasukan Leak badan Anne merasa sakit semua, panas, terasa berat semua dan gak ada enak-enaknya sampai saat itu], “ kata anne dengan tatapan matanya ke Andi.

“Apa yang kau lakukan terhadapku ndi?” Tanya Anne.
Kami habis melakukan pengobatan untukmu Ne, dan mas Umar ini ne yang mencoba mengobatimu, semoga kau berjodoh dengan pegobatan mas Umar, Ne ! kata Andi dengan sedikit senang dan menunjuk dengan pandangannya kearahku.
Suasana diruang yang sebelumnya tampak tegang dan menyeramkan, sudah berubah dan cair dengan pengakuan Anne, karena merasa ada secercah harapan. Harapan kesembuhan untuk gadis eropa yang kaya raya tapi sedang sakit!!!
Raut muka wajah anne seketika langsung memandangku dengan senyum, spontan tangannya menyodorkan kearahku meminta berjabat tangan dan ingin mengucapkan terima kasih dan berkenalan. [kondisi Anne dari awal masuk rumah sudah bengong saja tidak ingat apa-apa].
“Bapak yang barusan mengobatiku?” Tanyanya pelan.

“Iya mbak” Jawabku dengan menganggukkan kepala ini.

“Gimana mbak?” Sudah ada perubahan.

“Ada pak! badanku sudah agak enakan.” Kata Anne.

“Alhamdulilah” Jawabku singkat
“Mas umar, baru kali ini pengobatan model kayak mas membawa banyak perubahan, karena dari awal saya tau persis kondisi mbak Anne mas.” Kata Andi dengan serius.

“Udah mas biasa saja, saya hanya mencoba toh masih gagal juga.” Kataku merendah.
“Tidak mas! Selama ini saya lihat dan rasa cara mas umar yang paling beda dan signifikan untuk perubahan mbak Anne.” Kata Andi dengan nada meyakinkan.

“Anggap saja kebetulan mas, saya hanya berusaha kok. Masalah hasil sang penciptalah yang menentukan.” Jawabku.
Waktu tak terasa sudah malam [waktu itu sudah jam 23.00 wib] dan ritual kecil sudah kuakhiri, anne yang selama ini jadi mayat hidup sudah mulai bisa senyum dan ingatannya kembali meskipun sedikit.
Suasana hangat malam itu disertai canda dan godaan Tono pada Anne gadis bule cantik itu.
Selang beberapa menit mereka berpamitan pulang dan berjanji akan kembali 1 mingguan lagi,
tak lupa aku dan Andi sang ajudan saling tukar nomor HP untuk berjaga-jaga dan memastikan kemungkinan kalau Anne kambuh Andi bisa langsung telpon aku. Mereka pulang dan Anne hanya senyum-senyum tipis tersirat diwajahnya sambil melirik ke arahku.
Tono tak lupa meninggalkan amplop yang diperoleh dari andi yang tebal masih kuingat lumayan banyak cukup untuk tidak kerja ke sungai satu bulan, sesuai janji tono.
Setelah sedan hitam seri S class eropa pergi dari halaman rumahku, aku menutup semua jendela dan pintu rumahku. Tapi hal aneh muncul lagi,,,,hadehhhh selang 1 jam mereka pergi semua. Aku masuk rumah terlihat istri dan kedua anakku badannya panas semua.
Mereka bertiga mengenakan selimut bersama, aku sejenak diam dan memandangi mereka. Sedih rasanya demi menolong orang keluargaku menjadi korban, saat itu tak terasa air mataku menetes karena keluargaku menjadi korban.

“Buk kenapa ibuk ini?” tanyaku pada istri kesayangan.
Anu pak badanku panas semua ini anak-anak juga tuh (semua sudah pada pake kompres dikepala istri dan kedua anakku), bapak beliin obat di apotik kecamatan ya pak? Pinta istriku.
Padahal aku sudah tau ini semua adalah efek dari hawa jahat leak tadi, aku berpikir mulai Tono, Andi dan bodyguardnya apa gak ikut sakit sampe rumah!!! Akh biarin…kalau ada apa-apa juga pasti telpon aku.
Waktu itu seluruh badanku juga masih terasa panas sebenarnya, apalah arti semua ini demi keluarga meski sakit pun gak papa, demi anak istri! Akhirnya akupun berangkat mencarikan obat untuk keluargaku dirumah.

“Ya buk, sabar sebentar ya. Bapak carikan obat dulu!” Jawabku
7. VICTIM I DON’T WANT

Setelah mencarikan obat dari pusat kecamatan aku langsung pulang, dan memberikan obat itu kepada istri dan kedua anakku. Aku ingat hawa aura ini, dan aura ini pasti aura jahat Leak tadi.
Kuputuskan saat itu juga untuk ambil air dan kubacakan ayat-ayat suci serta beberapa amalan lain. Aku menyuruh semua anggota keluargaku minum dan mengoles kebeberapa bagian tubuh mereka.
Sambil duduk disebelah istriku bersandar ditembok, dengan melihat kedua anakku yang kembali tidur sehabis minum obat yang kuberikan.
Setelah itu kami tidur semua, tak terasa suara tarhim mushola depan pun membangunkan kami.
Aku dan istriku masih diruang tengah menunggui mereka yang dalam masa pemulihan.

“Buk, untuk sementara waktu ibuk tinggal dirumah mertua saja ya untuk keamanan ibuk dan anak-anak.” Kataku mengawali pembicaraan
“Maapin bapak sudah langgar janji untuk tidak kembali kedunia persetanan itu”. Kataku pelan dengan nada penyesalan.
“Loh, makanya tiba-tiba kok aku bertiga bisa jadi panas semua! Jadi semalam bapak ritual lagi, Emmm… memang sampean gak sayang sama keluarga pak!!! ingat pak anak kita masih kecil-kecil kalau ada apa-apa, ibuk gak sanggup kalau gak ada bapak?” Kata istriku mulai marah dan sedih.
“Bukan begitu buk.” Sergahku.

Akhirnya kujelaskan semua permasalahan yang dihadapi bule itu dan keluarganya. Dengan Bahasa penjelasan mendayu-dayu tentunya dan enak didengar sesekali, dan rayuan akan imbalan yang besar kulontarkan kepadanya! yang akan diterima jika berhasil.
“Emmm, jadi gitu ya pak…! kalo begitu gak papa sih tapi…uangnya sekarang mana pak!”(biasa emak-emak kalo tau masalah uang mukanya berubah ijo apalagi masalah mau dapat uang banyak). Huh tau saja kalau tadi malam dapet uang agak banyak.
Kuserahkan amplop putih itu yang masih utuh tanpa mengambil sepeserpun, istrikupun membuka dan memberikan beberapa lembar untuk operasionalku sehari-hari.
“Terima kasih buk” Jawabku sambil memasukkan beberapa lembar uang pecahan 100 ribuan ke dompetku.
“Tapi awas pak jangan macem-macem, soalnya kemaren malem sempat lihat bulenya juga aku pak. Cantik orangnya ya pak!” Kata biniku yang agak cemburu!
“Enggak lah buk, aku niatan cuma menolong doang! Itupun karena paksaan Tono, lagian yang genit dan mesum kan Tono buk!” Jawabku.

“Matanya Tono kemaren saja yang jelalatan kayak setannya Anne, pandangan matanya terus yang gak jelas ke Anne.” Jawabku lagi untuk meyakinkan istriku.
“Ya sudah pak, aku percaya kok. Habis subuhan ini nanti bapak antar kerumah abah yah pak!” Pinta istriku yang penuh pengertian.

“Iya buk. Pasti itu.” Jawabku.
Setelah pembicaraan singkat itu akupun tertidur kembali, waktu duduk disamping mereka yang sakit yaitu kedua anakku, dan suara adzan subuh yang menendang telinga kanan kiriku untuk membangunkanku yang dari singkatnya aku tidur dikamar tengah.
Kondisiku sudah membaik begitupun istri dan kedua anakku, setelah menunaikan ibadah subuh aku bersiap dan berkemas untuk mengantarkan mereka kerumah mertua. Karena rumah yang kutempati saat ini akan kujadikan peperangan kecil dengan dunia lain.
Hawa yang sejuk dan sinar mentari yang lembut khas alam pedesaan menyambutku yang sedang bepergian kerumah mertuaku. Mentari telah membuka matanya dan memulai kehidupan dihari ini.
Setelah semalam kembali begelut dengan keghaiban lagi setelah sekian lama aku hentikan dalam hidupku. Kulihat istri dan kedua anakku saat naik motor jadulku, mereka sudah membaik kondisinya seperti sedia kala. Namun sungguh beresiko jika mereka tetap tinggal dirumah baruku.
Saat sampai dirumah mertua, aku disambut mertua dengan tatapan sayang! Tatapan sayang juga sama cucunya. Kami duduk berempat di ruang tamu, Sedang kedua anak-anakku langsung bermain dengan anak tetangga sebelah.
Aku dan istriku menjelaskan semua kejadian yang telah kami lewati kemaren kepada mertuaku, dan syukurnya mereka memahami apa yang sedang kuhadapi. Meski aku sudah melanggar janji dengan istriku, dan mertuaku.
“Gak papa nak, janji sampean dulu kan belum ada tujuannya untuk membatu orang orang lain. Kalau masalahnya separah ini kami dan istrimu juga mendukung, apalagi sudah menyangkut nyawa orang.” Jelas Abah mertua.

“Terima kasih bah, atas dukungan dan semangatnya“ Jawabku lirih.
“Terus rencana kamu habis ini apa nak?” Tanya abah.

“Saya akan berkomunikasi sama guru dan kawan-kawan saya untuk mencari jalan keluar terbaik untuk masalah ini bah” Jelasku.
“Ya sudahlah nak secepatnya kamu selesaikan masalah ini biar tidak ada korban yang lain.” Perintah abah mertua.
“Ya bah,” Jawabku sopan.
Setelah itu, akupun berfikir mau kembali kerumah. Saat perjalanan ditengah desa aku bertemu dengan Imron yang sedang duduk sendirian di pos kamling depan gang rumahnya. Wajah lesu dan sedih bergelayut menyelimuti dirinya.
“Pron ngapain lu duduk gak jelas kayak orang kalah dadu“ Kataku dari samping pos kamling yang mengagetkannya.

“Eh mas Umar!!! Biasa mas banyak masalah nih, ngomong-ngomong dari mana mas?” Tanyanya Imron.
“Dari nganter istri sama anak-anak ke mertua di desa sebelah pron” Jawabku.

“Mas, kemaren malam didepan rumah mas dan dijalan-jalan kok ada yang aneh ya?” Tanyanya penasaran.

“Aneh apaah pron?” Tanyaku.
“Waktu tadi malam pas aku jaga mas, sama Huda, Risky dan Soni kami melihat banyak orang berpakaian perang ala adat jawa, kayak pasukan jaman dahulu mas terus ada kabut-kabut gak jelas gitu mas…banyak banget.” Jelas Imron!!!
Aduh mampus aku, anak buah leak semuanya memperlihatkan wujudnya semua. bisa diusir aku dari kampung kalau gini!” Ucap dalam hatiku.

“Trus ada apaan lagi pron?” Tanyaku menyelidik.
“Ya itu mas keliatan banyak orang didaerah sekitar rumah mas umar tadi malem, terus karena penasaran kami berempat mau mendekat. Ya mau nanyalah mas! Tadi malam waktunya aku jaga mas, kalau ada apa-apa kan berabe dikampung mas!!!” Jelasnya Imron.
“Waktu kita baru turun dari pos belum sampe lima langkah kok tiba-tiba semua orang yang banyaknya bejibun ilang semua mas!!! heran aku mas, memang ada apa sih mas?” Tanya Imron semakin penasaran.
Dan dari pada orang-orang kampung pada ribut bin kepo, Akhirnya Imron aku beri penjelasan tapi dengan syarat jangan kasih tau warga biar tidak panik, gak papa kalau sama temennya ronda tiga orang kemaren tapi tetep aku suruh jaga mulut semua.
“Oalah si Tono itu yang kemaren waktu bawa tamu bula ke rumah mas Imron, pantesan!!! pasti dia bawa sial kalau kesini. Awas lu Ton…!!!” Kata Imron yang ikut kesal dengan Tono.
“Mas, sampean gak curiga ta? sekarang warga sekampung ini banyak yang sakit! Masak satu rumah empat orang sakit semua? ada juga yang kesurupan mas!” Tanyanya membuat aku kaget.

“Masak pron?” Tanyaku kaget.
“Iya mas tuh keluarga si Soni, istrinya sekarang badannya panas, anaknya mencret sedangkan anak satunya lagi panas! Aku tadi sempat ketemu Soni katanya dia lagi masuk angin. Haduhh kacau mas! Mas gak kerasa apa masuk kampung kita biasanya rame dari tadi pagi sepi” Jelas Imron.
“Istriku dan anaku juga sakit mas, badan mereka panas semua mas. Aku saja agak enakan ini mas. Makanya aku disini sekarang mas sambil cari angin.” Tambah Imron.

“Lah ya gak tau pron, kan aku habis subuh udah keluar desa. Ini saja baru dari rumah mertua pron!" Jawabku.
“Ohh iyah bener juga mas kata sampean,” Jawab Imron.

Waktu itu aku merasa tidak enak sama Imron dan warga dikampungku nanti dikira aku yang bawa bencana, dan aku berfikir secepatnya untuk meredam aura jahat yang sudah menyebar sekampung ini.
Saat itu juga langsung aku ambil kesimpulan untuk meminta bantuan kawan-kawan sang pemuja ilahi.

“Pron lu bisa gak malam ini kumpulin kawan – kawan sang pemuja ilahi untuk sholawatan dirumahku, ya mulai jam 10 atau jam 11 malam lah sampe jam 12 gitu” Pintaku dengan cepat.
“Bisa mas, memang buat acara apaan?” Tanyanya heran.

“Ya pokoknya shalawatan saja pron, tapi aku minta minimal 40 orang! kalau lebih dari 40 lebih bagus. Pintaku.

“Beres mas, tapi jangan lupa kopi, rokok sama jajannya mas?” Jawab Imron.
“Iya beres itu, tar biar Tono yang atur.” Sahutku cepat.

“Hah kok Tono mas?” Tanya Imron.

“Biar dia tanggung jawan Pron!” Jawabku lagi.

Selesai dengan Imron saat itu juga langsung aku telpon manusia mesum pembawa bencana ini.
"Tuuuuutttt…Tuuuuuttttt….tuuuutttt" Telp pertama tak diangkat.

"Tutttt……Tuuuttttt…" Telp kedua sama tak diangkat.

"Tuuuuutttt……tutttt……(dalam hati awas kalau sampe tiga kagak diangkat aku gak akan bantu si Anne lagi) tuuuuttt.."
“Halloooo…..salamu’alaikum…….!!!” Salamku.

“Walaikummm salam…..Iya mas ada apa? maap lagi dijalan" Jawab Tono dengan santai.

“Jan******kkkk alasan ae lo setan!!!" Jawabku sudah kesal.

“Ada apa mas pagi-pagi kok sudah marah!!! Jelasnya dengan ketakutan.
“Nanti malem lo kerumahku, jam 10 acara shalawatan dimulai. Untuk konsumsi lo beresin semua!” Kataku dengan nada tinggi.

“Lohh …lohhh….lohhhh, kok mendadak banget sih mas!” Katanya Tono heran.

“Udah lo kerumahku saja ato si Anne lo urusin sendiri dah!” Jelasku.
“Iya mas, iya …beres!” Jawabnya.

“Tar aku jelasin kalau lu udah dirumahku.? Terangku lagi.

"Ok mas" Jawabnya dengan mengakhiri panggilan telpku….Tuuuuuuuttttt.
Setelah memberi kabar Tono, didepan Imron. Akupun langsung menuju rumah untuk siap-siap acara nanti malam. Jam 07.30 wib Tono pun sudah sampai kerumahku dengan mobil sejuta umatnya. Aku dari tadi sudah menunggu diruang tamu sendirian, dengan wajah kesal dan bingung.
Kepikiran bingung kalo orang kampung mau protes terus usir aku karena dituduh jadi penyebab wabah satu kampung.
Suasana rumahku yang tenang saat malam hari, apalagi sehabis isya’, anginpun berjalan semilir membelai indahnya malam yang terang.
Hanya hewan sawah dan kebun yang bernyanyi saling bersahutan tiada henti sampai pagi hari.

“Assalaamuallaikum, mas!” Salam Tono Sambil berjabat
tangan dan basa basi kepadaku.

“Wallaikum salam.” Jawabku.
Setelah itu kami duduk berdua, dengan suasana tegang dan rasa penasaran Tono diruang tamuku. Tono mencoba membujukku dengan menyodorkan rokoknya kepadaku, dan kami awali dengan membakar rokok mentari asal daha untuk mencairkan suasana.
“Gimana – gimana mas ceritanya kok mas buat acara dadakan kayak gini?” Tanyanya pelan dan penasaran.

“Gini Ton, orang kampung pada sakit semua nih, gara-gara aura leak dan efek kemaren malem. Anak dan istriku pun jadi korban dodol!!!” Terangku.
“Lha terus ngadakan acara ginian untuk apa mas?” Tanyanya berlagak bego.

“Gila lu Ton, lu mau liat gua digebukin massa sekampung gara-gara nolong cewek bule lu?” Jawabku ketus.

“Wah …wah ..wah tak kusangka korbannya jadi kayak gini mas yak!” Kata Tono.
“Makanya aku buat acara shalawatan dirumah, sama kawan – kawan biar cepet meredam aura negatif ini oon!!!!” Jelasku.
8. The Instructions

“Ohhhh jadi begitu mas, aku akui memang mas Umar paling inovatif kalau cari solusi, Top dah mas ini” Kata Tono.

“Mas bantuin aku mau ambil dan siapin konsumsi yak!” Pinta Tono.
“Karena sudah aku bawa jauh jauh dari rumah mas! barangnya masih didalem mobil kesayangan sejuta umat mas, hehehehe” Jelas tawa Tono sambil berdiri mengajak aku ambil makanan dan minuman dimobil hitamnya.

“Ayok “ Jawabku singkat.
Setelah itu kami menurunkan barang bawaan Tono dari mobilnya, dan menyiapkan di teras rumah. Menunggu kedatangan para pemuja illahi datang, aku berfikir asik juga sekalian usil sama Tono. Mumpung suasana lagi serius, pasti si “KECAP” ini mudah disuruh-suruh hohohoho.
Selesai berberes semua kami masih berdua diteras dengan si Tono.

“Ton lu nanti pimpin tiap hari acara disini ya?” Pintaku.

“Lha mas Umar mau kemana? Jawabnya.

“Gak kemana–mana sih Ton, Cuma sewaktu waktu kalau aku keluar ada sesuatu lo yang pimpin ya ?” Jelasku.
“Siap mas” Jawab Tono.

“Sama satu lagi Ton, ini acara kan aku buat sampe 40 hari nonstop! lo yang pimpin, jadi lo harus puasa mutih 40 hari juga” Pintaku lagi.

“Apa mas?” Jawab Tono setengah kaget.
“Iya sama puasa, lo bantuin aku. Kalau gak gitu bisa mati lo Ton !!!” Terangku dalam hati.

Jam tangan Tono berjalan mengikuti putaran jalurnya, saat kumelirik sesekali ke tangan itemnya.
Waktu sudah memperlihatkan jam 22.00 wib, dari depan terlihat si Umar dahulu datang diikuti para pemuja sang ilahi mulai satu persatu datang. Ada yang sediri dan ada yang datang bergerombol, ada yang membawa kuda besi, sebagian berjalan kaki.
Mereka memakai pakaian khas serba putih tapi tak seputih kulitnya semua maklum kulit eksotis warga pulau tropis, tanpa komando mereka langsung dengan cepat memenuhi ruang tamu dan terasku.
Posisi mereka berjajar rapi duduk bersila saling berhadapan seakan sudah menjadi tradisi bagi sang pemuja ilahi. Sesaat jumlah jama’ah yang kuminta pada Imron sesuai, sejumlah 40 ekor plus aku, Tono dan Imron.
Kami melakukan ritual itu bersama-sama dengan khidmat, menjiwai ayat-ayat dalam hati masing-masing, diiringi rebana mengalun menggugah jiwa kami akan kerinduan dan kebesarannya.
Disertai bau harum khas para pemuja illahi semerbak memenuhi lokasi kami ritual, dengan belaian angin khas desa dimalam hari.
Memang acara itu terlihat ramai tapi yang aku heran ada beberapa sosok yang tak kukenal padahal satu grup ini masih satu kampung, tapi biarlah yang penting acara tetap lancar, mungkin pendatang baru juga ingin ikut.
Jam 24.00 wib acara pun selesai, para pemuja illahi sebagian langsung berpamitan pulang karena sudah larut malam dan merawat keluarganya yang sakit. Seperempatnya masih tinggal dirumahku sambil menikmati sajian kopi dan makanan ringan yang Tono sediakan.
Mereka para jama’ah awalnya tidak ada yang mengetahui maksud dari acara ini, dan aku memang sengaja tidak memberi tahu, memberitahu sekarang sama saja dengan bunuh diri. Tapi nanti kalau sudah waktunya akan kujelaskan pada persatuan pemuja illahi ini.
Sampai akhirnya tinggalah kami bertiga, yaitu aku, Tono dan Imron yang masih menikmati hidangan yang tersaji.

