Sore menjelang magrib tiba-tiba ibuku merasakan sakit perut yg teramat sangat.
Sungguh sakit perut yg tak seperti biasanya. Padahal dari siang ibu masih sehat tidak merasakan gejala apapun.
Bapak berusaha membantu mengompres perut ibu dengan air hangat supaya rasa sakitnya berkurang.
Kakak2ku membantu memijat kaki dan tangan ibu agar segera sembuh. Aku baru bisa duduk disamping ibu dan sesekali mengusap keringat dingin yg ada dikeningnya.
Yah saat itu aku masih sangat kecil, kata ibu aku belum bersekolah berumur sekitar 5 tahunan. Jadi aku belum bisa membantu banyak.
Sampai malam hari ibu masih kesakitan dan semakin lemas. Hingga akhirnya ibu tertidur, sesekali terbangun saat tengah malam dan dini hari.
Pagi hari, ibu merasa agak baikan dan sedikit beraktifitas kembali.
Tapi saat sore hari menjelang magrib, ibu kembali merasakan sakit perut yg sangat hebat.
Karena kondisi ibu yg semakin lemah. Bapak mengajak ibu ke Rumah Sakit agar dapat penanganan yg lebih baik dan tepat.
Ibu bersama bapak menuju Salah satu Rumah Sakit di kota Semarang.
Sampai Rumah Sakit ibu dianjurkan untuk rawat inap.
Otomatis aku yg masih kecil dan belum punya adik waktu itu maunya sm ibu.
Aku menyusul ke Rumah Sakit bersama Mbah Kung dan Mbah Uti.
Beberapa hari aku ikut menunggu ibu di Rumah Sakit bersama Mbah Kung, Mbah Uti dan bergantian bersama Bapak setelah pulang kerja.
Sudah beberapa hari di Rumah Sakit tapi ibu belum membaik. Perut ibu masih sakit terutama menjelang magrib.
Akhirnya Mbah Uti menyarankan untuk minta air doa (air ruqyah) dari ustadz di desanya Mbah.
Bapak segera pergi ke rumah Ustadz yg masih saudara jauh dari ibu. (keponakan ibu)
Ustadz yg sama yg selalu memberi air ruqyah pada ku saat aku kesambet waktu kecil. 😁
Setelah mendapat air doa, bapak kembali ke Rumah Sakit.
Air segera diminumkan Ibu dan di usapkan seperti berwudhu, sesuai anjuran Ustadz.
Sesaat ibu merasakan sakit di perutnya mulai mereda.
Namun menjelang magrib, perut ibu kembali sakit yg tak tertahankan. Ibu kembali meminum air ruqyah yg diberikan Ustadz. Dan tak lama tertidur.
Sekitar jam 9 malam seorang suster terlihat masuk ke ruang rawat inap ibu. Seingat ibu perempuan yg masuk ke ruangan ibu itu sperti berpakaian dokter tapi bertopi suster. Anehnya suster ini duduk di kursi roda, kakinya nampak tak bergerak (lumpuh). Rambutnya dibiarkan tergurai
kedepan menutup sebagian wajahnya yg sangat pucat.
Tangannya sangat dingin saat menyentuh ibu.
Waktu itu Mbah Kung yg berada di selasar Rumah Sakit,langsung menyusul masuk ruang rawat inap.
Mbah Kung membantu ibu memberitahukan kondisi ibu saat itu. Tapi suster itu hanya diam
Ibu juga sedikit berkomunikasi .
Ibu :"Sus, lha ibu e niku mboten disuntik sekalian?"
(Sus, Ibu itu tidak disuntik sekalian?)(sambil menunjuk ibu yg ada di ranjang samping)
Suster :"Wes menengo wae!"
(Sudah diamlah saja!)
Mendengar itu ibu hnya diam.
Suster itu menyuntikan cairan seperti obat. Tangannya sangat dingin saat mnyentuh ibu.
Setelah memberikan suntikan. Suster itu kembali keluar dengan memutar kursi rodanya sendiri.
Keesokan harinya kondisi ibu membaik. Tak merasakan sakit perut lagi ketika menjelang magrib. Ibu pun diijinkan pulang ke rumah.
Saat pulang ibu menanyakan pada para suster dan bagian administrasi tentang suster yg berkursi roda.
Ibu memberitahukan pada para suster ciri2 suster
yg menemui dan menyuntik ibu kemarin malam.
Namun para suster dan karyawan administrasi nampak terkejut dan bingung.
Mereka mengatakan tidak ada suster yg berkursi roda di Rumah Sakit itu.
Kalaupun ada suster yg sakit pasti diberikan cuti. Tudak diijinkan bertugas apalagi
memakai kursi roda seperti itu. Serta di Rumah Sakit itu semua suster yg berambut panjang diwajibkan mengikat kan menyanggul rambutnya dg rapi.
Mbah Kung yg juga melihat suster berkursi roda itupun ikut meyakinkan suster lain.
Namun mereka tetap dg jawaban yg sama.
Tidak ada suster di Rumah Sakit itu yg nemakai kursi roda.
Desas desus dari karyawan RS, banyak yg mengatakan mungkin suster itu adalah salah satu suster yg dlu pernah bekerja di Rumah Sakit itu dan meninggal karena kecelakaan didepan RS saat akan pulang kerja.
Kedua kaki suster itu patah.
Memang beberapa kali pasien mengatakan didatangi suster yg sama ketika mereka di rawat inap di RS tersebut.
Hari itu ibu pulang dg rasa penasaran. Siapa suster itu? kenapa dia membantu?