“Mas, tadi sore ternyata ada warga gang 1 dan 4 yang kesurupan” Kata Tono.

“Masak Pron?” Tanyaku.
“Iya mas aku sama mas Huda sempet nyamperin kerumah orang yang kesurupan itu” Jelas Imron lagi.

“Wah sampai segitunya ya mas, maaf aku jadi gak enak sama kalian!” Sahut Tono.

“Iya nih gara-gara lu Ton” Jawab Imron yang kecewa.
“Sudah pron ,,,,sudah, ini sudah terlanjur dan harus kita selesaikan dengan cepat” Jawabku.

“Iya mas maaf" Jawab Tono.

"Besok dan seterusnya sampai 40 hari kedepan biar dipimpin sama Tono Pron sebagai tanggung jawabnya” Kataku.

“Ohhhh ya udah mas, bagus itu” sahut Imron.
Suasana sedikit pertentangan antara mereka berdua sedikit bisa kuredam, karena keluarga Imron jadi korban juga termasuk Imron. Dan aku sendiri usul malam itu untuk mengakhiri suasana malam yang hening dan sudah larut. Setelah Imron dan Tono kusuruh pulang.
Aku melanjutkan ritual pribadi keruangan khusus bagiku, ruangan yang gelap disiang dan malam hari, yang berada di salah satu kamar rumah kecilku, mencari jawaban akan kebingungan mencari jalan keluar dalam masalah ini.
Suasana hening dan tenang didalam kamar bahkan suara nyamuk pun bisa terdengar dengan jelas diruangan ini.
Ku atur posisi dudukku untuk bersemedi, memejamkan mata, menyerahkan diri ini kepada pemiliknya.
Rasa pasrah, ikhlas dan hanya meminta petunjuk dari sang Maha kuasa agar diberi jalan yang diridhoinya. Malam pertama aku bersemedi antara sadar dan tak sadar atau setengah tidur aku melihat didepan mataku ku terjadi bencana banjir bandang yang sangat besar menuju ke selatan.
Air banjir yang besar menggulung semua benda didepannya, serbuan air yang besar itu berhenti mengerucut seolah tersedot di balik gunung. Saat kuamati dibalik gunung itu ada sebuah masjid, dan semua air banjir itu berhenti terus masuk kedalam tanah didepan masjid.
Masjid besar itu terlihat bengunannya belum jadi, masjid itu juga dikelilingi pohon apel hijau yang ranum buahnya dan sebuah papan hijau didepan masjid sebagai identitasnya. Terlihat masjid itu terasa kering sekali bangunannya meski banyak pepohonan apel.
Sejenak aku langsung terbangun dari keadaan semediku dan keluar dari kamar, memikirkan apa yang terjadi tadi. Kudengar saat itu mushola didepan rumah sudah membacakan ayat-ayatnya,
aku langkahkan kakiku kemushola untuk menjawab bacaan dan panggilanya dan mengakhiri hari itu dengan shalat subuh berjama’ah.
Hari kedua aku masih dirumah sendirian, dan terus melakukan ritual pribadiku siang malam.
Meminta jawaban apa yang menjadi misteri akan leak di tubuh Anne, sesekali aku telpon istri dan kedua anakku di rumah mertua hanya sekedar untuk menanyakan kabar dari mereka.
Saat malam tiba jadwal ritual dengan para pemuja sang Ilahi pun aku jalani dengan lancar sama seperti dihari pertamalah. Petunjuk hari kedua adalah sama persis seperti hari yang pertama, yaitu banjir bandang menuju ke arah selatan.
Hari ketiga tak ada yang berubah, gambarannya masih tetap banjir bandang kearah selatan. Akhirnya kusimpulkan bahwa jawaban ritualku dan semua masalah ini adalah diselatan. Arah selatan dari tempat tinggalku adalah tempat kelahiran ken arok, tepatnya di bumi ongisnade.
Disanalah nanti aku akan berburu mencari jawaban dari gambaran tiga hari yang aku dapat.
Fix aku putuskan untuk mencari rekan yang biasa diajak mbolang tak jelas,
inilah kesedihannku sebenarnya jikalau masuk sisi dunia lain, pasti banyak teka-teki silang yang harus diungkap, tentunya dengan logika dan semua petunjuk. Secara harus rela untuk meninggalkan istri dan anak-anak untuk beberapa waktu.
Yang kupikir orang paling tepat adalah Imron teman seprofesiku dan tetangga karibku.
Siang yang terik itu aku mengunjungi Imron kerumahnya, dari samping rumahnya aku datang saat ia lagi rebahan sendiri diteras rumahnya.
Karena aku juga tahu saat itu sungai lagi kering jadi jadwal untuk cari ikan berhenti sejenak.

“Pron …pronn…!” Suaraku mengagetkan dirinya yang lagi mager di kursi bambunya.

“Eh…mas Umar!!!!” Jawabnya seraya membangkitkan tubuhnya dan merapihkan baju serta rambutnya.
“Pron tar sore bisa ikut gua kagak?” Paksaku.

“Emang ada apaan mas?” Tanyanya dengan heran.

Disitu aku sedikit ceritakan petunjuk yang telah aku dapat selama tiga hari terakhir, Imron mulai memahami apa yang kujelaskan, dan kuinginkan.
Dan Imron pun mengiyakan permintaanku tanpa ada penolakan sama sekali. Saat itu juga dia minta waktu untuk berkemas dan berpamitan ke istrinya.
Untungnya kondisi istri dan anaknya sudah sehat seperti sedia kala, akupun kembali kerumah untuk bersiap dan berkemas membawa bekal seperlunya.
Kepada istri dan kedua anakku hanya kukabari saja bahwa aku akan bepergian beberapa hari ke selatan untuk memenuhi panggilan sang petunjuk, Karena untuk perjalan ke selatan aku tidak bisa menentukan kapan pulangnya.
Waktu menujukkan jam 16.00 wib, Imron sudah dirumahku membawa tas ransel sedang, sedang aku pun sama. Kami membawa motor besutan jepang, bermerek seperti nama sirkuitnya.
Kulajukan pelan motor jadulku dengan rasa penasaran akan jawaban itu, dan mengamati suasana sekitar menuju selatan. Kami memang sengaja berjalan pelan karena ingin mencari masjid yang sama dengan mimpiku sejak tiga hari yang lalu.
Pencarian ini membuat aku sendiri kayak orang gila, tanpa tujuan yang jelas. Selama tiga hari kami berjalan-jalan keselatan daerah pesisir mengunjungi dari desa ke desa, dari masjid ke masjid, Dan dari mushola ke mushola.
Dari jalan ibukota sampai jalan desa, bahkan jalan setapak kulalui. Sampai akhirnya kami menemukan gambaran masjid itu dari kejauhan kami sesuai gambaran yang kudapat saat ritual.
Kulalui jalan desa yang kanan kirinya sudah banyak rumahnya, waktu dihp ku menunjukkan jam 11.30 hari itu hari Jum’at, hari dimana aku akan melaksanakan kewajibanku sebagai muslim yang taat.
Semakin dekat dan mendekat Masjid itu tampak nyata dan pas sesuai seperti yang ada dalam mimpi 1000%, tapi dan anehnya ada aura negatif, kebencian dan persaingan yang membukus bangunan masjid itu. Aku sendiri heran kenapa ada masjid kok hawa serta suasananya begini.
Aku masih ingat waktu itu sudah selesai waktu ashar, aku langsung mendekat menuju ke masjid untuk menunaikan ibadah sesuai keyakinanku. Selepas itu aku yang ditemani Imron duduk diteras masjid melihat seorang kakek tua yang sedang tiduran sendirian di ujung teras masjid.
Berpakain baju koko putih, bersarung biru dan kopyah[songkok] khas hitamnya dikepala. Wajah keriput menghiasi wajah kakek ini, kulit khas coklat keriput yang menempel dibadannya.
Aku dan Imron mendekati kakek itu mencoba berbasa basi sebelum keinginan untuk mencari informasi kusampaikan kepada sang kakek ini.
“Assalmuaialkum..Mbah …, mbah …ini desa apa ya?” Tanyaku pelan.

“Ini desa petunjuk mas” Jawabnya pelas serta langsung duduk membenarkan posisinya dan menghadapku.

“Sampean ini dari mana mas?” Tanya mbah yang tak ku kenal ini.
“Dari bekas ibukota majapahit mbah!” Jawabku pelan, ada apa mas kok bisa sampai kesasar kemari ? Tanyanya serius.

Akhirnya aku menceritakan apa yang kualami selama mencari petunjuk dan masalah yang kuhadapi saat ini, sampai bisa terdampar di selatan pulau ini yang terpencil.
“Saya biasa disini dipanggil mbah Salman, ta’mir masjid ini mas!” Jelas mbah Salman dengan tatap sayu.

“Ayok mas ikut kerumah saya dulu, kasian jauh-jauh” Ajaknya dengan senyum tipis (seakan sudah tau apa yang kumaksud untuk mencari petunjuk dan jawaban apa yang kualami).
Aku sendiri heran kenal belum satu jam udah ngajak kerumahnya, apa dia sudah percaya juga yang aku ceritakan barusan. Akh masa bodo juga saat itu, aku dan Imron ngikut saja.
Saat itu aku dan mbah Salman berjalan menuju kerumahnya, sedang Imron menuntun motor bututku untuk mengikutiku dibelakang.
Terlihat rumah mbah Salman terbuat dari kayu dan masih beralaskan tanah, rumah sederhana berdinding papan kayu dengan beberapa jendela di depan dan samping kirinya. Menandakan rumah desa yang sangat sederhana, diterasnya tersedia satu kursi kayu panjang terbuat dari bambu.
Rumah yang nampak alaminya tanpa adanya pewarna yang menghiasinya.
Saat masuk kedalam rumahnya, diruang tamu hanya ada beberapa kursi dan meja tua yang melengkapinya, serta dua almari dari kayu berpintu kaca dipenuhi kitab-kitab kuning,
meja-meja pun tampak beberapa tumpukan kitab tua dan Al-Qur’an, banyak juga kitab itu sampai yang selipkan kebeberapa lubang kecil dibagian dinding kayu dan sandaran kursi.
Dinding kayu ruang tamu mbah Salman banyak dipajang beberapa foto mbah Salman dengan para pemuka agama terkenal di Negeri ini seperti [sensor], yang ada di dalam ruang tamu itu.
Aku sendiri tidak tahu siapa mbah Salman ini sebenarnya dan apa maskud dari semua ini, tapi aku berpikir orang ini jelas kelihatan orang berilmu dan alim karena foto itu jelas tidak sembarangan.
“Masuk dulu mas" Pintanya mbah Salman.

"Ya mbah" Jawabku.

“Silahkan duduk sebentar” Kata mbah Salman.

“Ya mbah” Sahut imron dibelakangku.

Mbah Salman langsung masuk ke belakang rumah sedang aku dan Imron langsung duduk di ruang tamu, untuk menunggu beliau.
9. Enlightenment

Setelah 5 menitan mbah Salman keluar dengan membawa nampan berisi kendi air putih [teko berbahan tanah liat yang dibakar] dilengkapi tiga buah gelas terbuat dari bambu.
Mbah Salman langsung menuangkan air putih ke tiga gelas dihadapan kami. Dan memulai membuka obrolan dengan kami berdua.
“Mari nak diminum airnya.” Kata mbah Salman sambil ikut duduk dikursi kayu depan kami.

“Ya mbah.” Jawabku.

“Mbah sendirian dirumah ini ?” Tanya Imron.

“Iya nak saya sendirian, karena istri sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.” Jawab sedih mbah Salman.
“Ooohhh maaf mbah” Sahutku dengan rasa tidak enak karena membuka kenangan pahit dalam hidupnya.

“Gak papa nak, tenang saja.” Jawab mbah Salman.

“Ada anak saya yang tinggal sebelah rumah ini nak, itu anak semata wayang mbah, Hehehe” Kata mbah Salman disertai tawa kecilnya.
“Sejak kamu menjelaskan masalah kamu waktu dimasjid, Mbah tau apa yang kalian cari kemari, karena mbah tiga hari kemarin mimpi ada anak muda persis seperti kamu dan mbah lihat pemuda itu sedang bingung!” Terka mbah Salman.
‘dalam hatiku kok bisa serba kebetulan ya, padahal mampir kerumah mbah ini tadi sebenarnya hanya iseng saja dan mau numpang istirahat’

“Benar mbah, saya sedang bingung menghadapi masalah besar. Dan saya sendiri butuh petunjuk dan banyak pencerahan!” Pasrahku.
“Ooohhh jadi tentang masalah yang kamu ceritakan dimasjid tadi?” Tanya mbah Salman.

“Benar mbah.” Jawab singkatku.

“Kalau begitu dari ceritamu tadi mbah hanya bisa memberikan sedikit wawasan saja nak! untuk solusi kamu cari dan simpulkan sendiri”. Jelas mbah Salman.
Suasana menjelang penjelasan mbah Salman, semua hening dan waktu serasa berhenti untuk mendengarkan penjelasan kakek tua itu. Aku mengambil rokok lintingan tangan sendiri dan menyulut api sebagai Pereda ketegangan ini, hal ini diikuti Imron yang ikut terbawa suasana kala itu.
“Dengarkan nak, yang kamu hadapi itu sebenarnya adalah salah satu murid dari calonarang yang terkuat.” Jelas mbah Salman.

“Hah” Wajahku dan muka si Imron spontan kaget dan pucat bukan kepalang.
“Caloarang kamu sudah pernah dengar legendanya di jaman raja airlangga dahulau nak?” Tanya mbah Salman, hanya anggukan kepala kami berdua sebagai ungkapan sepakat dan setuju atas pertanyaan mbah Salman.
Seorang calonarang janda penguasa ilmu hitam yang berasal dari desa girah kerajaan Kadiri itu kalah dari mpu Baradah, mpu Badarah sendiri adalah orang kepercayaan raja Airlangga.
Setelah kekalahan Calonarang dari mpu Baradah sebagian besar murid Calonarang dan pengikutnya lari ketimur pulau Jawa dan sebagian menyebar di timur pulau – pulau Jawa, membawa beberapa ajaran calonarang yang sudah ditulis di lontar.
Mereka banyak yang mengembangkan ilmu dari gurunya yaitu calonarang, tapi yang ada mereka semua gagal moksa dan menjadi semacam jenglot, untuk kepala reog atau lebih familiarnya sekarang disebut “Leak”.
Dan dari beberapa lontar ilmu hitam tertingginya itu, ada yang mempelajarinya sehingga menjadi pemimpinnya dan menjadi terkuat.
Tapi ya begitu masih gagal moksa nak, lha Calonarang bisa moksa saja atas bimbingan mpu Baradah. Para murid ini kan hanya memperlajari ilmu Calonarang jelas tak bisa moksa nak.
“Dan leak terkuat inilah yang masuk ketubuh teman bulemu itu” Aku dan Imron makin tak percaya akan penjelasan mbah Salman dan hanya gelang-geleng kepala.
“Kamu tahu ritual atau ibadah mereka?” Tanyanya mbah Salman penuh yang penuh dengan teka teki silang.

“tidak mbah” Jawab kami berdua dan menggelengkan kepala kami.
Ibadah atau ritualnya untuk golongan ini, mereka lakukan dibulan – bulan tertentu. Mereka melakukan ritual dengan berpesta diatas makam anggota keluarganya yang terakhir meninggal,
mereka menari dengan tarian khas mereka yaitu dengan bertelanjang bulat semua dengan mengitari makam tersebut. Mereka wajib melakukan hubungan badan, bebas untuk semua anggota yang ikut dalam ibadahnya.
Laki perempuan minum bebas, minum darah, Arak dan makanannya daging manusia. Mereka memakadan daging manusia yang segar dengan cara langsung digigit dan mencabik-cabik jasad manusia itu, sebuah kenikmatan luar biasa bagi mereka hal semacam itu.
[Aku dan Imron rasanya miris, mual dan enek ngebayangin sebegitunya, aliran kepercayaan mereka.]
Mereka sebenarnya sama saja nak dengan kita, mereka juga menyembah yang esa cuma caranya saja beda, cara mereka ya memang seperti itu dari dulu.
Golongan ini dulu hanya bisa tunduk dan hanya bisa dikalahkan sama mpu Baradah setelah membuat wabah kependuduk seantero kerajaan raja Airlangga.
Karena putrinya calonarang yang bernama Ratna Manggali yang tidak ada pemuda yang melamarnya, padahal anak Calonarang sangat cantik tapi penduduk saat itu pada takut melihat kebiasaan ibunya yang terkenal dengan ilmu hitamnya. [persepsi mbah Salman]
“Oalah bener kalau begitu mbah, makanya setelah sedikit perseteruanku dengan leak itu seminggu lalu warga desaku banyak yang sakit dan kesurupan mbah. Sahutku pelan.
“Loh sudah kejadian nak ditempat kamu? Tanyanya dengan sorot mata tajam.

“Sudah mbah” Jawabku.
Mbah Salman diam dan masih berfikir, suasana kami saat itu hening akan ucapku barusan. Dan mbah Salman kelihatannya tak mau ambil pusing soal kejadian yang menimpa desaku,
“untung masih satu desa nak, coba satu kecamatan atau satu kabupaten. Bisa jadi heboh kamu nak, Dulu saja waktu raja airlangga seluruh kerajaannya yang terkena wabahnya” Timpal mbah Salman.

Setelah itu beliau mulai kembali memandang kitab tuanya itu.
“Kamu pernah dengar kisah syekh Al Bakir penumbal tanah Jawa?” Tanya mbah Salman.

“Pernah sedikit-sedikit mbah” Jawabku.
Dulu saja saat menempuh ilmu agama sama Tono saja tidak sampai lulus, karena sudah tidak ada biaya. Gimana mau belajar secara lengkap, hatiku hanya bisa merasa miskin ilmu saat mendengar cerita dari kakek tua ini.
Setelah itu Mbah Salman berdiri dan berjalan mengambil salah satu kitab yang sangat usang warnanya kuning kehitaman, serta sedikit berdebu dan kelihatan kertasnya sudah rapuh. Mbah Salman kembali ketempat duduknya, dan membuka pelan-pelan kitab itu.
Mbah Salman terlihat membaca dalam hati, suasana tampak hening sedang aku dan Imron hanya memperhatikan wajahnya dari depan mbah Salman.
“Ini lo nak kalau tak percaya,” Kata mbah Salman sambil menunjukkan isi kitab itu kepada kami.

Dan mulai menjelaskan kembali tentang isi kitab tua tersebut.
Di awal abad ke 14 kesultanan Turki yang mulai berkespansi ke wilayah timur jauh ke daratan asia, dengan mengirimkan da’i dan para ulama’nya untuk menyebarkan agama sang ilahi. Akan tetapi semua itu mengalami kegagalan saat memasuki asia tenggara khususnya tanah Jawa.
Dikisahkan mereka para dai sebagian hanya sampai dilaut jawa saja, sebagian baru memasuki pesisir utara pulau Jawa! saat kedatangan mereka diketahui para pengikut dan para murid calonarang ini,
mereka akan dengan segera membinasahkan dilaut jika ketahuan dilaut. Dan membunuh dipesisir utara pulau Jawa sebelum masuk lebih dalam ke pulau Jawa.
Korban dari timur tengah saat itu sudah banyak nak. Akhir cerita sang sultan Muhammad I atau [Mehmed 1 dalam Bahasa Turki] seperti dalam kitab ini, mengirim seorang ulama pilihan yang alim dari Persia [sekarang Iran],
dikisahakan dalam kitab ini kehidupan syekh al baqir ini dari kecil di didik khusus ilmu agama, meteorology, ekologi dan geofisika, Khusunya ilmu kebatinan dan ahli ru’yah. Dikitab ini nak syekh Al Baqir termasuk salah satu keturunan nabi kita, kalau dilihat dari nasabnya.
Barulah sejak itu, golongan ini bisa dikalahkan oleh syekh Subakir. Dan proses islamisasi di asia tenggara khususnya islamisasi di Jawa mulai pelan-pelan merasuk dan menyebar ke nusantara sampai sekarang. [persepsi mbah Salman]
“Jadi garis besarnya nak yang disebut dan dibahas dalam kitab-kitab yang mbah kaji selama ini, yang bisa mengalahkan Leak sakti dari calonarang ini hanya beberapa orang seperti mpu baradah, syekh Subakir, beberapa sunan dan beberapa keturunan syaikh al Baqir” Jelas mbah Salman.
‘Dalam diamku aku menjerit seakan mau menyerah dengan keadaan…..Aduhhh, sampai sebegitu hebatnya yang melawan golongan pengikut calonarang ini, orang-orang hebat dan terkenal dizamannya.
Apa aku sanggup, sedang aku hanya orang biasa teramat sederhana tak punya apa-apa dan sedikit ilmu ini. Dulu saja lawannya saja sekelas mpu dan syekh, sekarang hanya seorang yang tidak ada apa-apanya! tambah makin kacau pikiranku,
iya kalau menang kalau kalah bukan hanya keluargaku saja yang binasa, bisa-bisa satu kota bakal terkena imbasnya……[pening juga lama-lama kepalaku memikirkan penjelasan mbah Salman]’
"Tapi nak diakhir kitab ini ditulis pesannya. Hanya kepada yang maha kuasalah kita berserah dan meminta, karena dia maha segalanya. Setiap ilmu datang dari langit, mahluk bumi sebagai wadahnya. Bumi pula sebagai sumber dan akhir kehidupan mahluknya.” Jelas mbah Salman.
Tiba – tiba suara ringtone hp jadulku bernyanyi, memangil aku menghentikan pemberian pencerahan mbah Salman. Tertera nama Andi ajudan Anne yang ingin berbicara denganku.
“Assalamualaikum,,,,mas,,,mas,,,mas Umar!” Tanyanya agak cepat.

“Walaikum salam, mas! iya, ada apa ya!!!kok panik, ada apa disitu? Tenang..tenang mas…” Kataku penasaran dan menenangkan kepanikan Andi.
10. New Problem

“Ini mas mbak Anne lagi kambuh mas, tolong mas! Ini parah mas dari tadi pagi cuma diem, matanya melotot doank dan nari-nari lagi gak jelas lagi mas. Sampe sekarang belum makan mas! Aku kuatir nanti kenapa – napa mas” Terang Andi.
Aku ingat suasana tempatku sangat hening waktu itu, karena suara telpon Andi dan penjelasannya menghentikan sejenak pembicaraan kami. Mereka berdua, Imron dan mbah Salman hanya memandangi aku waktu menerima telpon dari Andi.
“Coba sampean kasihkan telponnnya ke Anne.”Jawabku
“Iya mas,” Jawab singkat Andi.

“Mbak….mbak…mbak …Anne….!!! Tanyaku kepada Anne.
“@#$%*&^%$#@” [suara menggeram saja yang terdengar dari telpon sama seperti waktu pertama kali tono memberikan telpon kepadaku, saat masih belum kenal Anne.]
“Hai mahluk laknat, diamlah disitu jangan siksa kawanku” Pintaku dengan tegas dan jelas [dalam hati aku terus membacakan mantra memohon kepada yang esa untuk menenangkan leak yang sejak pagi sedang marah].

"Tuuuuuutttttt" [Suara telpon andi terputus seketika].
Aku mencoba menghubungi kembali Andi.
"Tuuuutttt tuttttuttt…"

“Halo mas Andi?” Tanyaku.

“Ya mas.” Jawabnya.

“Gimana mas!!!“ Tanyaku.

“Mbak Anne pingsan kayak pertama kali sampean telpon mas.“ Jawabnya Andi.

“Biarkan saja mas, sebentar lagi juga bangun” Jawabku tenang.
“Ok mas! nanti kalau sudah sadar aku hubungi mas Umar lagi.” Jawab Andi.

“Ya mas” Sahutku dengan mengakhiri panggilan itu ke Andi.
Kedua mata Imron dan mbah Salman masih menatapku penasaran, karena suara panggilan itu tiba-tiba menghentikan penjelasan mbah Salman. Aku sendiri tak menyadari mereka berada di depan dan sampingku memandangku penuh rasa penasaran.
“Ada apa nak?" Tanya mbah Salman.

“Itu mbah, si Anne yang kena leak dari tadi pagi lagi kambuh.” Terangku.

“Gak papa kan mas, mbak Anne ?” Sahut Imron.

“Santai Pron biasa kayak dulu tar siuman sendiri.” Jawabku santai.

“Oooh ya sudah kalau begitu nak.“ Kata mbah Salman.
Waktu sudah sore kami bertiga ke Masjid tadi untuk melakukan ritual jamaah. Setelah itu kami kembali kerumah mbah Salman selepas isya, jeda waktu antara Ashar sampai Isya’ itu kami gunakan hanya untuk bebicara masalah keseharian mbah Salman yang seru,
dan mendengarkan curhatan mbah Salman. Tentunya dengan penuh menikmati aura kebencian dan permusuhan yang kurasakan di Masjid itu.
Saat kami datang ke rumah beliau lagi, hidangan makan malam sudah disiapkan anaknya yang berada dirumah sebelah, mereka tahu kalau ada tamu jadi hidangan itu porsinya ditambah lebih banyak.
Sehabis makan malam kami putuskan untuk menginap dirumah mbah Salman, karena ajakan dan paksaan beliau.

Malam semakin larut, Imron sudah tidur dengan nyenyaknya dikamar tamu mbah Salman.
Aku yang tak bisa tidur karena masih memikirkan penjelasan mbah Salman tadi sore. Waktu aku masih rebahan disamping Imron benda disamping kepalaku terdengar bergetar dan memanggil…
"Kringgg….kringg…kringgg" [Suara ringtone jadul Hpku].
Suara panggilan telpku bernyanyi, kulihat HPku ternyata telpon dari Andi.

“Salam mu’alaikum mas?” Sapa Andi.

“Walaikum salam, mas!” Jawab singkatku sambil membangunkan tubuhku dari tempat tidur.

“Gimana mas?” Tanyaku.
“Mas besok sabtu siang saya mau kerumah mas Umar, bisa ya? Bisa kan?” Desak Andi.

“Gimana ya mas? Saya masih di selatan tepatnya di kota apel sekarang!” Jawabku tenang.
“Masalahnya begini mas, mbak Anne kambuhnya sering lagi mas. Dan saya kuatir mas, tolong mas. Saya takut kayak kejadian tadi pagi mas?” Desaknya lagi.
“Iya dah besok sore saja mas, kalau aku belum datang mas Andi tunggu saja dirumahku saja!” Kataku.

“Terima kasih mas,,,,terima kasih mas!!!" Jawab Andi dengan senang.

“Sekarang gimana kondisi Anne mas?” Tanyaku lagi.
“Alhamdulilah sudah ada perubahan, dia sudah sadar seperti waktu pulang dari rumah mas Umar seminggu yang lalu.” Jawab Andi.

“Syukurlah kalau begitu, aku juga ikut tenang mas.” Jawabku.

“Kalau begitu sampai besok ya mas?” Pinta Andi.

“Ya mas” Jawab singkatku.
“Asssalamu’alaikum.” salam perpisahan dan untuk mengakhiri percakapan kami lewat telpon.

"Tutttttttt..."

“Walaikum salam” Jawabku dalam hati.
Suasana yang dingin dan tenang dirumah mbah Salman saat malam hari, meski belaian angin tak berhembus setelah menerima telpon dari Andi. Malam itu akupun semakin gelisah, mondar mandir tak jelas dan duduk diteras mbah Salman sendirian.
Dalam kesendirianku yang masih memikirkan masalah jawaban atas obat Anne dan hanya sedikit pencerahan yang kudapat tadi sore. Sambil memikirkan hal tersebut aku termenung dan menikmati rokok lintingan tangan andalanku serta kopi sisa makan malam tadi.
Saat aku duduk sendiri diteras lamunanu diusik oleh kehadiran mbah Salman yang keluar dari rumahnya. Beliau juga tidak bisa tidur malam itu, kami hanya duduk berdua dengan mbah Salman ditemani kopi dan rokok lintingan tanganku.
Aura positif rumah mbah Salman menemani juga kala malam itu. Dalam keheningan malam itu suaraku mulai memecah kebisuan kami, karena kabut asap rokokku hanya bisa terbang membisu.
“Mbah saya boleh tanya? kenapa Masjid mbah Salman auranya beda sama rumah mbah?” Tanyaku.

“Boleh nak, gak tau nak. Kalau masalah aura, ilmu begituan dan sejenisnya mbah buta nak meski mbah belajar keagamaan lama. Kalau ilmu pasti dan kitab mbah akan jawab!” Jelas mbah Salman.
“Ooohhh, terus untuk pertanyaan saya tadi sore tentang jama’ah mbah yang sedikit itu gimana ceritanya?” Tanyaku lagi.

“Ooohhh iya ya…saya lupa nak tadi belum jawab.” Sahut mbah Salman.
“Jadi awal mulanya begini nak, saya punya seorang kakak kandung. Kami Bersama-sama menimba ilmu disuatu pesantren terbesar di Mataram. Aku dan kakakku menimba ilmu selama 25 tahun.
Setelah itu kami kembali ke kampung ini bersama kakak mbah, dikampung ini dulu awal masjid berdiri belum ada yang memegang. Setelah adanya kami, para tokoh masyarakat memilih kakek jadi ta’mirnya.
Pilihan itu dijatuhkan ke kakek dengan alasan kakek juga tidak tahu, setelah itu kakak mbah terlihat kecewa dengan keputusan para tokoh masyarakat desa ini.”
“Kakek hanya mengalir saja waktu itu, sedangkan saudara kakek waktu itu langsung membuat TPQ dirumahnya.” Jelas mbah Salman.

“Lah kemaren kok sampai jama’ahnya sedikit mbah. Mbah kan ahli kitab? Apa sempurna kewajiban mbah shalat jum’at itu?” Tanyaku.
“Anggap saja mbah masih “babat alas” [mengawali] nak, mbah juga heran meski penduduk disini juga banyak, termasuk kakaknya mbah ada disini tapi mereka memilih untuk shalat jum’at diluar kampung ini.
Padahal nak Umar tahu sendiri jarak antara Masjid kampung ini ke kampung sebelah yang lumayan jauh, dan memang jauh.” Kata mbah Salman.

“Sudah berapa lama mbah kejadian seperti ini berlangsung?” Tanyaku.

“Ya kira-kira 5 tahunan nak.” Jawabnya.
“Selama itu masjid yang dipasrahkan ke saya serasa kering dan banyak warga seakan acuh akan keberadaanya. Mbah juga sebenarnya heran, selama itu mbah tidak punya jama’ah yang sempurna.” Jelas mbah Salman lagi.
Dari sini aku benar-benar merasa diundang rasa kemanusiaanku untuk menyibak misteri di sini, karena rumah ibadah itu adalah rumah sang penciptaku. Hati seakan tak terima rumah suci dibuat sebagai pelampiasan nafsu hitam anak manusia.
Waktu itu aku langsung mengajak berjalan kaki dengan mbah Salman malam itu, ke depan area masjid yang tak jauh dari rumahnya.

Saat memasuki area masjid yang masih beralaskan tanah, suasana malam hari dihalaman masjid diselemuti semacam kabut hitam yang membungkus Masjid,
aroma busuk dimalam hari tercium pekat diarea masjid. Mbah Salman juga terheran-heran saat malam itu melihat masjidnya dimalam hari yang bersamaku. Dengan sigap aku membuat cara agar mbah salman percaya dengan apa yang dihadapinya saat itu.
“Mbah coba kedua telapak tangan mbah angkat, lihat dan rasakan.” Pintaku seraya tangannku menempel kepunggungnya dari belakang untuk membuka mata hatinya dan merasakan apa gerangan yang menyelimuti masjid ini.
Setelah dilaksanakan perintahku,

“Aduhhhhh….aduhhh….aduhhh nak Umar" [Mbah Salman menurunkan tangannya dengan cepat, dan menutup matanya].

"Mbah gak sanggup melihat seperti ini." Suara mbah Salman yang spontan merasakan dan melihat sendiri apa yang terjadi di Masjidnya.
Secara cepat aura hitam itu menjadi sebuah angin hitam yang besar mengelilingi masjid, dari putaran itu keluar itu sesosok mahluk hitam dan besar seraya menarik tubuh mbah Salman.
"AKHHHH…TOLONGGGGGG...."

Saat tubuhnya mulai tertarik kedalam pusaran oleh cegkaraman tangan hitam yang besar itu, aku segera menarik keluar tubuh tua mbah Salman dengan sekuat tenaga. Tanganku mencoba memutus awan hitam itu yang menyerupai tangan.
"Brugggghhhh….." [Kami berdua jatuh ketanah].

“Mbah gak papa?” Tanyaku.

“Gak papa nak, aku takut nak ada mahluk besar itu!” Jawabnya mulai ketakutan.

“Ayo kita pulang nak…ayo nak…! “Pinta mbah Salman dalam ketakutan.
Terlihat tangan hitam itu mau menarik kami lagi dari pusaran angin hitam tadi, seolah mau melahap kami berdua. Kami secepatnya berlari, berlari menuju kerumah mbah Salman.
"Tooooollloooooongggggggg…..tolonggg….BRUUGGH…"

[suara gadis yang berlari dari masuk area masjid yang gelap meminta pertolongan dan menabrak aku dan mbah Salman, padahal kami baru berlari sekitar 10 meter]
Kami bertabrakan dan sama-sama jatuh tersungkur ketanah, saat itu kami saling memandang dalam keadaan gelap. Akhirnya aku menggandeng mereka berdua untuk berlari menuju rumah mbah Salman.
Aku tak menghiraukan wanita itu siapa yang penting aku ajak lari sama-sama mencari tempat berlindung dirumah mbah Salman.
Saat aku berlari dari halaman masjid, aku menoleh kebelakang dan melihat sumber kekuatan yang menyelimuti masjid. Waktu itu aku melihat pancaran sinar hitam penuh dengan jasad busuk manusia yang bersumber dari kekuatan hitam itu berasal.
Ternyata dari sebuah rumah yang tak jauh dari masjid, Letaknya diujung pertigaan jalan keluar kampung ini.
Setelah sampai dirumah mbah Salman aku langsung menuju ruang tamu dan menyalakan lampunya.
Akhirnya mbah Salman bisa mengenali wanita itu, dengan bantuan lampu didalam ruang tamu mbah Salman.

“Oalah nduk tak kira siapa tadi? Tanya mbah Salman yang masih berdiri dan bernafas ngos-ngosan.
“Iya pak De, ini Rani. Aku tadi habis dikejar orang besar hitam dari rumah.” Jelas Rani yang ketakutan dengan nafas tersengal-sengal.

“Memang kamu kenapa nduk? Kok bisa begitu?” Tanya mbah Salman.
"Gak tau pak dhe, tiba-tiba dikamarku ada sosok orang bertubuh tinggi besar dengan kulit hitam muncul. Orang ini tiba-tiba mau menangkapku! Huuu….huuu….aku takut pak dhe!" Terang Rani yang sambil menangis.
"Ya sudah, habis ini biar ditemenin mbakmu dirumah sebelah" Terang mbah Salman.

Malam itu juga mbah Salman menenangkan keponakannya dan mengantarkan Rani kerumah anak mbah Salman disebelah. Setelah kembali dari rumah anaknya mbah Salman kembali duduk bersamaku diruang tamunya.
“Aduh mbah, maaf mbah kalau jadinya begini, saya jadi gak enak sama mbah?” Sesalku.

“Gak papa nak, setidaknya mbah tau sekarang apa yang terjadi pada masjidku! Jawab mbah Salman.

“Mbah tadi waktu lari aku melihat pusaran angin itu kesuatu rumah di ujung mbah?”
Tanyaku.
“Kemana nak?” Tanya mbah Salman.

“Rumah diujung pertigaan itu mbah ?” Tanyaku.

“Oh itu rumah saudara mbah nak” Jawabnya mbah Salman.

“Mbah selama ini ada masalah apa tidak dengan saudara mbah?” Tanyaku lagi.
“Ya ada nak, sejak selesai penunjukan ta’mir masjid 5 tahun yang lalu hubungan mbah kurang baik dengan kakak mbah ini.” Jelas mbah Salman.

“Kurang baik gimana mbah?” Tanyaku.
“Ya begitu nak dia selalu memusuhi mbah, dan selalu mencari cara untuk menjatuhkan nama mbah dilingkungan kampung sini.” Jelas mbah Salman.
“Ya selama itu pula cara kakak mbah untuk menjatuhkan mbah tidak membuahkan hasil nak, karena mbah disini tidak mencari apapun. Mbah disini hanya mencari ridho dan mengabdi kepada tuhan mbah. Mbah hanya menjaga amanah para tokoh masyarakat kampung ini.”
Saat aku mendengar kasihan juga mbah Salman ini, selama 5 tahun diuji seperti ini. Diusia yang tak lagi muda mbah Salman masih tegar menghadapi ujian hal semacam ini dari sang pencipta.
Ujian dari sang pencipta akan diberikan karena tau hambanya akan kekuatan pundak hambanya untuk menerimanya, serta sang pencipta masih sayang kepada mbah Salman. Akhirnya aku mengambil inisiatif, untuk membantu mbah Salman.
“Mbah tolong besok pagi mbah minta maaf ke kakak mbah.” Pintaku dengan sopan.

“Untuk apa nak?” Sergahnya.
“Ya mungkin mbah ada salah atau apalah karena manusia tempatnya salah dan lupa mbah, yang penting mbah Salman minta maaf duluan saja, apa salahnya juga mbah cuma minta maaf saja kok.” Pintaku.

“Iya nak umar besok pagi mbah tak kerumah kakak mbah.” Jawab mbah Salman.
“Satu lagi mbah, setelah minta maaf. Tolong mbah Salman minta bekas air wudhunya kakak mbah Salman.” Pintaku lagi.

“Buat apa nak?” Tanya mbah Salman.

“Untuk mbah salman minum, sisanya mbah buang dihalaman masjid memutar sampai ke halaman awal mbah buang.” Pintaku asal.
‘Terbesit dalam pikiranku, Teringat akan cara ini waktu belajar sama maha guru pernah digunakan untuk menetralkan tempat suci yang dikotori oleh tangan-tangan manusia, dan iblis.
Dan dari pengalaman itulah aku membuat cara ini di Masjid mbah salman. Tentunya dengan beberapa mantra dari kitab-kitab sang illahi.’

“Ooohhh ya nak kalau begitu, Besok mbah akan laksanakan.” Jawab mbah Salman tanpa keraguan atas semua permintaanku.
“Semoga masalah mbah Salman disini cepat selesai.” Kataku.

"Amin mas," Jawabnya singkat.

Setelah itu mbah Salman pergi kedapur membuat minuman dan mengajakku ngopi lagi diruang tamunya mbah Salman.
Kelihatannya mbah Salman sudah tidak lagi takut dengan kejadian barusan, dia terlihat ingin santai karena belum mengantuk. Kami bedua duduk dengan menikmati kopi dan rokok yang tersaji untuk menenangkan akan hal yang baru terjadi.
“Nak Umar, itu tadi keponakan dari istri mbah yang sudah meninggal, Tapi sampai di umur 39 tahun belum bertemu jodohnya" Jelas mbah Salman.

"Lha kok bisa mbah, Anaknya tadi kan cantik mbah?" Jawabku.
"Entahlah nak, sudah lebih dari puluhan mungkin ratusan nak yang melamar keponakanku ini. Sejak dia umur 20 tahun ada yang melamar selalu gagal. Bahkan lebih tragis tahun kemarin, keponakan kakek sudah tunangan dan hari pernikahan juga sudah ditentukan akan tetapi gagal lagi."
"Aku sendiri heran nak, apa yang terjadi pada keponakanku. Mbah juga kadang merasa gelisah akan masalah dikeluarga almarhum istriku, tentunya kami juga malu sama masyarakat kampung ini. Bertahun-tahun sampai ibu bapaknya keponakan mbah jarang keluar rumah" Terang mbah Salman.
"Oooohhh" Aku hanya manggut-manggut mendengarkan kesedihan atas keponakannya itu.

“Lha mbah kan ahli kitab keagamaan, kok masih bingung mbah?” Tanyaku lagi.

“Iya nak tapi bidangku bukan seperti nak Umar.” Jawabnya.
“Saya dulu hanya menimba ilmu agama sedikit mbah, dan saya seperti ini kalau tidak terpaksa karena Tono [sahabat karibku] dan ekonomi keluargaku, mungkin si Umar ini lebih baik jadi petani saja mbah dirumah.” Elakku halus.
‘Dalam pikirku urusan si anne saja belum kelar, ini malah dikasih masalah lagi. Teka teki mbah Salman dari sore hari saja belum ketemu, aduh bisa gila aku kalau kayak begini terus masalah pada datang semua.
Seketika itu aku terbesit atas janjian sama Andi besok dirumahku, hemmm ini alasan yang tepat untuk sementara melarikan diri dari sini.’ Pikirku.
“Mbah habis ini saya mau pamit pulang dulu, karena tadi habis ditelpon Andi, ajudan mbak Anne bule yang sakit terkana leak!” Pintaku.

“Ooohhh, yang tadi telpon itu. Tapi kan kamu belum tidur nak Umar, lebih baik tidur sebentar? Cegahnya.
“Gak papa mbah, saya masih kuat kok, kasian temen saya yang lagi sakit mbah.” Tolakku kepada mbah Salman.