Sepulangnya dari Rumah Sakit. Ibu memanggil tukang pijat untuk mengurangi rasa pegal ibu akibat berbaring do ranjang Rumah Sakit. Ternyata tukang pijat ini dapat melihat sesuatu yg tak kasat mata.
Dia mengatakan bahwa ibu sakit perut karena pukulan keras dari satu mahluk besar yg bersarang disebuah pohon besar dekat pekuburan cina yg dekat dr rumah.
Memang siang hari sebelum ibu sakit perut. Ibu sempat membersihkan lahan dekat pekuburan cina. Saat Dzhuhur ibu belum jg selesai. Ibu merapikan beberapa ranting pohon yg berserakan dibawah pohon besar samping pekuburan cina dan membawa kayunya pulang untuk kayu bakar.
Kata Tukang Pijat itu, mahluk itu tidak suka sama ibu yg tidak berhenti bekerja saat Adzan Dzhuhur sdh berkumandang. Ditambah lagi ibu tidak permisi saat akan mengambil beberapa ranting dari pohon tempat mahluk itu tinggal.
Karena penuturan itu, ibu akhirnya tidak lagi membersihkan lahan dekat pekuburan cina itu apalagi yg dekat pohon besar.
Oh iya.ibu juga cerita.
Waktu aku ikut menunggu ibu rawat inap di Rumah Sakit. Aku beberapa kali rewel dan menangis keras sambil menunjuk satu pohon beringin besar yg berada dipelataran Rumah Sakit. Pohon itu memang nampak jelas terlihat dari balkon lantai dua tempat ibu dirawat.
Entah kenapa...
Beberapa keluarga penunggu pasien mengatakan aku melihat dan ditakuti satu mahluk wanita yg ada di pohon beringin itu (Kunti).
Mahluk itu seperti melambaikan tangannya memanggil inTan kecil.
Mungkin saat aku kecil itu sudah menandakan gejala2 indihome yg tidak tersadari oleh orangtuaku maupun aku sendiri. Apalagi aku sering kesambet, padahal kakak2ku maupun adiku gak ad riwayat kesambet dmnapun itu.
Cuman main samping rumah aja aku jadi kesambet. 😂
Aku akhiri ceritanya ya...😊
*Ingat berdoalah sebelum memulai aktifitas apapun.
*Jangan percaya pada mahluk halus yg menyerupai apapun itu. Baik rupa maupun ucapannya.
*Selalu jaga kesehatan ya !
Terimakasih yg RT dan like.. 😊
sudah ya ..sudah ad yg memperhatikan dikegelapan
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ojo lali uluk salam lek e mlebu omah le ! . Omah kui orak mung dwe sing manggon. Mesti ono bongso liane.
(Jangan lupa salam kalau masuk rumah, nak!. Rumah itu tidak hanya kita yg tinggal. Pasti ada mahluk lain) : pesan alm.Bapak #bacahorror@bacahorror #ceritaht
Bismillah
Hallo semua,
Sdh cukup lama mau cerita ini, tapi agak mager. Jadi pelan-pelan ya, sambil menikmati magernya.
Akhir-akhir ini jadi kepikiran pesan alm. Bapak, jangan lupa mengucapkan salam saat masuk rumah !
Sebut saja aku. Keterpaksaan ku harus pindah2 rumah karena tuntutan keadaan. Maklum aku adalah kontraktor alias tukang kontrak rumah. (Jangan diketawain) 🤭
Satu cerita dari teman terdekatku yang ayahnya sudah seperti ayahku, yang ibunya sudah jadi ibuku, yang neneknya juga kuanggap seperti neneku sendiri.
Kami lahir dihari, tanggal dan tahun yg sama hanya saja berbeda ibu.
Mungkin ini yg membuat aku lebih peka trhadap pribadinya.
Cerita dari salah satu teman di penghujung tahun 2019 kemarin. Sebelum Jabodetabek banjir hebat diawal tahun 2020 ini.
Dan sebelum negara api menyerang. 😆 (maksudnya sebelum virus corona mewabah di indonesia)
"Ah, gimana ini hari raya tetap kerja. Padahal sudah janji dengan keluarga" benakku.
Tetap saja terpaksa harus ku jalani. Padahal aku sudah janji pada keluarga kecilku dapat pulang ke kampung halaman.
Hari ini hari Minggu. Aku sudah bangun pagi dan bersiap siap pergi bersama kakak sepupuku. Kami dari beberapa hari yg lalu sudah merencanakan kegiatan ini.
Kegiatan yg sudah lama aku ingin lakukan. Ditambah kakak sepupu ku yg ikut bersemangat karena masih berhubungan dengan jurusan kuliah yg dia ambil. Juga masih berhubungan dengan ibunya.
Warisan. Bagi sebagian orang mendapat warisan adalah sesuatu yg menyenangkan. Warisan yg bisa manfaat baik untuk beberapa orang.
Ya jika warisan itu dpt memberi mu rasa yg membahagiakan.
Tapi tidak untukku, aku tidak mengharap, tdk meminta tetapi diwarisi. Warisan turun temurun.
"Jin" itulah nama warisan yang kudapatkan. Aku tidak tahu apa itu. Aku tidak tahu darimana itu. Aku tidak tahu nama dari lelembut itu. Aku juga tidak tahu apa guna warisan itu.
Inilah cerita ku. Cerita tak bergambar yang penuh sendu.
Bukan bermaksud apa2, hanya ingin menceritakan apa yg kulihat. Mohon ambil hikmah dan pesan ceritanya saja.
Ini ceritaku tentang seorang temanku yg meninggal dalam kecelakaan tragis. Seorang teman yg sudah bagaikan saudara untuk kami semua teman sekelas di masa STM.