Selepas pembicaraan tadi akupun berkemas, tak lupa membangunkan Imron yang terlelap dengan tidurnya dan mengajak imron berangkat pulang meski masih gelap gulita.
Imron sebenarya pun sempat kaget atas permintaanku yang mendadak ini. Karena dia belum tahu masalah yang sebenarnya sama mbah Salman, sementara aku harus konsentrasi untuk menyelesaikan sakitnya si Anne.
11. LOST

Kami pun berjalan mengendarai motor bututku ini pelan-pelan. Dinginnya kota Asal Mbah Salman sangat menusuk sampai kedasar tulang meski sudah berjaket tebal, dan mantel hujan.
Disisi lain dalam perjalanan pulang kerumah, aku masih terngiang-ngiang dikepala ini akan pesan terakhir dalam kitab mbah Salman
“HANYA KEPADA YANG MAHA KUASALAH KITA BERSERAH DAN MEMINTA, KARENA DIA MAHA SEGALANYA. SETIAP ILMU DATANG DARI LANGIT , MAHLUK BUMI SEBAGAI WADAHNYA. BUMI PULA SEBAGAI SUMBER DAN AKHIR KEHIDUPAN MAHLUKNYA.”
Apa coba maksud dari semua kalimat itu. Aku yang dibonceng Imron sudah mengantuk teramat sangat disusul pula fajar akan mengintip kami. Dalam perjalananku masih dibenak ini masih mengulang dan mengulang kalimat terakhir dari kitab mbah Salman.
Saat masih pagi buta aku memasuki gerbang masuk sisi selatan pintu bekas kerajaan yang pernah berjaya di abad 14 itu, di iringi kabut tipis pagi yang segar. Setelah melewati pintu gerbang selatan sejauh 300 meter aku minta Imron menghentikan motor.
“Pron lu gak ada yang aneh saat masuk kesini tadi?” Tanyaku dengan perasaan ganjil.

“Aneh apaan mas? yang ada kita yang aneh, lihat mas kita masih pake mantel dipagi buta gini?” Jawab Imron dengan tenang tanpa kecurigaan .
“Bego lu Pron, ya mestilah kita pake mantel mau mati kedinginan lu. Dari selatan pulau menuju ke rumah kagak pake ginian bisa mati beku dijalan Pron!!!” Jelasku.

“Sekarang lu amati ke kanan dan kiri, terus dibawah kakimu.” Perintahku.
Suasana hening diantara kami, kubiarkan Imron memandangi keadaan sekitar. Aku sendiri yang belum tidur badan serasa panas dan ringan melayang [coba sendiri pasti kayak gitu kali ya rasanya], saat itu Imron juga keliatan capek dan kurang tidur.
Keadaan pagi itu kami terlihat sangat kacau persisnya seperti gelandangan. Akhirnya kami saling berpandangan dengan memainkan kode mata bingung, dan berpikir kita lagi dimana ini dan mau ngapain di alam kayak ginian.
“Mas, ini dimana? Mas kok banyak orang berpakaian jaman dahulu, jalan yang kita lewati kok tiba-tiba tak beraspal lagi mas.” Tanya Imron mulai ketakutan.
“Tenang!Pron kita duduk saja dulu yuk!” Ajakku untuk menenangkan Imron tentang apa yang terjadi dengan kami tanpa memberi penjelasan kepadanya.
Benar! Kita memasuki dimensi/alam lain. Karena sejak dari rumah mbah Salman pikiran kami banyak kosongnya.
Inilah efek kalau aku sedang memaksimalkan kemampuan semua panca indraku dan semua amalan,
yang pasti aku akan sangat sensitif dengan dunia lain sampai – sampai beberapa kali kejadian terbawa ke dimensi lain. Tapi waktu itu aku masih dengan guruku, jadi ada yang membimbing.
Kami masuk dimensi lain di era kerajaan, dilingkungan bekas kerajaan berlambang surya.
Suasana didepan kami adalah pasar yang ramai, terlihat mereka melakukan aktifitas jual beli dan orang pada berlalu lalang selayaknya pasar dikota kerajaan.
Mereka rata-rata berpakaian memakai sewek [batik kain khas jaman dahulu].Bagi yang perempuan banyak terlihat hanya memakai kain sewek tersebut dari pusar kebawah lutut sehingga bagian atasnya terlihat jelas, dan rambut yang bersangul.
Sedangkan kaum prianya rata-rata memakai celana pendek yang terbuat dari kain batik yang hanya dililit dari pusar sampai atas paha sebagai celana pendeknya, dan memakai blangkon cokelat sebagai ciri khas penduduk era kerajaan.
Berbeda dengan kaum bangsawannya yang terlihat sangat mencolok penampilannya, mereka sudah memakai baju berlengan Panjang hitam, celana pendek sudah dibawah lutut terbuat dari kain warna hitam dan beralas kaki kulit.
Rumah penduduk yang biasanya kami lalui didaerah ini banyak yang sudah rumah modern seperti saat dirumah-rumah saat ini, rumah gedong. Waktu itu didimensi lain rumah penduduk yang aku lihat masih rumah kayu dan bambu sedangkan atapnya berbahan ijuk.
Didepan rumah – rumah itu menyediakan gentong air minum dan cangkir dari batok kelapa, gentong itu ditaruh didepan pagar rumah mereka. Mungkin gentong – gentong yang ditaruh diluar itu bertujuan untuk minumnya para pengembara atau apalah aku juga kurang paham.
Karena pada saat aku lihat sekilas orang yang lewat depan rumah – rumah itu banyak yang minum dari gentong tersebut. Jalan yang biasa kami lewati biasanya beraspal, kini jadi menjadi jalan tanah biasa. Imron masih bingung dan masih dianggap semua ini mimpi.
Karena Imron tidak mempunyai kemampuan sepertiku dan sedikit penakut, jadi untuk sementara aku diamkan saja akan ketidak tahuannya dan tidak terlalu bercerita banyak. Aku kuatir kepanikan Imron nanti akan menjadi bahaya buat kami kalau dia tahu.
Aku hanya ingin diam sebentar untuk memikirkan cara untuk keluar dari dimensi ini. Dialam itu matahari tidak tampak sama sekali, terlihat hanya mendung hitam menutupi birunya langit. Padahal waktu itu harusnya matahari sudah menampakkan sinarnya!
Di dimensi ini kabut pun masih menyelimuti wilayah yang kami tempati seakan kabut tipis putih itu tetap pada tempatnya yang abadi.
“Pron ayok cari warung kopi?” Kataku menghentikan kebingunganya yang melihat kondisi sekitar.

“Kemana mas?” Jawabnya.

“Situ didepan saja?" Jawabku.

"Ayok mas, tapi gak papa kan mas?” Tanyanya takut.
“Gak papa pron nyantai saja, anggap saja mereka lagi mau syuting pilem kolosal. kita juga gak ganggu mereka kok.” Kataku untuk menenangkan Imron.

“Ooohhh gitu mas ya” Jawabnya polos.
Setelah sampai diwarung tersebut kami yang awalnya berencana memesan kopi, sesampianya di warung tersebut kami hanya mengamati suasana warung yang agak ramai dengan semua pengunjungnya.
Pengunjung disini semua berwajah pucat pasi dengan tatapan kosong tapi tetap melakukan aktifitasnya seperti manusia biasa diwarung itu.
“Mas, badhe ngersa’aken unju’an menopo? [mas,mau minum apa?]” Tanya ibu dari pemilik warung yang berada dibalik mejanya.

Suara ibu itu mengagetkan kami berdua, Imron yang berada dibelakangku kakinya berjingkat kecil dan refleknya menempelkan dadanya ke bahuku untuk sembunyi.
“Kopi cemeng kale bu [kopi hitam dua bu]” Jawab Imron dengan refleknya disertai nada tergagap-gagap.

“Monggo pinarak lenggah rumiyen mas, jenengan tenggo sekedap meleh” [mari masuk duduk dulu mas, kamu tunggu sebentar lagi] Kata ibu penjual kopi.
Waktu itu kami masih tetap berdiri untuk menunggu pesanan kami, dan mata kami sibuk memandangi pengunjung yang masih diam.
Dan beberapa pengunjung mulai mengamati kami berdua
“Niki mas kopinipun!” [ini mas kopinya] Kata ibu pemilik warung dengan menyodorkan dua gelas tanah kepada kami.

“Injih bu, pinten niki kopinipun? badhe dalem bayar sedanten bu?[iya bu, berapa ini kopinya? Mau saya bayar semua?] Jawab dan tanyaku tenang.
"Sekawan kepeng mas!" [empat kepeng] Jawab ibuk penjual kopi.

Disini aku bingung dengan mata uang yang akan dipakai. Aku berpikir sejenak untuk menemukan ide, dan akhirnya aku memberikan uang receh pecahan 200 perak 4 biji.
setelah itu aku dan Imron saling bertukar kode dengan memicingkan mata serta alis untuk langsung berjalan cepat keluar warung tersebut setelah membayar.

"Niki bu, arthonipun! [ ini bu uangnya ]" Aku memberikan dengan cepat agar tidak curiga penjual tersebut.
Setelah menyerahkan uang tersebut ketangannya tanpa bersentuhan, aku berjalan secepat kuda liar pindah ketempat agak jauh dari warung tadi.
Akhirnya kami bawa ke tepian jalan dan duduk memandangi kondisi sekitar. Dengan tenang kami mengamati orang – orang berpakaian jaman kerajaan yang mondar mandir,
sedang anak-anak kecil berumur sekitar 4-9 tahunan rata-rata masih bertelanjang bulat berlarian bermain-main dengan asyiknya.
“Awas.. awas ngaleh…ngaleh…prajurit liwat!!!“

"[awas...awas...pindah…pindah..prajurit lewat]" Bentak suara disamping kami yang agak jauh, bentakan yang keras itu memaksa kami pindah lagi dengan cepat ke ujung tanggul kolam dengan rasa takut.
Prajurit yang berbaris dan beberapa orang yang lewat didepan kami memandang kami dengan rasa aneh dan curiga, ya tentulah kami berpakaian jaman sekarang.
Tapi semua itu tidak aku hiraukan sama sekali, aku bersikap cuek untuk menenangkan keadaan terutama menenangkan si Imron yang masih takut.
Waktu di tanggul kolam aku meminta Imron tidak minum atau makan apapun jika dialam lain, meski dikasih gratis oleh warga dunia lain termasuk kopi yang baru kami beli. Menurutku akan berbeda kalau sudah berada dialam nyata.
Jadi kami hanya duduk berdua memandangi kolam lautan kerajaan yang melegenda itu.
Waktu tersesat didimensi ini aku teringat cerita kakek waktu kecil dulu. Ceritanya bahwa ada temannya yang mencari kayu di hutan sekitar daerah ini, daerah bekas kerajaan.
Saat itu teman kakek dipagi hari berangkat mencari kayu, akan tetapi diwaktu senja temannya belum kembali pulang. Semua anggota keluarga mencarinya dibantu para penduduk, hari demi hari keluarganya termasuk kakekku ikut mencari kesana kemari.
sampai kehutan tempat temannya mencari kayu bakar tersebut. Pada akhirnya keluarga dan masyarakat semua termasuk kakek menganggap bahwa temannya sudah meninggal.
Semua keluarga ikhlas akan kejadian ini waktu itu, Tapi selang 10 tahun tiba-tiba temannya yang dulu hilang muncul kembali disore hari dengan membawa kayu bakar. Teman kakek ini dengan santainya ia pulang tanpa tahu yang dialaminya selama ini.
Sontak sore itu menjadi heboh, sekampung dan sampai ke karisidenan [maklum watu itu masih era kompeni]. Teman kakek ini akhirnya bercerita tentang apa yang dialaminya.
Intinya teman kakek ini pada waktu dihutan dan saat perjalanan pulang, dia melewati sebuah rumah ditengah hutan. Pada saat melewati rumah ini terlihat ada nenek tua sendirian yang berdiri didepan rumahnya seakan menunggu teman kakek ini,
saat itu juga ia dipersilahkan untuk mampir kerumahnya nenek itu.
Sewaktu dirumah nenek itu dia diberi minuman dan beberapa makanan berupa umbi-umbian yang dikukus oleh nenek ini.
Dia merasa hanya istirahat untuk minum dan makan umbi tadi, perasaannya hanya mampir sekitar satu sampai dua jam dirumah nenek itu.
Dirumah nenek tadi ia hanya bercengkrama sebentar, disertai makan dan minum yang sudah dihidangkan. Setelah itu dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada nenek itu karena berbaik hati kepadanya.
Saat perjalanan kembali pulang dia tidak merasakan apapun dijalan, tidak ada yang berbeda. Dia hanya merasa banyak bangunan baru padahal waktu berangkat masih kosong, tapi dia tidak terlalu memikirkannya seakan sudah capek seharian mencari kayu bakar.
Setelah sampai rumah terlihat istrinya sudah nampak menua dan anak-anaknya sudah dewasa. Keadaan itu membuat dia shock dan pingsan, sama halnya istri dan anaknya melihat kepala keluarganya yang hilang kembali utuh seperti sedia kala tiba-tiba muncul begitu saja.
Mereka juga berfikir bahwa suaminya adalah mahluk jadi-jadian kala itu.
Akhirnya dalam waktu singkat semua penduduk desa berkumpul kerumah temannya termasuk kakekku, untuk melihat keadaan temannya yang baru pulang 10 tahun itu.
Mereka semua melihat dan memeriksa apa yang terjadi sebenarnya. Dan benar temannya selama ini dibawa ke dimensi lain oleh penghuni hutan disebelah bekas kerajaan itu. Setelah sadar temannya ini diberi tahu bahwa dia sudah menghilang selama 10 tahun.
Sejak kejadian itu temannya sudah tidak mau lagi mencari kayu lagi kehutan, karena masih membekas rasa ketakutan pada dirinya.
Hal inilah yang membuat aku berfikir, membuat pertimbangan untuk melarang imron untuk makan dan minum didimensi lain dengan wujud jasad yang utuh kita bawa.
Saat aku duduk dengan Imron di areal kolam yang indah kala itu disertai mendung hitam,
kolam besar yang dikelilingi pohon yang rimbun. Hawa juga sejuk seperti didunia nyata, terlihat nyata sekali dan aku sangat menikmati suasana itu padahal aslinya takut juga.
Dalam beberapa saat aku dan Imron melihat pemandangan yang tak biasa.
Pemandangan yang tak biasa kami lihat yaitu, para pemuda tadi yang berpakaian ala prajurit jaman kerajaan berbaris berlarian berjajar rapi lima lima menuju kolam itu.
Mereka adalah prajurit yang membentak kami waktu disebrang jalan tadi. Saat itu mereka terlihat sedang berlatih.
"BYURRRRR….BYURRRR….BYURRR"

mereka masuk ke air kolam itu dan berenanng bagai lumba-lumba sangat cepat. Padahal jarak kolam besar sepanjang 375 meter dilalui dengan cepat sekitar kurang dari 2 menitan dan tak masuk akal bagi manusia di dunia nyata.
Diakhir kelompok yang masuk ke kolam besar itu membuatku sangat terkejut lagi, karena saat mereka berjajar lima – lima dan mulai masuk kolam yang besar itu.

"BYUUUR......DUAAAARRR....DUAAARRRR...DUAARRR"
[Mereka masuk kekolam bersama, diwaktu itu juga disetai petir yang menyambar dari langit ke arah mereka berlima dan mereka semua seketika menghilang dengan sekejap.]
Setelah sekian detik mereka muncul digaris finis didahului petir dari langit menyambar kebumi. Saat itu juga mereka sudah sampai di garis finis. Mereka berlima terlihat saling senyum, berjabat tangan dan berpelukan.
"Bhayangkara…bhayangkara….bhayangkaraaaa…..!!!" Teriak mereka secara bersahutan.

Hal ini mengingatkan aku tentang cerita prajurit legendaris besutan sang patih kerajaan ini dulu.
Mereka terlihat tampak gagah, lincah dan berotot, tatapan mereka seperti tatapan haus akan perang.
Apakah ini pasukan legendaris itu dalam hati, kalau iya pantesan saja kerajaan itu bisa menjadi kerajaan besar dan ceritanya melegenda sampai sekarang.
Kami hanya diam dan duduk mengawasi dari kejauhan tanpa berbicara apapun, karena kami tahu aku dan Imron masuk ke dimensi lain.
Akhirnya aku memutuskan untuk segera bersuci dengan Imron diujung kolam yang megah berukuran 375 x 175 meter itu.

“Whoi sopo iku ? [whoi siapa itu].” Teriak salah satu prajurit yang berlari kearah kami.
Setelah mendengar teriakan itu, kami yang habis bersuci di ujung ditanggul kolam yang megah. Karena Terdapat aliran air kecil yang mangalir keluar dari kolam itu. Aku memegang tangan Imron yang selesai bersuci, tanganku menyeretnya mengajak berlari.
Aku berlari sekencang – kencangnya dan tetap memegang tangan kanan Imron.

“Pron lu ikuti kataku!!!" Bentakku dengan keras, aku membaca do’a yang pernah diajarkan kakek jika ingin keluar dari dimensi lain. Aku awali bacaannya dengan keras saat berlari menggandeng Imron.
"Tutup matamu pron!!!" Kataku keras sambil berlari, akupun juga menutup mata sebentar sambil berlari.
Kami berlari diatas tanggul beralas bata merah dengan kencangnya. Beberapa saat kemudian dalam kondisi masih berlari, aku membuka mata dan keadaan sudah berubah menjadi seperti saat ini, ya kembali kedunia nyata.
ditanggul kolam itu yang beralaskan bata merah. Hatiku merasa Plong, lega dan senang, aku sangat bersyukur saat itu tentunya!
karena takut akan kejadian teman kakek dahulu menimpa kami.
Saat Imron membuka mata dan menoleh kekanan kekiri memperhatikan keadaan sekitar, keadaan sudah berubah seperti sedia kala tapi matahari sudah berada disebelah barat alias sore.
Padahal kami hanya sejenak dimensi itu, aku ingat waktu kami masuk hari masih pagi buta. Saat memandang ke arah kolam, kolamnya juga sudah mengering waktu itu.
Padahal sebelumnya didimensi lain tadi terlihat kolam itu penuh dengan air yang jernih, dan kopi yang aku bawa ketepian kolam tadi berubah menjadi terbungkus plasik. Beda dengan rokok lintinganku masih tetep sama.
Kira-kira seperti ini suasana dikolam waktu itu.
Imron saat itu merinding dan takut, setakut-takutnya orang akan kejadian yang kita alami barusan. Saat itu kami langsung bergegas berlari menuju motor kami yang sudah terbawa kedunia nyata. kami juga meninggalkan kopi dan rokok ditepian kolam karena takut.
“Mas ayok cepetan mas….” Katanya yang sedang panik, dan berlari duluan menuju motorku.

“Ayok” Kataku mengiyakan sambil berlari kecil mengikuti Imron.

“Pron ayok motornya hidupin?” Pintaku yang ingin cepat-cepat.
“Iya mas bentar kuncinya tadi mana!” Katanya Imron bingung.

“Lha terakhir yang joki kan lu Pron?” Kataku.

Saat itu kami bedua panik, dan beberapa orang melihat kami heran.
Di sore yang cerah ada dua orang sedang katakutan dan pada heboh sendiri, banyak kulihat orang-orang memandang kami geleng-geleng kepala.

Ah biarin penting aku bisa kabur

“Lha itu pron lu taruh di kalung leherlu gitu” Kataku sambil menunjukkan kunci yang berada di kalungnya.
12. Second Try

Saat motor sudah menyala dengan suara khas teriakannya, sikap sigap Imron membawa motor bututku berlari sekuat tenaga dan sekencang-kencangnya.
Motorku melaju dijalan yang sudah kembali seperti sedia kala dan terlihat beraspal.
warga daerah ini sudah bepakaian seperti biasa seperti jaman sekarang. Rumah - rumah juga sudah berubah, nampak kembali ke habitatnya semula.
Kami secepatnya menuju rumahku untuk beristirahat dahulu.
mempersiapkan golok dan air dahulu untuk menyambut Leak yang masih berada dalam tubuh Anne sebelum tidur. Waktu itu dirumahku kami tidur berdua diruang tamu, beralaskan tikar plastik diselimuti angin desa.
Angin yang cukup lembut dan belaian semilirnya angin ini yang pernah menghiasi mimpi-mimpiku saat masih kecil. Aku tidur bersebelahan berdua sama si Imron, berbantal kayu yang diiris menjorok kedalam dan berbentuk oval di tengahnya.
Bantal kayu inilah sebagai penangkap kepalaku yang tidur diatasnya. Beberapa jam kami tidur dengan lelapnya tanpa ada mimpi, akan tetapi kelelapan itu bibuyarkan oleh suara yang tak asing membangunkan kami berdua.
“Mas….mas….mas…bangun!!!” Kata Tono membangunkan aku dan Imron.

Aku membuka pelan-pelan mata yang berat ini,melihat sayup-sayup didepanku wajah mesumnya Tono dengan senyum bahagianya!
Aku bangun dan duduk sambil membenarkan posisi duduk, sedang Imron yang ikut terbangun, dia langsung berdiri dan berjalan menuju kamar mandi dibelakang rumahku.
“Eh elu Ton, udah jam berapa sekarang ?” Tanyaku.

“Udah jam sembilan mas, dari tadi Tono tungguin mas bangun tapi gak bangun-bangun. Akhirnya aku gak sabar dan Tono putuskan bangunin mas Umar!” Kata Tono.

“Sialan lu Ton, aku masih ngantuk nih, badanku capek semua!” Jawabku.
“Mas sebentar lagi acara pemuja ilahi mau dimulai disini! Gimana sih mas Umar ini?” Kata Tono mengingatkanku dengan jengkel.

Aku langung teringat, dalam hati “oh iya…ya hari ini kan masih ada ritual untuk si Anne sampai 40 hari,
ini juga masih dapat berapa hari?” kulihat Imron lewat didepanku yang baru kembali dari kamar mandiku, dan ikut duduk bersama kami di ruang tamu.
“Ya udah Ton aku mandi duluk Ton!” Kataku.

“Ya mas.” Jawab singkatnya.

Setelah ada penjelasan pengingat dari Tono aku langsung berdiri dan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandiku untuk mandi kilat, selesai itu aku ganti baju dikamar.
Saat sedang ganti baju aku masih kepikiran tentang Anne dan Andi.
Aku kemaren sudah janji kok jam segini belum datang yak? Akhirnya aku kembali ke ruang tamu memastikan dulu ke Tono tentang keberadaan mereka, apakah dia tadi melihat si Andi sudah kesini atau belum.
“Ton tadi lu liat si Andi sudah nyampek rumahku apa kagak?” Tanyaku.

“Oooohhh mas Andi sama mbak Anne ta mas? Tenang …tenang…tadi waktu aku nyampek sini mas, aku liat mas lagi tidur sama si Imron.
Jadi aku putusin telpon untuk memberi kabar Andi kalau pengen kesini malaman sekalian habis acara mas, kebetulan mereka tadi sebenarnya mau berangkat akhirnya dibatalkan!” Jelas Tono.
“Oaah ya udah Ton, pinter juga lu akalnya! Tumben…" Sahutku sinis.

Aku dan Tono duduk berdua lesehan di ruang tamu. Sedangkan didepanku ada Imron sedang membakar rokok, setelah itua Imron pamitan pulang kerumahnya untuk memastikan keadaan keluarganya.
Karena Imron sendiri masih kepikiran keluarganya yang kemarin habis sakit dan ditinggal karena aku ajak pergi. Kondisi badanku waktu itu jelas kurang fit disisi lain kurang tidur, habis tersesat dan banyak pikiran.
Kepikiran khususnya masalah tentang cara menyembuhkan Anne dari Leak laknat itu. Disini waktu aku bedua dengannya, Tono memberikan sedikit informasi bahwa sejak acara dirumahku dia yang pegang banyak keganjilan.
Yaitu makin banyak orang yang tak kenal ikut dengan bau yang sangat harum, bukan satu dua orang yang tahu akan tetapi semua anggota pemuja illahi sudah pada tahu semua.
Mereka yang ikut acara rata-rata memakai baju kebesaran yang sama dengan para pemuja Ilahi, pakaian serba putih sebagai ciri khas mereka, penyusup gelap ini pun sama pakaiannya dengan para memuja ilahi.
Tono juga menceritakan kondisi kampungku juga, pada saat waktu aku tinggal masih banyak orang sakit dan kesurupan karena efek kekuatan Leak.
Tapi keadaan di kampungku mulai membaik selang tiga hari lakukan acara tersebut,
hampir semua orang dikampung sudah sembuh dengan sendirinya.
“Ton aku kurang enak badan nih, trus nanti Andi sama Anne gimana ya?” Kataku.

“Waduh gimana ya mas, soalnya mereka sangat berharap sama mas Umar?” Jawabnya Tono.

“Iya juga Ton, tapi kalau dipaksain aku bisa mati konyol Ton?” Jawabku.
“Gini saja mas! Tono belikan obat, habis itu Tono kerokin mas Umar sebelum acara dimulai, gimana?” Paksa Tono.

“Ya udah, buruan sana Ton!” Sahutku .
Setelah itu Tono pergi beli obat diwarung depan, dan memberikannya kepadaku. Setelah itu Tono juga kerokin dan pijitin aku dikamar.
Hitung-hitung untuk pulihkan stamina, tapi aku juga masih bingung akan obat dan cara penyembuhannya Anne yang belum dapet, padahal ini mau berantem lagi dengan Leak sialan itu. Seperti biasa jam 22.00 wib, klub pemuja illahi mulai berdatangan untuk ritual dirumahku.
Waktu itu aku pamit ke kawan-kawan untuk tidak ikut acara karena tidak enak badan. Saat itu aku hanya rebahan didalam kamar sesekali memejamkan mata ini, menyiapkan stamina dan memikirkan cara mengabisi leak dalam tubuh Anne.
mar.Setelah acara pemuja ilahi dengan para pengikutnya dilaksanakan secara khusuk dan khidmat tersebut selesai, Tono bergegas mengahampiriku di dalam kamar.
“Gimana mas? Udah enakan?” Kata Tono.

“Lumayan, tapi belum 100 % Ton.” Jawabku.

“Kira-kira Andi dan Anne jadi datang kesini jam berapa Ton?” Tanyaku.

“Sebentar mas coba Tono telpon Andi duluk?” Jawab Tono.

"Tuuuuttt…tuuuuuutttt…..tttuuuuuuttt."
Penggilan keluar dari HP Tono, setelah itu suara terhenti karena panggilan terangkat.

“Mas Andi posisi lagi dimana?” Tanya Tono dalam telpon.

“Dijalan mas Tono ?” Jawab Andi.

“Kira – kira nyampe rumah mas Umar jam berapa?” Tanya Tono lagi.
“Setengah jam lagi mas !” Jelas Andi .

“Sippp lah kalau begitu mas, di tunggu mas Umar dirumah soalnya!” Terang Tono.

“Ok mas hati-hati dijalan.” Kata Tono dengan mengakhiri panggilan telponnya.
Setengah jam kemudian Aku bergegas ke ruang tamu untuk menunggu Andi dan Anne, kami berdua menikmati kopi dan rokok. Kali ini rokok Tono yang aku nikmati yaitu rokok andalannya rokok mentari daha, maklum selama beberapa hari ini Aku hanya merokok lintingan tradisionl saja.
Suasana ruang tamuku tetap seperti malam-malam sebelumnya, berhawa sejuk, tenang meski dalam kegelapan malam. Namanya juga rumah di desa, yang dekat dengan sawah. Tak berapa lama kemudian sesuai kata Andi di telpon mereka datang.
Kali ini mereka datang ber tiga yaitu Andi, Anne dan bodyguardnya satu orang.
Terlihat dari dalam ruang tamuku, mereka mengendari mobil MPV hitam kali ini. Mobil buatan Jepang yang sangat familiar dinegara ini, yaitu mobil keluarga.
Andi berjalan dahulu didepan sedang Anne masih digandeng sama satu orang bodyguardnya. Pakaian gadis bule itu masih tetap seperti pertama kali datang. Berbaju warna merah lengan Panjang, rambut merahnya tergerai sepinggang dan memakai jeans warna gelap.
Sedangkan Andi memakai kos warna terang bercelana jeans biru. Dan sang bodyguard itu memakai baju safari seperti baju bodyguard pejabat.
Tapi kali ini mereka datang dengan membawa aura lebih kuat dari sebelumnya, mereka berjalan santai menuju rumahku di ikuti sedikit awan hitam yang tipis dibelakangnya.
Meski awan itu tak terlihat oleh mereka, karena hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat dan merasakannya akan hal ini.
Dalam hatiku ‘kali ini bisa lebih gila kekuatannya dari yang pertama datang, mungkin Leak ini juga habis persiapan’ sedang aku sangat minim persiapan dan konsidisi badan belum 100% fit.
“Salam mualaikum?” Sapa Andi!.

“Walaikum salam. Mari masuk mas!” Jawabku.
Saat mereka datang aku menyambut mereka diteras. setelah kami berjabat tangan diteras, mereka langsung menuju ruang tamuku.
Anne dan bodyguardnya aku suruh duduk di sebelah kiriku, otomastis mereka menghadap ke selatan. Sedang Andi tetap duduk berhadapan denganku, Aku ke arah timur sedang Andi yang menghadap ke barat.
“Gimana kabarnya mas, katanya habis luar kota dan baru sampai?” Tanya Andi.

“Ohhh iya bener mas. Sehat mas!” Jawabku meyakinkan mereka.

“Gimana perkembangan mbak Anne selama seminggu ini mas?” Tanyaku.
“Syukur mas, selama itu mbak Anne sudah banyak sadarnya. Dan kemarin saja waktu telpon mas Umar kambuhnya mbak Anne yang agak lama.” Terang Andi.

Wajahku menoleh ke Anne, benar si gadis bule asal eropa ini sudah bisa tersenyum biasa dengan Aku.
“Gimana mbak Anne kabarnya?” Tanyaku.

“Sehat pak, terima kasih pak ya bantuannya.” Kata Anne.

“Sama – sama mbak” Jawabku.

“Oh iya selama ini kalian tinggal dimana?” Tanyaku pada Anne dan Andi.

“Sementara kami saat ini tinggal di graha keluarga mas di ujung galuh.” Jawab Andi.
“Ooh kukira kalian langsung balik ke eropa, setelah dari sini?” Tanyaku lagi.

“Enggak mas kejauhan, Lagian Mbak Anne juga belum bener-bener sehat mas.” Terang Andi.

“Iya pak, nanti kalau benar-benar sudah sehat saya langsung balik.” Sahut Anne.
“Pak Umar sudah pernah kesana?” Tanya Anne.

“Kemana mbak?” Jawabku.

“Ke Benua biru?” Tanyanya lagi.

“Boro – boro kesana mbak, ke ibukota negara sendiri saja belum pernah saya mbak!” Jawabku polos.

“Masak pak!!!” Sahut Anne dengan kaget dan tak percaya.
“Kalau Anne sehat, nanti ikut Anne saja pak ! sekalian sama keluarganya jalan – jalan ke rumah Anne di Eropa?” Pinta Anne dengan senyum.

“Boleh juga mbak, tapi saya pengen ke Tanah suci duluan mbak sebelum ke Eropa!” Pintaku.
“Iya gak papa pak, kan sekali jalan itu. Nanti Anne anterin sama Mas Andi.” Terang Anne!

“Pak Umar bisa segera mulai, saya pengen lekas sembuh pak?” Pinta Anne dengan wajah serius.

“Baik bisa mbak!” Jawabku meyakinkan.
‘Anne hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum bibir merahnya, karena Anne ingin segera pulang kenegaranya menemui kakek neneknya dan saudara – saudara sepupunya’

“Mas Andi tolong bantuin bodyguardnya kuatir nanti kalau mbak Anne ada apa-apa!” Perintahku.
“Siap mas!” Jawab singkat Andi.

“Ton lu jangan bengong mulu, tuh ambilin air minum sama golok yang ku siapin dikamar belakang.” Perintahku ke Tono.
Sebetulnya ini hanya sebuah golok biasa, tidak ada yang spesial dari benda ini. Golok ini biasa aku pakai ke kebun, hanya tadi sebelum mau dipakai aku memberi do’a dan wewangian biasa.
Setelah semua siap, aku merasa suasana diruang tamuku terlihat tegang dan sorot mata saling melempar pandangan satu sama yang lain. Lampu ruang tamuku kumatikan dan hanya lampu neon anti kabut warna kuning diteras yang kunyalakan.
Dengan cahaya samar-samar cahaya kuning menyinari ruang tamuku. Malam hari itu suasana semakin terlihat kelam, seram dan mencekam karena aura dari Leak yang dibawa Anne.
Sejenak aku duduk bersila mengahadap Anne dan sedikit kakiku sebelah kiri menempel ditanah karena karpet plastik yang bolong, sedang Anne duduk bersimpuh didepanku.
Kusuruh Anne memejamkan matanya sejenak dengan posisi duduk tegak, aku pun duduk didepannya persis berjarak satu meter kedua tanganku yang tadinya hanya bertumpu pada kedua paha. Kuarahkan kedua tanganku ke dada si Anne.
Sebentar aku berkonsentrasi dan membaca kalimah – kalimah thoyibah dan mantra. Sejenak kedua tanganku kuangkat langsung memukul dari jauh dengan segenap kekuatan tanpa menyentuh tubuh gadis bule itu, dengan cepat kedua tanganku kembali kepangkuanku.
Saat selesai Aku pukul dari jauh, kami yang berada di ruang tamu semua melihat wujud asli Leak yang kutampakkan. Wujud Leak yang diikuti api yang membara, api yang menyala nyala disekitar tubuh leak itu seakan membakar rumahku.
Kira-kira seperti ini mahluk jeleknya…
Ruang tamuku yang sebelumnya hanya sedikit mendapat cahaya dari lampu neon terasku, mendadak menjadi terang dengan adanya api yang dibawa Leak ini. Leak itu duduk persis dibelakang Anne, tangannya sebelah kiri yang memeluk seakan akan menjadikannya tumbal upacaranya.
Seketika leak itu menampakkan wujud aslinya yang menyeramkan, diiringi pula bau mayat manusia yang terbakar tercium kuat dirumahku, disertai kobaran api mengelilingi wujud leak itu.
Api yang menyala bagai api neraka di sekitarnya, disertai kabut hitam ikut muncul dari tanah diruang tamuku. Dengan pemandangan yang belum pernah mereka lihat sontak saja semua yang berada diruang tamuku mulai bodyguard,
Andi termasuk Tono langsung pingsan seketika. Karena orang normal yang dikagetkan secara tiba – tiba bentuk nyata leak kebanyakan takut, lari dan pingsan. Sementara Anne tetap pada posisinya dengan tatapan kosong mulai ikut melotot dan mulai mengikuti gerakan Leak dibelakangnya.
Anne sendiri tidak ikut terbakar dengan api Leak itu. Ya !!! karena mahluk yang bersarang ditubuhnya bergeser sedikit karena hentakan pukulanku, dan tangan kirinya masih tetap memegang leher gadis bule itu.
Posisi leak itu sedikit dibelakang Anne seakan memangku tubuh putihnya Anne, karena tubuh itu masih jadi kuasa hantu berupa Leak.
Bersamaan itu diluar luar rumah kejadian kembali terulang, seperti halnya sang raja memimpin perang semua Jendral dan prajuritnya ikut serta membela sang Raja. Kabut hitam secepat kilat muncul dari bawah tanah.
Raja Leak yang bersarang ditubuh Anne memanggil para Jendral ghaibnya itu untuk membawa ribuan pasukan dan mengepung rumahku.
Malam itu aku yakin ini semua prajurit ghaib ini adalah pengikut sang raja leak yang bersarang ditubuh Anne. Kira-kira seperti ini gambaran para prajurit kala itu akan tetapi posisi mereka sedang mengepung melingkar rumahku.
Kira-kira seperti ini waktu itu prajuritnya.
Kali ini pasukan yang diluar rumahku tetap dengan senjata lengkap, sorot mata mereka menyala dengan semangat untuk berperang. Nafsu membunuh para prajurit yang ingin untuk membunuh lawannya.
Para prajurit ghaib ini juga membawa mayat - mayat yang telah menjadi tulang belulang dari korban pemujaan mereka. Tengkorak-tengkorak usang sebagai itu ditaruh diatas tombak, persis digagang kunainya [pertemuan antara kayu dan besi].
Senjata yang dipamerkan seakan menunjukkan kedigdayaan mereka selama selama ikut golongan calonarang. Tak lupa mereka juga membawa bau khas mereka yaitu bau mayat busuk, bau anyir darah yang kuat juga ikut masuk kerumahku.
Bau bau semacam ini yang aku benci karena akan membuat aku mual dan muntah. Disaat semua sudah siaga satu! kami semua yang mau berperang mengambil aba-aba, aku mengambil golok yang kusiapkan disamping dengan tangan kananku.
Akan tetapi hanya wujud ghaibku yang bangun dan membawa golok di tangan kanan ini. Disini pikiranku juga yang masih belum menemukan teka teki dari mbah Salman dan masih berikir untuk memecahkannya.
Malam itu aku masih menggunakan cara berperang yang arogan, kuno dan paling ngawur. Mau bagaimana lagi karena kondisi yang belum memungkinkan untuk menemukan teka teki itu.
Kejadian percobaan kedua ini aku lakukan tanpa taktik jitu, dan disinilah bodohnya aku yang akan mengulang kesalahan dalam percobaan pertama.

Waktu itu aku sendirian. Aku benar-benar nekat karena akan bertempur habis habisan dengan musuh tak sebanding,
seakan siap untuk mati akan semua hal yang kumulai ini. Saat aku mengayunkan golok dan memainkannya dengan tangan kananku, seakan aku ahli pedang. Aku berpikir hal ini kulakukan untuk sedikit menakuti leak sialan itu, untuk menjatuhkan mentalnya dulu sebelum beradu kanuragan.
Tapi aku salah!!! yang ada sorot tatapan Leak, penglima dan pasukannya semakin geram, marah seperti mau menguliti tubuh halusku dan jasadku.
Tiba-tiba leak itu berdiri tegak dengan cepat disertai api membara dan menyala-nyala dibelakangnya muncul seakan api neraka yang melindunginya. Ia juga melepaskan pegangan tangan kirinya dari leher Anne.
Sikap berdirinya leak itu jelas menantang aku. Dia menari, memainkan jari panjangnya dan mata merahnya yang hampir lepas dari kelopak matanya.
Saat ku tenggok sebelah kananku para prajuritnya yang mulai berlari serentak bersamaan kearahku, secara tiba – tiba dihentikan dengan kode tangan sang raja leak ini untuk berhenti.
Seketika itu juga ribuan prajurit itu beserta dua jendralnya berhenti tepat di sampingku sekitar lima meter.
Kelihatannya sang Raja Leak ini ingin bertempur satu lawan satu.
Posisi leak itu sudah bebas dengan kedua tangannya tanpa memeluk Anne lagi dan hanya beberapa meter di belakangnya.
Leak ini akhirnya pindah keatap rumahku, kelihatannya dia ingin bertanding diatas atap rumah dan dilihat oleh semua jendral dan prajuritnya.
Akupun mengikuti leak ini ke atas rumahku, dan saat itu posisi kami sama-sama bagai di atas ring tinju bebas.
Diatas rumah yang tadinya gelap kini menjadi terang oleh api Leak itu.
Dalam kondisi itu aku langsung berlari menuju Leak itu berdiri untuk memulai pertempuran, lari menuju ke arah Leak dengan menggenggam pedang ditangan kananku.
Golok yang ku genggam langsung kutebaskan ke arah kepala leak ini tepat dimukanya, akan tetapi leak ini tidak menghindar hanya pedangku yang terpental. Sang raja leak ini hanya diam, seakan ilmu kebalnya tiada tanding.
Akupun mengambil golokku lagi yang terjatuh tak jauh dari arena dan mulai menebas tubuh leak ini dengan gerakan arogan sebisanya dan sekuat-kuatnya. Percikan warna merah yang terlihat akibat gesekan antara besi dan energinya yang terlihat dari serangan ngawurku.
Mulai dari ujung atas sampai ke kakinya, lagi-lagi tebasanku tidak membuahkan hasil. Hanya suara pedangku seperti mengenai besi saat semua tubuh leak ini kutebas.

"TIIIIINNGGG …..TIIIIINNGGG…..TINGGGG….TING"
[Suara Golokku]
Leak itu hanya memandangiku saja dengan tatapan mata merahnya yang melotot. Kalau mulutnya bagus kayak manusia, mungkin Leak ini hanya tersenyum dan tertawa melihat tingkah polahku seperti anak kecil bermain sendiri.
Disaat aku agak kecapekan, karena sudah banyak tenaga yang kukeluarkan. Aku membungkukkan badan serta tanganku memegang lutut dengan nafas tersengal – sengal tentunya. Tiba – tiba tangan leak yang kanan tanpa komando mau menghujam dan menghantam keras kearah dadaku
Secara spontan saat aku melihat cahaya api yang membalut tangan leak, aku langsung menggeser badanku yang membungkuk untuk mengelak kekanan. Di saat yang sama aku langsung berlari mendekat ke leak itu,
aku menaiki tubuh halusnya sampai posisiku duduk dikedua bahu leak ini dengan pinggangku yang tegap serta tanganku berada diposisi yang siap menggorok lehernya.
Untungnya saat itu aku tidak ikut terbakar api leak ini, karena sebelum bertempur aku sudah membasuh tubuhku dengan air yang di beri do’a dan kuoles kesekujur tubuhku.
Disaat bersamaan aku lihat jasad asliku dibawah, mulai berwarna merah padam seakan menyerap aura / energi leak ini. Dan energi ini dialirkan ke kaki kiriku ketanah yang menempel sedikit tadi. Ooohhh jadi begini rupanya energi leak ini, terserap oleh bumi.
Akupun mendekap erat kepala leak ini berencana untuk menghabiskan dulu cakra/ energi merah hitam yang dimilikinya. Karena leak ini saat itu tidak mempan dengan senjata yang kubawa.
Sekian menit saat kudekap, leak ini meronta-ronta ingin melepaskan cengkraman eratku. Karena tenaganya yang masih kuat, badanku ditarik keatas oleh tangan dan kuku panjangnya yang dilapisi api neraka.
Tapi saat itu pula secara tiba- tiba tangan kirinya yang dipertajam kuku dan apinya dengan cepat menghantam dadaku dengan sangat keras.

“Buuugggghhhhh”
Rasanya dadaku seperti terbakar sampai ke jantung dan semua organ dalamku, rasa panas seperti terbakar api neraka. Seketika aku yang terlempar jatuh ke bawah dan merasa kalah, aku secepatnya kembali ke jasadku.

“Sleeeeeeepppppp”
Kembali kepada jasad asliku yang tengah duduk bersila diruang tamu. Serasa benar-benar nyata meski bukan jasad asliku yang kena serangan leak ini, tapi efeknya jelas kedunia nyata.
Malam itu aku lihat Leak ini secara cepat kembali ketubuh Anne, Karena merasa menang dan melihat aku sudah jatuh terkena satu serangnnya. Sang Raja Leak yang ini memang pantang menyerah dan tak akan membiarkan calon korbannya bebas.
Dan setelah pertempuran itu berakhir semua jendral dan pasukannya hilang seketika dari lingkungan rumahku.

"BRRUUUUGGGGGHHHHHHH…….!!!"

Jasad asliku tersungkur ketanah.
Saat jasad asliku tersungkur kekarpet plastik, darah segar mengikutinya mengucur deras dari mulut dan hidungku. Dan saat mataku sendiri melihat ke depan ke arah Anne, perlahan mataku menurunkan kelopaknya pelan, pelan …pelan dan semakin gelap, gelap dan gelap. Pet…..
13. HCU [High care Unit]

Saat mataku terpejam dan gelap, sukmaku terasa ada yang menarik keluar dari ubun-ubun. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh Leak seakan sudah hilang bersamaan tertutupnya mataku.
Aku melihat tubuhku memakai baju putih bersih dan bercahaya, disaat aku sudah berdiri tepat di depan jasadku kedua tanganku digandeng dua orang yang tampan dan rupawan.
Saat aku dibawa berangkat pergi akupun tak pernah bertanya kepada mereka, mau dibawa kemana sebenarnya aku ini? Aku bagai kerbau yang dicongok hidungnya saat mengikuti mereka berangkat.
Mereka membawaku melewati lorong gelap yang diujung tengahnya ada setitik cahaya, semakin mendekat semakin besar lingkaran cahaya itu. Sampai tibalah kami disuatu tempat yang luas, tempat yang lapang tak bertepi.
Tanah tak bertepi itu hanya bermandikan sedikit cahaya merah dari langitnya tanpa matahari. Sesaat aku mengamati dengan seksama tanah lapang yang sepi dan masih kosong, aku merasa takut sendiri.
Sejenak kami ditanah lapang tak bertepi, aku di ajak berjalan ketempat lain, tempat yang berbeda dari tanah lapang ini. Sampai disini aku hanya diam dan mengikuti pegangan tangan mereka berdua.
Sampailah aku pada gerbang besar dengan dua pintu yang menjulang tinggi, aku melangkahkan kakiku kedalam tempat itu dan masih tetap digandeng kedua pria misterius itu.
Dari mulai memasuki pintu gerbang aku mencium bau yang aneh, yaitu mulai bau amis darah, nanah dan daging yang terpanggang.
Aku merasa melewati jembatan berbatu diikuti samping kanan kirinya adalah jurang.
Jurang terjal berangin api yang muncul dari setiap celahnya batuan dan tanah dibawah, jelas angin panas itu mengucurkan keringat sehingga keringat ini mengalir dengan sendirinya.
Sampai ditengah perjalanan kami, aku dihentikan oleh pemandangan yang mengerikan. Aku masih dipegang oleh kedua pria tersebut dan langkahku dihentikan, mereka seketika sudah ada ditempat itu.
“Lihatlah wahai manusia” Kata pria disampingku.

“Inilah hasil dari yang kalian perbuat didunia” Katanya lagi.

Saat kepalaku menoleh kekanan, aku melihat manusia yang alat kelaminnya dipotong dengan tangannya sendiri bagi kaum prianya.
Sedangkan kedua kakinya terikat rantai hitam nan panas,terlihat asap-asap putih dari rantai besi itu. Spontan pria itu menjerit kesakitan dengan lengkingan yang keras!
Tapi setelah terpotong, alat kelamin itu kembali lagi seperti semula dan pria itu mengulanginya lagi …dan lagi seakan kegiatan itu menjadi rutinitas abadinya.

Sedang yang wanita ditusuk dengan besi panjang meruncing dan panas dari tempat kewanitaannya tembus sampai kemulutnya,
kejadian ini sama terus berulang seperti kaum pria tadi. Jika terlihat manusia-manusia ini sudah terlihat mati, mereka akan hidup kembali secara tiba-tiba seakan baru lahir kembali.
Jeritan kesakitan mereka dan ketakutan mereka ditempat yang luas itu tidak ada yang menghiraukan sama sekali atau kasian kepada mereka.
Ya aku sendiri tak tahu apa nama tempat itu karena mereka berdua yang disampingku ini hanya meperlihatkan saja kepadaku tanpa memberitahuku tempat apa gerangan ini.
Kulihat dan kudengar juga dibelakang mereka banyak manusia yang berteriak meronta ronta untuk meminta ampun kepada sang pencipta. Disini jelas dari awal aku sendiri sangat takut kalau dimasukkan jadi bagian dari mereka,
aku gemetar dan membayangkan betapa hebatnya rasa sakit itu yang tak pernah kubayangkan selama hidup didunia. Aku hanya diam dan takut, semakin lama memandangi pemandangan yang mengerikan ini.
Setelah itu aku diajak berjalan lagi sampai ketempat berikutnya, disini sama halnya dengan tempat yang kutemui. Sama – sama tempat yang mengerikan. Tempat para manusia yang dirantai tangan dan kakinya, manusia yang dipotong tangannya dan lidahnya!
Untuk tubuhnya ditimbun plat besi seukuran badannya dengan plat besi kemerahan yang sangat panas. Mereka yang tempak kelelahan dan lapar terlihat minum cairan kuning yang tak lain adalah nanah, karena dari tempatku berdiri tercium bau amis dan arus.
Sedang makanan mereka kulihat adalah buah berduri dari pohon yang tumbuh disamping mereka. Tempat yang mengerikan, yang tak pernah kujumpai saat didunia. Tempat itu juga sangat panas meski dijalan yang kami lewati.
Jalan berbatu yang membentang lurus dan ada beberapa yang berkelok dihadapanku, aku tatap jalan ini tiada ujungnya.
Disini mereka berteriak tiap hari meminta ampun dan meminta pertolongan pada keluarga dan kerabat, tapi itu semua tidak ada jawaban.
Mereka juga berteriak – teriak meminta ampunan dan pertolongan sang pencipta, tapi terlihat tidak ada perubahan pada diri mereka.

“Ini adalah muara dari semua kehidupan, muara dari berbagai zaman kalian” Wahai manusia kata pria disamping kiriku.
Dalam hati aku hanya ingin pergi dan lari dengan cepat saja saat mereka berucap seperti itu, jelas aku tak akan kuat dengan siksaan yang mengerikan itu. Saat itu air mataku mulai menetes sedih dan ketakutan sejadi-jadinya.

“Mari kita ketempat lain.“ Kata pria disamping kananku.
Akupun diajak pergi berjalan lagi, jalan yang terlihat sangat jauh tadi tak terasa hanya sekejap berganti dengan suasana yang berbeda.
Aku menemui sebuah gerbang lagi, dari luar gerbang aroma wewangin tercium kuat. Perlahan kami memacu langkah kaki kami, tibalah kami disebuah tempat yang indah dan sangat luas.
Tempat yang tak pernah kujumpai saat aku masih tinggal dibumi, mungkin karena aku orang desa atau kampungan sehingga melihat pemandangan itu sampai terheran-heran. Sampai kami berhenti disuatu tempat, seperti pasar.
Tapi tidak ada jual beli disana hanya manusia-manusia yang berpakaian indah bertampang rupawan dan menawan. Mereka terlihat muda semua disini, tidak ada yang tua satupun.
Wajah-wajah mereka dipenuhi cahaya, tatapan mata mereka sangat menyejukkan dihiasi senyum lembut penduduk disini. Aku sendiri sangat merasa nyaman dan betah tinggal disini, karena kulihat semua penduduk disini hanya bahagia dan suka cita.
Tidak ada kesedihan dan penyiksaan seperti ditempat pertama yang kujumpai. Aku dan kedua pria tadi melanjutkan perjalanan yang indah, di jalan yang putih bersih seakan melewati awan yang padat berisi. Sampai akhirnya langkah kami dihentikan oleh beberapa orang didepan kami.
Disitu ada empat orang, satu orang yang pernah kukenal, satu lagi orang yang sangat istimewa dalam hidup dan keyakinanku. Untuk orang ketiga dan keempat aku tidak mengenal mereka. Ya guruku yang pernah mengajari banyak ilmu aku waktu didunia.
“Hai umatku berhentilah sejenak, kemarilah.” Katanya.

Aku bertiga mendekat dan menyalami mereka satu persatu, diiringi senyum keempat orang tadi bercampur perasaan bahagiaku yang tak bisa dilukiskan kata – kata lagi.
“Nak kamu sudah sejauh ini.“ Kata guruku sambil memandang kearahku.

“Iya guru, saya juga tidak tahu kalau sudah seperti ini.” Jawabku.

“Nak belum waktunya kamu kesini, memang itu adalah tempatmu suatu saat nanti.” Kata guruku yang mulai mendekat kepadaku .
“Wahai umatku kembalilah, Memang benar apa yang diucapkan gurumu ini. Semoga kelak engkau bisa berkumpul dengan kami.” Kata pria rupawan dan bercahaya, yang memimpin keempat orang tadi.
“Jalanilah sisa hidupmu dengan imanmu, sesuai yang diajarkan oleh agamamu dan nabimu.” Kata pemimpin rombongan tersebut.

“Hai para penjaga antarkan kembali si Fulan ini!!!” Perintah pemimpin itu.
HCU (High care unit)!!!

Suasana tenang dihiasi dinginnya udara diruangan kala itu. Pertama kudengar suara tangisan lirih istriku di dadaku. Air mata yang membasahi baju khas pasien, baju yang sedang kupakai.
Kuingat karena terakhir aku kalah dalam pertempuran aku banyak megeluarkan darah, kemungkinan merekalah yang sudah mengganti bajuku.
Pagi itu aku terbangun karena suara tangis lirih sang istri, istri yang setia sudah berada bersamaku dirumah sakit. Aku membuka pelan mata ini, pertama cahaya lampu mulai munusuk kornea mata yang lama terpejam ini.
Ternyata benar aku sudah berada di salah satu ruangan dirumah sakit. Pertama kulihat tubuhku sudah bersih dan berpakaian ala pasien yang sedang koma, dan memandangi wajah istriku yang sembab penuh dengan air matanya.
Tapi aku merasa didalam tubuh ini masih panas sekali, seakan tangan dan kuku leak malam itu masih menancap dalam tubuh ini.

“Mas….mas…..mas…huhuhuhuhu….” Tangis pelan dan panggil istriku.

“Iya buk…” Jawabku sambil membuka mataku pelan dan sangat berat.
“Ada apa ini buk, kok aku ada disini?” Tanyaku.

“Panjang ceritanya pak.” Sahut istriku.

“Syukurlah pak, bapak sudah sadar” Kata istriku.

“Bapak sudah tidak sadar tiga hari disini pak” Jelas istriku
Aku yang masih bingung dan mencoba mengingat saat kejadian terakhir aku bertempur melawan leak yang bersemayam di tubuh Anne.
Dalam diamku pikiranku sesaat mencoba mengingat kejadian terakhir dan apa yang terjadi terhadapku.
“Sudahlah pak akhiri saja, membatu bule itu. Kalau ujung-ujungnya nyawa bapak yang akan jadi taruhannya.” Kata istriku.
“Jangan buk, Kasian Anne sudah menderita selama ini. Seumpama bapak mundur buk, mereka juga akan bingung! Mau mencari kemana lagi, sedangkan Anne sendiri sudah yatim piatu buk.” Jelasku.
“Ibuk tau kan anak yatim piatu adalah anak penghulu umat ini??? Anak baginda kita buk! Disini aku tak memandang kepercayaan, asal, ras, kaya atau miskinnya Anne. Aku akan tetap membantu Anne sepenuh hati buk!” Jelasku lagi .
“Sudahlah pak, kita masih punya anak kecil. Ibuk gak mau bapak tinggal! Apalagi bapak sudah dibuat kayak gini sama Leak mbak Anne.” Keras kepala istriku.

“Buk, bapak janji akan coba sekali lagi, jika gagal. Bapak akan mundur!” Jawabku.
“Berilah bapak kesempatan terakhir untuk membantu mbak Anne, kasian mbak Anne buk!” Jelasku.

Istriku hanya diam diiringi wajah cemberut dan jengkel sangat kepadaku. Karena aku sudah tidak bisa diingatkan lagi.

“Ya sudah, janji satu kali ini saja ya pak!” Pinta istriku.
Istriku memainkan tangannya dengan mengelus - elus dahiku, disertai siraman air mata yang menetes di pipinya. Suasana kami berdua di ruang HCU, karena ruangan ini hanya diperbolehkan satu orang dari keluarga untuk menjaga.
Waktu itu aku merasa badanku masih terasa panas terbakar, aku segera minta air putih kepada istriku. Aku minta air yang di beri beberapa buah dan daun untuk proses penyembuhan, hal yang tak masuk akal dalam dunia medis.
Beberapa saat istriku datang membawa air putih itu yang diisi beberapa daun dan buah seperti yang kuinginkan. Sesaat aku bacakan doa sendiri dan membasuhkannya ke sekujur tubuhku di bantu istriku, saat itu badanku kurasa masih sangat panas.
“Pak! Ibu tinggal pulang sebentar ya, disini juga ada Joko tuh juga jagain mertuanya. Kalau ada apa-apa bisa minta tolong ke Joko atau susternya pak.” Terang istriku.

“Oh ya gak papa buk.” Jawabku.
Setelah itu istriku meninggalkan aku sendiri di HCU, dan melihat beberapa pasien semuanya hanya ada satu orang disampingnya karena diruang ini hanya diperbolehkan satu orang yang jaga dari keluarga masing - masing.
Aku berfikir ini kan serangan ghaib ngapain juga aku dibawa kemari. Toh nanti juga akan cepet sembuh kalau dikasih ramuan dan do’a-do’a.
Mungkin kepanikan dan ketidak tahuan orang saat itu sehingga aku dibawa kerumah sakit ini. Tiba – tiba ada seorang berbaju perawat mendekat kearahku.
“Pak sebentar lagi bapak akan dipindah keruangan rawat inap melati ya pak! Karena bapak sudah sadar dan membaik” Kata suster yang menghancurkan lamunanku dikamar HCU sendirian.

“Iya sus.” Jawab singkatku.
“Maaf pak, keluarga bapak kemana ya? Kok saya panggil tidak ada yang datang?” Tanyanya lagi.

“Istri saya barusan pulang sus” Jawab singkatku.
“Oh ya sudah nanti sambil nunggu istri bapak datang dulu ya sebelum pindah, sekalian mengurus administrasinya” Jelas suster cantik dengan berpakaian khas putih-putih.
Setelah suster itu pergi, aku yang sendiri bengong dan melamun lagi yang tak jelas. Masih memikirkan atas tindakan bodohku yaitu nekat lawan leak anne yang super duper itu, dan masih mengingat-ingat akan teka-teki dari mbah Salman.
Waktu masih diruang HCU aku merasakan tubuhku yang habis kubasuh dengan air tadi sudah mulai membaik, dan rasa panas dari dalam tubuhku juga mulai menurun.
Setelah suster itu pergi, aku yang sendiri bengong dan melamun lagi yang tak jelas. Masih memikirkan atas tindakan bodohku yaitu nekat lawan leak Anne yang super duper itu, dan masih mengingat-ingat akan teka-teki dari mbah Salman.
Waktu masih diruang HCU aku merasakan tubuhku yang habis kubasuh dengan air tadi sudah mulai membaik, dan rasa panas dari dalam tubuhku juga mulai menurun.
“Mas Umar !!!” Sapa Joko pelan yang sudah berdiri disampingku.

“Ohhh kamu Jok, lagi ngapain lu disini?” Tanyaku pelan dengan memandangi wajah kawan lama ini.
14. Bound Soul

“Itu mas, nungguin mertua sedang sakit.” Jelasnya Joko.

“Sakit apaan?” Tanyaku lagi.

“Biasa mas sakit tua, udah jadi rutinitas keluar masuk rumah sakit.” Jawabnya dengan senyum tipis.

“Mas sakit apa kok bisa nyampe sini?” Tanyanya heran.
“Ah biasa Jok sakit perut!” Jawabku sambil bercanda menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.

“Ah bisa saja mas umar ini, sakit perut kok masuk HCU.” Kata Joko penasaran.
Waktu Joko disamping ranjang pasienku tidak terlalu kepo akan sakitku, padahal berbagai peralatan elektronik digital dan manual masih banyak menempel pada tubuhku ini. Karena Joko sendiri sudah banyak pikiran dan beban atas sakit yang diderita oleh ibu mertuanya.
“Sudah lama mas gak ketemu! Eh ketemu malah disini.” Terang Joko.

“Hehehehe jodoh emang gak akan kemana Jok!” Terangku.
Aku dan Joko berteman sudah cukup lama. Joko adalah pengepul dan penjual ikan dipasar yang biasa ambil ikan dariku atau istriku. Dia adalah orang kaya didaerah selatan kota ini, di daerah industri. Kekayaannya dari bidang tanah dan sawah didaerah industri tersebut.
Kadang mereka juga lupa dimana letak sawah-sawah itu dan perkebunannya.Yang tahu dia hanya sertipikat tanah di tumpukan almarinya. Kegiatannya dulu yang aku tahu hanya bersenang-senang bersama keluarga kecilnya.
“Sudah lama mertua lu disini Jok?” Tanyaku

“Lumayan mas, sekitar dua bulan.!!!” Jawabnya santai.

“Gila diruang HCU sudah dua bulan.” Jawabku yang kaget.
Jika dipikir dengan akal sehat rata-rata jika orang masuk HCU biasanya hanya satu sampai dua minggu. Kalau nggak mati, ya pindah kamar untuk proses penyembuhan berikutnya. Satu bulan pasien diruang ini saja jarang – jarang ada, ini malah dua bulan!
Ini ada orang sampai kerasan di HCU sampai dua bulan.

“Rekor baru di ruang HCU”!!!

“Memang sakit apaan jok kok sampai segitunya?” Tanyaku lagi penasaran.
“Gini mas, saya kasih tau. Tapi jangan bilang-bilang keorang – orang mas khususnya orang-orang dipasar mas, saya malu mas! Nanti saya dikira kayak saya jadi anak gak berbakti” Pinta Joko.
“Ok Jok, lu kira aku siapa? aku gak akan ember kok!” Kataku.

“Jadi awalnya begini mas, mas kan tau kami dari keluarga banyak tanah dan kebun. Kejadian ini bearawal 10 tahun yang lalu mas.
Sepuluh tahun yang lalu mertuaku mempunyai satu bidang tanah seluas 30 hektar mau dibeli seseorang. Rencananya tanah itu akan dipakai untuk pabrik baru, katanya sih untuk pengembangan pabrik.
Akan tetapi rencana orang tersebut berbeda dengan kemauan mertuaku khususnya ibuk. Ibuk mertuaku sangat menentang keras saat tanahnya yang mau dibangun Yayasan sosial.
Karena memiliki sebuah yayasan sosial itu adalah mimpi dari ibu sejak kecil! Mas Umar sendiri kan juga tahu gimana mertuaku?
Mertuaku kan orang yang sangat taat beragama dan sangat berjiwa sosial tinggi dilingkungan sekitar, ibu mertua juga sangat baik kepada masyarakat sekitar.
Sejak kejadian penawaran tanah yang tidak disetujui oleh ibuk mertuaku, ibuk mulai jatuh sakit mas. Saat kami memeriksakannya ke rumah sakit waktu itu, ibuk mertuaku di diagnosis banyak penyakit.
Aku sendiri heran mas, padahal selama ini ibuk tidak memiliki riwayat sakit apapun! tapi tiba-tiba dokter memvonis penyakitnya banyak intinya ibuk komplikasi.
Tak puas dengan jawaban dokter tadi mas, aku dan istri mencoba memeriksakan dikota besar mas, yang peralatannya lebih bagus dan modern. Kan janggal mas, masak tiba-tiba didiagnosis penyakitnya komplikasi.
Tapi apa boleh buat mas, saat kami ketahui dari rumah sakit yang besar itu hasilnya sama. Aku juga berfikir sudah final diagnosa para dokter ini. Akhirnya aku dan istri pasrah akan hal yang menimpa keluarga kami.
Sejak kami dari rumah sakit yang dikota besar itu, ibuk mertuaku hanya bisa berbaring ditempat tidur. Aku dan istriku serta saudaraku yang satunya bergantian merawat beliau, intinya dua orang anak ibuk yang bergantian menjaga dan merawatnya.
Siang malam kami merawat, tak kenal lelah mencari berbagai pengobatan medis ataupun non medis mas. Tapi semua itu jawabannya sama terkena penyakit banyak, akhirnya divonis komplikasi.
Mirisnya lagi Keseharian ibuk mertuaku beliau mulai dari makan minum, mandi dan buang air dan sebagainya kami yang menangani. Seperti merawat bayi mas, sampai suatu saat aku sebagai menantu merasa jenuh dan bosan juga mas.
Tapi aku sebagai anak menantu akhirnya sadar dan kembali ikut merawat ibuk mertua sepenuh hati.” Penjelasan Joko.
“Bapak ….!!!! Huhuhuhu….” Tangis seorang wanita muda disampingku.

Teriakan dan tangisan yang mengagetkan kami! Sementara penjelasan Joko berhenti seketika,
kami berdua melihat kearah samping kananku.
Dengan sigap para perawat diruang ini berjalan cepat memeriksa pasien pria yang berumur 60 an.
Para penghuni ruangan semua dibuat kaget, dan para keluarga penjaga pasien yang siaga disamping keluarga masing – masing menoleh kearah suara teriakan histeris tadi.
Mata para penjaga yang tertuju pada teriakan histeris tadi itu diikuti dengan rasa takut pada mereka. Ketakutan apabila keluarga yang mereka jaga ikut meninggal!!! Suasana semua pasien dan yang jaga diruangan HCU ini hanya hening mereka seolah tak mau mengucapkan sesuatu apapun.
Dan tak ada toleransi ucapan belasungkawa dari sesama penghuni ruangan ini, yang ada hanya tatapan dingin dan kebisuan dimulut mereka.’
Prok …prokk…prokkk !!!! [suara sepatu pantofel hitam suster yang mulai meramaikan ruangan HCU]

Kulihat Para perawat membawa alat pemacu jantung dan mencoba mengaktifkannya di dada pria tersebut.
Berulang kali dicoba, lagi dan lagi. Mencoba menyetel ukuran tegangannya yang masih manual, naik turun dengan wajah panik.
Selang beberapa menit dokter jaga ruangan itu datang dan memeriksa hembusan nafas dari hidunganya, dan denyut nadi di tangan kanannya.
Dokter jaga itu hanya memberi isyarat menggelengkan kepalanya yang pelan kepada para perawat di ruang HCU.
Dengan gelengan kepala dokter jaga menandakan bahwa pria tua itu sudah tiada.
Sambut tangis anaknya semakin mengeras, dan kulihat airmatanya yang tak terbendung mengucur deras. Wanita muda itu langsung didekap salah perawat untuk menenangkananya.
“Di ikhlaskan saja mbak.“ Kata perawat itu untuk menengakan anak dari almarhum.

Perawat itu membatu membereskan perlengkapan pribadi wanita muda itu dan almarhum, tentunya masih diiringi tangis lirih tersedu, mata yang memerah mewarnai mata wanita muda itu.
Dan teman-teman perawat yang lain menutup dengan kain untuk jasad almarhum itu. Mereka segera membawa jasad almarhum keruang jenazah untuk segera di disucikan sebelum dikubur.
“Krekkk…krekkkk…krekkk ,,,,,,”

'suara ranjang pasien almarhum dibawa keluar ruangan HCU yang didorong dua perawat, diikuti wanita muda yang menangis tadi dibelakangnya.'
Saat itu kulihat Pria tua yang dibawa keluar dari ruang,
tiba-tiba muncul pria yang sama dengan telah meninggal itu ditempat terakhir ia dirawat.
Dia mencoba berkomunikasi dengan wanita yang mengantar jenazah, tapi wanita muda ini tetap berjalan sambil menangis.
Dibelakangnya wanita muda ini, ia hanya berteriak hiteris memanggil-manggil anak gadisnya.
“Nak jangan tingalkan bapak…huuuu…huuuu…huuuu” Teriak pria berwajah pucat yang sudah memakai baju putih panjang.

Tiba-tiba disamping kanan kiri pria itu muncul sosok orang yang betubuh tinggi dan kekar, berbalut pakaian kain berwaran hitam.
Kedua sosok itu langsung menggandeng pria tua itu dan mengajak berjalan keluar entah kemana.
Saat kejadian ini semua penduduk diruangan HCU hanya diam, dan seakan tidak tahu akan adanya ketiga mahluk yang tiba-tiba datang dan pergi.
Aku sendiri sampai memalingkan wajahku kearah berlawanan dari pria tua yang dibawa pergi oleh mahluk tak kukenal itu.
“Aduh Jok lama-lama kalau gini aku jadi takut juga!” Jelasku ke Joko.

Dengan mengembalikan palingan mukaku kearah Joko. Disaat itu juga aku mengingat kejadian waktu sukmaku ditarik keluar dua orang pria yang tak kukenal.
Membayangkan malaikat maut yang selalu siaga ditempat ini dengan membawa tombak scream [tombak bergagang besi, Panjang 2 meteran, diujungnya terdapat besi memanjang lancip seperti potongan bulan sabit] yang mengkilap dan tajam di tangannya.
Untuk kejadian ketiga orang yang datang dan menghilang itu tidak kuceritakan ke Joko, toh dia juga tidak melihat dari pada membuatnya takut.
“Coba tenang dulu mas, memang disini setiap hari pasti ada orang meninggal.
Biasanya rata – rata dalam sehari empat sampai lima orang meninggal!!!” Jelasnya Joko yang tenang.

“Haduhhh kayak ruang pembantaian Jok kalau disini!” Spontan jawabku kaget.
“Ya namanya HCU mas lebih urgent daripada UGD atau ICU.” Jelas Joko datar.

“Terus cerita tentang mertua lu tadi gimana jok?” Tanyaku lagi.
“Jadi begini mas. Dua bulan lalu mas, kondisi ibuk dirumah semakin menurun padahal biasanya bisa bicara dan matanya terbuka. Saat itu kami semua panik dan akhirnya kami membawa ibuk mertuaku ke rumah sakit ini mas.
Sekarang ya mas bisa lihat sendiri mas, matanya sudah sering terpejam. Bicara pun kepada aku dan istri sangat jarang sekali. Apalagi kemarin waktu anak-anak melihat dari luar ruang ini ibuk seakan tak mau menghiraukannya, sehingga cucu-cucunya ikut sedih dan menangis.
Padahal anak-anak dulu masih bisa bermain dan bercanda dengan neneknya, kemarin dengan harapan itu anak-anak ingin melihat senyum dan neneknya bicara sudah pupus mas.
Ibuk mertuaku yang lama tidur disini aku semakin nggak tega mas!
[mata Joko mulai berkaca-kaca dan suaranya menjadi parau] kulit dipunggungnya ibuk mertuaku kebawah banyak yang mengelupas dan lecet. Mungkin karena kesehariannya hanya terbaring saja dengan waktu lama.
Tiap hari aku memberi obat kulit itu,
dan lukanya seakan tak mau pergi dari tubuh ibukku. Luka itu semakin hari semakin parah mas, semakin banyak kulit ibuk yang terkelupas” jelas Joko.
“Lohhh…..lohhh…..lohhhh, kok sampai segitunya Jok?” Jawabku yang heran.
“Lu kan dah kenal aku udah lama Jok! Mungkin aku bisa bantu gitu?” Kataku meyakinkan Joko.

“Ya gimana lagi mas, aku maunya sama keluarga ngerahasiain masalah ini dari kawan–kawan mas, malu mas! “Jelasnya.
“Sekarang aku disini sudah pasrah mas, kalau diambil sang pencipta secepetnya silahkan diambil. Kalau dikasih sembuh ya biar cepet sembuh! tapi kemungkinan sembuh juga kecil keliatannya mas!
Semakin hari aku semakin tak tega melihat penderitaan ibuk mertua mas, aku sendiri gak bisa bayangkan sakitnya ibuk sampai saat ini.” Jelasnya dengan pasrah.
“Udahlah Jok sabar, coba liat mana ibuk mertuamu sekarang?” Tanyaku sambil mencoba menggeser ke atas sedikit untuk duduk bersandar pada bantal yang ada.
“Itu mas, yang dipojokan.” Kata Joko sambil menunjuk dengan jari telunjuknya memberi tahu ke arah wanita tua yang tidur sendirian.

Mungkin karena lamanya diruang HCU ibu mertua Joko, sampai beliau ditempatkan di pojok ruangan ini sendirian pikirrku waktu itu.
Disebabkan juga kondisi ruangan HCU ini banyak pasien yang keluar masuk pasien setiap harinya.

“Sabar Jok. Moga-moga doamu cepet terkabul, dan semoga bisa sembuh.” Kataku sedikit memberi semangat kepada kawan lamaku ini.
“Amin mas, saya juga berharap penderitaan keluarga kami 10 tahun ini cepet berakhir.” Jelasnya pasrah.

“Mas Aku mohon maaf tak tinggal dulu mas yak ke tempat ibuk, mau ngolesin obat kepunggungnya.” Kata Joko dengan meninggalkanku sendirian.
Saat aku melihat dengan seksama ibuk mertua joko, tidak ada yang aneh dengan kondisinya. Mertua Joko juga sepertinya sama dengan pasien lain diruangan ini yaitu sakit parah dan kritis.
Disaat itu juga langsung memutuskan untuk kembali tidur saja, sambil menunggu istriku.
"AAAAAAKKKKKHHHHHHH"
[suara jeritan keras dari arah mertua Joko]

Aku terbangun mendengar jeritan keras seorang perempuan tua dari ujung pojok ruangan ini. Aku sangat kaget waktu itu, aku langsung melihat kearah suara itu tepat kearah ibu mertua Joko.
Tapi saat aku melihat ke arah ibu mertua Joko dengan mata telanjang ibunya Joko masih tetap pada posisinya, hanya mulutnya saja yang terbuka sedikit yang terlihat diwajah ibu tua ini.
Terbukanya mulut ibu tua itu seakan mewakili teriakan dari sukmanya yang hilang. Diranjang pasien itu, Ibu mertua Joko masih tetap berbaring berhiaskan cairan dan alat pengukur detak jantung dikanan kirinya. Kulihat, Joko menungguinya dengan sabar disamping mertuanya.
Kurasakan tenagaku yang waktu itu sudah sedikit membaik dari bekas luka ghaib, namun lukaku yang kuobati belum 100 % pulihnya. Aku merasa penasaran, aku mencoba tiduran lagi dengan memejamkan mata dan berkonstentrasi.
Tubuh ringanku masih bisa keluar dari cangkangnya perlahan meski masih sangat sakit, dan akupun ingin melihat apa sebenarnya yang terjadi.
"PUSSSHHHHHH"

Emmmm pantesan ibunya Joko jadi kembang bayang [sakitnya seperti orang lumpuh total peribahasanya hidup segan mati tak mau] puluhan tahun kayak gini. Aku melihat sukmanya sudah tidak ada ditempat ibunya Joko lagi.
Aku berdo’a sebentar dengan tubuh halusku memohon petunjuk kepada sang illahi, dan tubuh ringanku tidak bisa ketempat sukma ibu metuanya Joko berada.
Aku berpikir tenagaku belum pulih jadi tidak bisa melacaknya.
Aku masih ingat waktu belajar kepada guruku dulu, kata guruku sukma yang terikat lebih dari tujuh bulan tak akan bisa kembali, karena pasti akan lupa asal dan jalan kembali kejasad aslinya.
Pertama sukma yang dibawa oleh iblis suruhan manusia itu akan mengikat dengan rantai hitam yang kuat dan menyembunyikannya kesuatu tempat. Sekian lama terikat sukma itu akan dibingungkan oleh mantra iblis itu sehingga tak bisa kembali.
Karena kondisi fisikku belum 100% akhirnya aku putuskan kembali, berat rasanya penderitaan Joko dan keluarganya. Dicoba sebegitunya, aku sendiri belum tentu kuat untuk cobaan sebegitu beratnya.
Disini aku belum berani memberitahukan apa yang sebernarnya yang terjadi kepada Joko dan kelurganya. Takut mereka yang tidak percaya akan hal ini, dan aku takut nanti dibilang aliran sesat. Serba salah juga, posisiku saat itu.
Mau membantu baik – baik takut fitnah, tidak membantu juga takut dosa.

“Pak mohon maaf, saya mau melepaskan alat dan mengganti cairan.” Suara suster yang membangunkanku dari lamunan kesendiriannku.
Aku mengamati dan diam saat dua orang perawat mulai melepas berbagai alat yang menempel didada dan bagian tubuhku yang lain. Mereka sangat berhati – hati dan pelan saat melepasnya, sepertinya takut kalau aku kesakitan saat alat ini dilepas dari tubuhku.
“Baik pak, sudah selesai. Silahkan istirahat kembali.” Perintah perawat itu.

Disini aku yang masih polos dan kampungan karena pertama kali masuk ruangan beginian, rasa penasaranku akan pernyataan Joko tadi timbul.
“Mbak …mbak…! Apa benar tiap hari diruang ini ada yang meninggal?” Tanyaku polos

“Iya pak, memangnya kenapa pak?” Tanya balik suster perempuan itu.

“Tidak mbak cuma ingin tahu saja.” Jawabku.
“Oooh iya, dari tadi malam sampai sekarang sudah lima orang yang meninggal pak, kemarin saja ada Sembilan orang yang meninggal.” Jelas perawat diruang HCU.

“Ooohhh iya sus terima kasih.” Jawabku.

“Sama -sama pak.” Jawabnya yang ramah.
Suster tadi kembali berjalan keruang jaga yang berada disamping ruang ini, ruang jaga itu hanya dibatasi kaca bening dengan ruang ini.
Karena fungsi ruang jaga untuk mengawasi para pasien yang dalam keadaan kritis.
Saat aku masih berbaring diranjang pasien dan mau memejamkan mata.

"PYAAARRRR....!!!!!!!!!"

[suara gelas kaca jatuh dari meja kecil disamping ranjang mertua Joko]
“Astagfirullah” jawab spontan Joko yang terdengar dari tempat ranjangku
Lagi – lagi aku dikagetkan kejadian yang menegangkan dan mengagetkan. Joko berjingkat kaget melihat tiba-tiba gelas jatuh dari mejanya.
Disini Joko malah pergi berjalan cepat ke ruang jaga, dan tidak membereskan pecahan gelasnya.Dia malah kembali dengan petugas rumah sakit ini, ia berjalan dibelakang petugas ini dengan menutup matanya sedikit dengan jari tangan kanannya.
Wajah joko yang terlihat takut, tapi berusaha memberanikan diri kala itu.

“Pak maaf, gelasnya pecah sendiri. Tolong bapak beresin, karena aku lihat tadi ada orang berbulu hitam samping ranjang mertuaku pak.” Kata Joko dengan rasa takutnya
“Oh iya pak” Jawab petugas jaga laki – laki yang berseragam putih putih itu.

Setelah itu petugas ini, terlihat dari arahku membersihkan pecahan gelas kaca dan membawanya keluar untuk dibuang. Tapi Joko terus mengikuti petugas ini berjalan dibelakangnya karena masih takut.
Sampai Petugas ini pun kembali ke tempat ibu mertuanya dirawat.

“Pak saya boleh bawa teman untuk jaga disini?” Pinta Joko.

“Gak boleh pak, ruangan ini tetap hanya satu orang yang boleh menungguinya.” Jelas petugas itu.
“Kalau begitu saya nunggunya agak jauh, ditempat bapak jaga boleh?” Pinta Joko.

“Gak papa pak silahkan.” Jawab petugas rumah sakit.
Lama – lama mengamati dan merasakan kondisi ruangan ini aku bisa gila sendiri rasanya. Dalam kesendirianku aku berpikir jelek sama Anne dan kawan – kawanku, masak aku sakit tidak ada yang menjenguk.
Tapi setelah lama lama aku pikir seumpama mereka menjengukpun kemarin-kemarin aku juga masih pingsan, dan tak tau juga kalau mereka menjengukku.ah biarin saja yang penting sekarang aku sudah agak baikan.
Saat itu juga aku berharap bisa secepatnya pindah dari ruangan kematian ini dan semoga istriku cepat datang. Aku masih takut diruangan itu, takut kalau dihampiri para petugas pencabut nyawa.
Saat diruangan itu sendirian aku berdoa agar cepet istriku datang untuk menghilangkan kesepianku dan ketakutanku akan ruangan kematian ini.
15. VVIP

Akhirnya aku tertidur lagi, diranjang pasien. Karena lama menunggu istri tercinta.

Krekkk…kreekkk…ibukkkk….

[Huhuhuhhuuh suara tangis lelaki setengah baya.] Suara tangis lelaki yang membangunkanku dari tidur singkat ini.
Saat kulihat pria ini sudah mengikuti satu orang suster yang mendorong ranjang pasien ibunya. Padahal sebelumnya pasien ini ada disebelah kanan ranjangku.
Sekarang ibu tua itu sudah menjadi mayat, inilah ruangan kematian yang selalu kubenci dan tak kuinginkan.
Benar kata Joko dan perawat tadi, belum sehari sudah 2 orang yang mati yang aku tahu.
“Plek …” Tiba – tiba telapak tangan halus yang hangat menempel dikeningku.

“Pak, sudah dingin kepala bapak!” Kata istriku
Aku langsung menoleh ke samping melihat istriku yang berkerudung putih dengan wajah oval yang tak bermake up kala itu.
“Iya buk, tadi dicari perawat mau pindah kamar tapi nunggu ibuk datang” Jelasku.

“Oh ya sudah kalau gitu pak, kalo gitu ibuk ke bagian administrasi dulu ya” Jawab istriku.
Setelah itu istriku pergi keruang administrasi untuk mengurusi kepindahanku ke ruang pemulihan. Istriku memindahkan aku keruang kelas rakyat yaitu kelas tiga.
Ternyata ruang ini sudah banyak dihuni pasien lain.
Dan pasien yang tak tertampung tinggal dalam lorong ruang yang panjang dan berjejer manusia yang sakit, mungkin kala itu banyak pasien sehingga semua ruangan penuh.
Waktu itu aku kebagian dilorong, ranjang pasien yang behimpitan disebelah kanan dan kiri hanya menyisakan jalan yang cukup dilalui seorang saja. Sedang istriku menungguiku duduk sendiri diujung ranjang dan mendesak kakiku.
Aku hanya bisa menikmati keadaan ini karena aku sendiri dari golongan yang teramat sederhana, sudah dapat tempat pun masih untung meski dilorong.

Diruang ini agak bebas, karena keluarga pasien yang bisa menunggu bisa lebih banyak dari pada diruang HCU.
Otomatis suasana ruangan agak ramai, dan kurang diperhatikan saat itu.
Waktu itu sudah beranjak malam, sekitar jam delapan. Hanya aku dan istriku berdua diranjang pasien sedang duduk, aku bercerita semuanya selama aku meninggalkan mereka dirumah mertua.
"Bruggghhhh…."
[seseorang laki – laki menabarakku dari belakang]

“Maaf pak … maaf.” Kata pria itu yang masih berdiri ketakutan.

‘Padahal disini waktu itu masih banyak orang, tapi wajah orang ini seperti ketakutan.’
“Tenang dulu ada apa pak?” Tanyaku lirih yang masih duduk di ranjang pasien.

“Ada setan diranjang pasien dimana istri saya dirawat!” Jawabnya yang masih ketakutan.

“Maksudnya gimana pak?” Tanyaku lagi.
“Waktu saya barusan datang kekamar depan ini, saya langsung menuju ranjang pasien istri saya. Tadi saat sampai langsung saya buka selimut yang menetupi wajahnya ternyata adanya sosok wanita yang kepalanya pecah penuh darah, dia hanya tersenyum waktu saya buka selimut itu pak.
Spontan saya kaget dan lari karena itu bukan istri saya pak.” Terang pria ini yang mau berlari keluar.

“Loh pak ngapain disini?” Tanya wanita yang berjalan keluar dari kamar mandi sebelah kananku.
“Loh buk, ibuk dari mana? terus yang didalam siapa?” Tanya pria itu bingung dan ketakutannya bertambah.

“Ditempat tidurku kan kosong pak, lha ibuk kekamar mandi soalnya!!!” Jelas istrinya.
“Aku takut bukkkk….aku tungguin diluar saja!!!!” Jawab pria itu yang masih tak percaya akan kejadian yang baru saja ia temui.

“Ya pak gak papa, besok pagi juga sudah pulang.” Jawab ketus istrinya seolah tak mau perduli akan yang terjadi .
Pria ini langsung berjalan cepat keluar dari lorong tempat aku dirawat, dia terlihat ketakutan dan trauma malam itu. Istriku juga mulai takut saat itu, karena ruangan yang diceritaka oleh pria itu persis didepan kami.
“Pak aku takut!!!” Kata istriku .

“Gapapa buk, ada bapak disini” Jawabku.

Aku berusaha menenangkannya dengan memeluk istriku yang berada disampingku. Aku beri motivasi sedikit agar dia tegar dan kuat dengan imannya.
“Mas umar !!!” Teriak lirih suara Tono dari ujung lorong dan bejalan cepat memimpin rombongan tamuku menyibak ranjang pasien yang padat.

Rombongan ini terdiri Andi, Tono, Imron dan Anne terlihat dari jauh datang berjalan menjengukku keruang kelas tiga.
Terlihat dari raut wajah Andi dan Anne yang tak terima melihat aku dirawat diruang dengan banyak orang berjejal.

“Mas gimana kondisinya sekarang?” Tanya Andi.

“Alhamdulilah mas, sudah baikan kok?” Jawabku.
Saat itu rombongan Anne yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian dilorong rumah sakit, karena ada bule kesasar. Gerak gerik mereka sendiri juga tidak nyaman dengan kondisi mereka sendiri saat jadi pusat perhatian.
Semua pengunjung dan sebagian pasien melihat rombongan kami dengan pandangan sinis. Bisik-bisik mereka akan kehadiran rombongan Anne sedikit terdengar oleh kami.
Bahkan para perawat dan dokter jaga iku memandangi mereka, karena ruangan ini terbuka dan langsung bisa terlihat ke post dokter jaga. Tatapan mereka seakan ada hal baru ditempat kerja mereka.
“Mas pindah ruangan saja yuk?” Pinta Andi yang mulai risih dengan keadaan sekarang ini.

“Pindah kemana mas?” Tanyaku polos.

“Ya pindah keruangan tersendiri mas, biar mas Umar nyaman kami juga nyaman kalau jenguk mas Umar.” Pinta Andi yang sudah mulai tak nyaman disampingku.
“Gak usah mas, disini saja. Toh Cuma beberapa hari saja, habis itu aku pulang!” Jelasku

“Ya bukan begitu pak Umar, kasian istri pak umar juga kalo nungguin disini” Sahut Anne. Istriku menoleh kearah Anne hanya melempar senyumnya.
“Sudahlah mas, ini demi kami juga. Kami ingin mas Umar cepet sembuh” Paksa Andi.

“Gak papa mas, disini juga nanti sembuh kok. Bentar lagi juga pulang” Keras kepalaku.

Langkah tak terduga dari mereka!!!

“Ayo Ndi” kata Anne.
Anne langsung berjalan menggandeng tangan Andi, dibawa keruangan depan untuk memindahkan aku dengan paksa ke ruang VVIP tanpa persetujuanku dan tanpa kompromi dengan keluargaku.
Akhirnya mereka berhasil memindahkan aku keruang yang lebih baik. Yaitu ruang VVIP, dengan maksud aku bisa mendapatkan pelayanan lebih baik dan bisa segera pulih. Karena keinginan keras mereka untuk membereskan membatai leak sialan itu dan pengikutnya.
Kurasa mereka ikut tanggung jawab akan apa yang kualami selama membantu Anne. Dengan sikap Andi dan Anne kepadaku saat itu aku sedikit merasa tak enak, karena inilah resiko dalam membantu tanpa mengharap lebih sebenarnya.
Setelah sampai diruang VVIP itu, mereka semua duduk berjajar diampingku karena kursi diruang tersedia lima, mereka duduk berkumpul termasuk si Anne yang berada disamping kepalaku.
Tadinya istriku dari kemarin yang pertama kulihat sedih dan cemberut sedikit terhibur karena bebannya diringankan sama kawan-kawan.
Pertama Imron membuka pembicaraan diruangan VVIP.
Imron mencoba menjelaskan kejadiaan setelah kami semua pingsan dan aku yang ikut pingsan serta bersimbah darah.

“Kenapa mas Umar kok bisa ikut pingsan saat menjelang subuh itu mas ? berdarah – darah pula?” Tanyanya Imron membuka pembicaraan.
“Gini Pron, saat itu aku kalah sama Leak itu. Karena kondisi badanku yang kurang fit dan persiapannya juga belum matang Pron” Jelasku.

“Oooohhh lain kali jangan gitu mas, kami kuatir dan takut semua waktu itu” Kata Imron.

“Iya Pron maap ya! Buat lo kuatir.” Jawabku.
“Iya mas.” Jawab singkat Imron.

“Emang waktu itu kok bisa lo yang nolongin gua sama rombongan Tono?” Tanyaku penasaran.

“Jadi gini mas, waktu kawan-kawan pemuja ilahi dan aku mau menjalankan shalat malam dimushola depan rumah mas Umar.
Kami melihat kendaraan mas Andi masih tetap didepan rumah mas Umar, sampai menjelang subuh tetap berada didepan rumah mas umar! Saat itu aku dan kawan-kawan pemuja ilahi curiga. Aku sendiri akhirnya memberanikan diri mencoba mengintip kerumah mas Umar diikuti kawan-kawan.
Waktu itu ruang tamu gelap, tapi aku lihat semua pada tidur semua. Tapi yang membuat aku penasaran mas, aku melihat sedikit ada darah dilantai yang terlihat dari sorot lampu neon teras mas umar.
Akhirnya aku memberanikan diri masuk, saat itu ruang tamu mas Umar sepi dan minim penerangan. Waktu mulai kunyalakan lampu diruang tamu mas Umar, pemandangan yang sangat miris yang pertama kulihat.
Aku lihat mas Umar bersimbah darah disekujur tubuh dan disekitar lantai tubuh mas Umar yang pingsan, sedangkan yang lain terlihat tertidur olehku. Setelah kuamati baik -baik kearah Tono dulu serta kupastikan dengan memanggil manggil.
Kupastikan agak lama dan ternyata Tono pingsan! Akhirnya aku lari memanggil kawan-kawan pemuja ilahi, karena aku sendiri takut akan kondisi diruang tamu mas Umar. Setelah itu kawan–kawan pemuja ilahi pada datang dan membantuku untuk memastikan keadaan semuanya dirumah mas Umar.
Kami pertama mencoba membangunkan Tono dulu mas dengan minyak kayu putih dan wewangian yang kami bawa. setelah itu bergilir sampai bodyguard mbak Anne. Alhamdulilah semuanya hanya pingsan mas,
kecuali mas Umar!
Mas umar saat itu kondisinya terlihat sangat kritis dengan darah yang masih mengalir dari hidung mas Umar.

Aku dan kawan – kawan pemuja ilahi secepatnya melarikan mas Umar kerumah sakit terdekat.
Untuk mas Andi, Tono, mbak Anne serta bodyguardnya diantar kawan – kawan pemuja ilahi kerumah mereka masing – masing.
Setelah aku selesai mengantar mas Umar kerumah sakit, Aku baru kerumah mertua mas Umar dan memberitahu istri mas!
Setelah itu aku dan istri mas Umar membawanya menuju rumah sakit ini ditempat mas Umar dirawat” Jelas Imron.
“Ya pak, waktu itu aku kaget pagi-pagi sudah ada Imron dirumah abah” Sahut istriku dengan muka agak kesel. Hanya mata Anne yang menoleh tanda respon kepada istriku.
Waktu Imron bercerita, aku sendiri berpikir dalam hati ingin kembali kedunia asalku dan keseharianku yang menyenangkan dan tenang! Tanpa ada pergulatan lagi dengan dunia lain. kangen juga rasanya mencari ikan di sungai dengan Imron ini.
Bertani dengan para tetangga yang kocak dan jenaka. Rasa mulai jenuh datang juga mencari teka teki dari mbah Salman, dan ingin hidup normal lagi. Tapi apa daya keadaan yang membuat jadi seperti ini, bagai bidak yang dimainkan oleh tuannya.
Berjalan mengalir dengan keadaan yang tak kuinginkan.
Suasana kala itu diruangan VVIP hening saat mendengarkan penjelasan Imron, semua mata tertuju pada Imron untuk fokus kepenjelasnnya.
Disaat yang sama semua merasa iba kepada keluargaku karena saat Imron bercerita semua padangan sering memandangi kondisi fisik kami yang teramat sederhana ini.
“Tokk..tokkk..tokkk”

“Salamu’alaikum…” Salam Joko yang membuyarkan penjelasan Imron.

“Walaikum salam” Jawabku dan pengunjung ruang VVIP ini.

“Eh mas Joko, mari sini mas!” Pinta istriku.
“Iya mbak” Jawabnya.

“Duduk sini mas Joko!” Pinta istriku.

“Iya mbak santai saja” Jawab Joko.
Istriku segera mengambil kursi yang berada disampingnya yang masih kosong, dan memberikan tempat duduk itu ke Joko. Tapi Joko menjabat tangan dulu kepada semua tamu yang ada di ruangan.
Tak lupa Joko sedikit melempar senyum tipisnya kemereka.
Joko akhirnya duduk bersebelahan dengan istriku dan mulai ikut mendengarkan pembicaraan kami.
“Ya itu mas! akhirnya aku mengantar, istri mas Umar langsung ke UGD, untuk penanganan pertama” Jelas Imron menyambungkan penjelasannya tadi.
“Istri mas Umar waktu itu hanya nangis mas melihat kondisi mas Umar di UGD yang sudah tidak sadar. Aku juga gak tega mas saat itu, aku hanya bisa menenangkan istri mas Umar sebisa mungkin! Akhirnya mas Umar langsung Masuk HCU di pagi itu.
Selama tiga hari pula kami bolak balik kesini melihat perkembangan mas!
Sampai kemarin aku mendengar kabar dari istri mas Umar, mas Umar sudah sadar. Setelah mendengar kabar itu aku langsung menghubungi Tono mas!
Sebenarnya tadi pagi aku ingin kesini tapi Tono ingin barengan, ya sambil nunggu mereka akhirnya datang agak malaman mas.” Lanjut Imron.
“Gak papa Pron, santai saja. Terima kasih atas semuanya Pron” Kataku pelan dan terharu sehabis mendengar penjelasan Imron.

Setelah itu rombongan Tono, Andi, Imron dan Anne mengajukan untuk pamit pulang.
Mereka berencana besok sore akan datang lagi, karena waktu itu malam sudah mulai larut. Dan tak lupa aku berpesan kepada Tono dan Andi jika Anne kambuh parah dirumah, kusuruh mereka untuk membaca beberapa mantra untuk sementara menenangkan monster ciptaan calonarang itu.
Setelah mereka pergi tinggal kami bertiga dengan Joko diruangan VVIP.

“Mertua mas Joko masih di HCU ?” Tanya istriku menghentikan penjelasan Imron.

“Masih mbak” Jawab singkatnya.

“Siapa yang jaga sekarang mertua mas Joko?” Tanya istriku lagi.
“Kakak ipar mbak kalau malam begini! gantian mbak karena aku yang shift pagi” Jelas Joko
“Istri mas dimana kok sendirian jaganya dari kemarin – kemarin.” Tanya istriku.

“Lagi kerja mbak.” Jawab Joko.

“Gimana mas Umar sudah baikan ?” Tanya Joko ke aku.

“Sudah mas!” Jawabku.
“Mungkin tiga hari lagi aku akan pulang kok!” Terangku.

“Kok cepet mas?” Tanyanya heran.
“Iya ya lah mas, lha sudah baikan ngapain juga lama-lama disini. Enakan dirumah!” Kataku.

“Ohhh….iya bener juga mas” Jawabnya Joko.
“Mas kok ada bule sampai kesasar kesini? Itu apanya mas umar?” Tanya Joko lagi penasaran.
“Ooohhh itu, Anne mas Namanya dari eropa.” Jawabku pelan.

“Ada urusan apa mas dia kok sampai kenal mas Umar!” Tanyanya penasaran.
Diruang VVIP yang tinggal kami bertiga, aku jelaskan sedikit kepada Joko tentang masalah Anne yang sedang dia hadapi.
Joko hanya dengan tatapan penasaran yang terlihat dari sorot matanya, dan diam saat mendengar ceritaku tentang keaadaan Anne.
“Ooohhh jadi begitu mas!!! Pantesan jauh jauh datang kemari!” Terang Joko.

“Gimana keadaan mertua kamu Jok sekarang?” Tanyaku untuk mengalihkan topik pembicaraan kami.

“Ya begitulah mas, barusan habis dari pak Kiai juga cari alternatif” Terangnya.

“Bagus itu Jok” Kataku.
“Tapi ini sudah kesekian ratus kali mas gak ada perubahan juga” Kata Joko yang mulai putus asa.

“Hah…maksudnya gimana Jok?” Tanyaku.

“Aku dan istri udah putus asa sebenarnya mas, cari pengobatan untuk ibu mertua.
Istriku berencana mau cari dukun hitam!!! Waktu terakhir tadi sama istriku karena sudah istriku merasa sudah tak ada pilihan lain” Ucap Joko.
Aku disini kaget dengan penyataan Joko, karena dia dan keluarganya adalah orang taat beragama!!!
dan saat itu mau minta pertolongan kepada selain tuhannya yang esa. Disini lagi-lagi jiwa kemanusiaanku terpanggil dalam keadaan terpaksa, untuk menyelamatkan iman kawanku ini.
Aku mengingat – ingat waktu masih diberguru dengan Tono dulu, saat pembahasan bab itu malam 10 terakhir saat bulan Ramadhan. Sang guru saat membahas tentang sakit. Sakit kelumpuhan terutama, kami disuruh untuk membaca salah satu surat di Juz 13.
Pembacaan surat itu ada beberapa ketentuan yaitu harus anak ahli waris sendiri yang membacanya. Pembacaan itu juga harus didepan orang yang sakit, dibaca pelan tapi jelas.
Mas Joko, coba buka kitab suci Al Qur’an dan baca surah di Juz 13 disamping ibuk mertua mas Joko selama tiga hari kedepan! Itu ada di juz 13 mas, Tapi yang baca harus anak kandung ibu mertua mas Joko, seperti istri dan kakak ipar mas Joko.
Jika sampai dihari ketiga mertua mas Joko belum ada perubahan, ayok kita mencari solusinya bersama dan tetap menjaga iman kita. Ya mudah-mudahan ini ada hasil mas! Kataku sambil berusaha untuk menyelamatkan imannya.
“Ya mas cara itu belum kucoba” Kata Joko.

“Udah mas cepet bacakan biar ada perubahan” Kataku.

“Iya mas, akan kusampaikan ke kakak iparku. Semoga kakak iparku tidak ngantuk malam ini mas.” Katanya dengan mengakhiri pembicaraan kami diruang VVIP.
Setelah itu Joko pun pergi keruang ibu mertuanya yang sedang dijaga kakak iparnya, dan kakak iparnya yang mulai membacakan sendirian dididepan ranjang ibunya.
Waktu itu kondisi mertua Joko masih sadar tapi matanya tertutup terus tanpa mau mencoba membuka sama sekali, hanya suara lirih dan tak jelas yang keluar dari bibirnya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with 𝓫𝓪𝔂𝓾𝓾𝓾𝓫𝓲𝓻𝓾𝓾𝓾 ⏳🛌🥱😴😴😴

𝓫𝓪𝔂𝓾𝓾𝓾𝓫𝓲𝓻𝓾𝓾𝓾 ⏳🛌🥱😴😴😴 Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @bayuuubiruuu

Jan 28, 2021
Dia yang pernah berjanji menungguku, tapi hanya kenangan yang kuingat dan kudapat, hingga saat ini "Aisyah".

@bacahorror #bacahorror Image
Lama tidak up, mohon maaf karena saya banyak kesibukan di RL. Sebagai awal pembuka thread ditahun ini, saya akan ceritakan salah satu pengalaman om saya. Kebetulan kapan hari beliau berkunjung kerumah dan beliau menceritakan salah satu kisahnya yang sampai kini ia kenang.
Diakhir tahun era 90 an, Indra (nama omnya saya samarkan) masih mengenyam pendidikan di salah satu PTN, dimalang Jawa timur. disemester tujuh, Indra sedang sibuk-sibuknya bergelut dengan matkul skripsi, demi menyusun sebuah skripsi ia rela pontang panting kesana kemari,
Read 62 tweets
Sep 19, 2020
Peglman sholat isya' jamaah berdua dimushola buyut sma kakak sepupu, mushola msh bangunan panggung n sangat tua bangunannya. wktu rakaat kedua, hbs bacaan alfatihah w jawab aminnya lirih. Tapi anehnya sebelah kanan kiri w tiba2 ada suara bapak "AMIN" spontan w tengok kanan kiri,
gak ada org, w yg msh kelas 3 SD lngsung lari n pulang kerumah. kakak sepupu ini msh asyik lnjutin sholatnya smpe selesai. hbs itu dia nyari w krumah, jelaslah w dimarahi sholat belum selesai udh kabur. selesai dia luapin emosinya w cerita kejadian yg w alami.
Sejak malam itu, w sama kakak g berani kemushola buyut lagi sampe smp. n kejadian seperti itu sering dialami oleh bapak n keluarga yg lain, meski siang hari jg pernah ada suara rpi gk ada orgnya. sukanya ngeselin ditempat ibadah mereka, pengennya w sma sdra2 sih-
Read 4 tweets
Aug 19, 2020
Malam 1 suro ya sekarang? emm ada sedikit cerita nih. ceritanya nggak serem kok,

-Sort thread-

Kisah ini adalah pengalaman salah satu sahabat karib saya. Sampai saat ini dia masih hidup dan sering berkomunikasi, ketemu dgn saya.

Roy, pemuda pemilik bengkel mobil di Jatim.
Pagi hari seperti biasa, di jam 07.00 bengkel tua yg ia kelola sudah dibuka. Roy membuka bengkel dibantu kakak dan satu org pegawai.

Pagi itu tdk seperti biasanya, karena sdh ada dua mobil pick up yg menunggu bengkelnya buka. Lama menunggu dua org tsbt, dgn cpt menghampiri Roy
"Mas ganti oli, dua mobil ini?"pinta sopir yg biasa dipanggil mas ndol

"Ya mas" jawab Roy

"Emang mau kemana mas, pagi2 kok sudah siap2 pergi jauh"

"He...he..biasa mas dapet job dari mbah Parjo"

"Memang Job apaan mas?"

"Biasa, nganter kiriman keselatan"
Read 23 tweets
Aug 6, 2020
"Melahirkan Di RSUD Lama Mojoketo"

-Horor Thread-

@bacahorror #bacahorror
Ini cerita lama ya, yang kapan hari ditahun 2013 ramai diperbincangkan. Saya hanya menuliskan ulang berdasarkan beberapa kesaksian teman, saudara dan pemberitaan dimedia.
Mojokerto, 2013

Buah hati sebagai tujuan utama dalam berumah tangga, demikian juga yang dialami pasutri Suroso dan Padmi dari Dusun Suru Kidul, Desa Suru Kecamatan Dawar Blandong Kab. Mojokerto.

Ditahun 2013 Padmi tengah hamil,
Read 53 tweets
Jul 1, 2020
Demi apapun! Jangan pernah membicarakan mereka. Jika darah berbalut kelopak bunga sudah tumpah dilembah, aku tak tahu apa yg akan terjadi ? Hanya tradisi mereka yg menjawab "MATI".

"KKN DI LEMBAH MATAHARI"

@bacahorror #bacahorror
Yogyakarta, Juli 2017

Dua orang mahasiswa dari salah satu perguran tinggi terkemuka di Yogyakarta, Ayub dan Bahdim sedari tadi bersantai kini beranjak dari tempat duduknya dan mulai melangkah menuju kerumunan.
Keduanya menapaki jalan beraspal, tidak begitu lebar tapi sedikit bergelembung saat mendekati belokan. Canda dan senyuman seakan melakat dalam setiap derap langkahnya, menambah semangat pagi menjemput harapan.
Read 821 tweets
May 21, 2020
Malam yang pekat berselimut hawa dingin pegunungan, jalan berkelok curam menyimpan sedikit kenangan. "Coban Kethak"

-Short Thread- [based on true story]

@bacahorror #bacahorror
Silahkan RT, Pollow & Like dulu. Kita mulai nanti malam,...
Malang, tahun 2010

Siska ialah salah satu mahasiswi perguruan tinggi swasta yg terkemuka di Malang, dia sendiri saat itu tercatat sebagai mahasiswi semester tingkat akhir. Jadi perihal untuk pulang pergi ke rumah semakin sering.
Read 170 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(