PABRIK TAHU KELUARGA
-SEBUAH MISTERI TURUN TEMURUN-
[ Horror Story ]
@bacahorror
@ceritaht
@bagihorror
#bacahorror
#bacahoror
#ceritahoror
Anak pertama pemilik Pabrik Tahu
“bagaimana bu kabar ayah?” tanya Putra
“mulai membaik Put, kmu jadi pulang kapan? Sekalian jemput adikmu” ucap Ibu
“iyah beberapa hari kmren ibu bulak balik mengurus Tahu, walau kebanyakan mang Ujang yg mengantikan bapak semntara” ucap Ibu
“Rin ini kakak, ibu menyuruh pulang bareng gimana?” ucap Putra di tlp
“iyah Ibu juga udah mengabari aku kak, katanya ayah sudah mulai sembuh” sahut Rini
“eh kak, sepertinya kita memang harus diam dulu di rumah libur sekarang, aku ksian kata ibu, dia yng mengurus TAHU selama ayah sakit” jawab Rini
“iyah aku sudah siap, ibu juga tidak titip apapun, hanya bilang sebelum larut malam sudah sampai di rumah kak” sahut Rini
Jalanan sore di hari senin di kota ini tidak perlu ditanya lagi kenapa bisa macet seperti ini, karna terbiasa jadinya bias-bias saja menikmatinya.
“nanti saatnya juga kamu tau sendiri jawaban atas pertanyaan itu” sahut Putra dengan nada datar
Karna memang sebelumnya aku dan Rini tidak pernah membahas apapun tentang salah satu usaha keluarga yang sampai saat ini bisa memberikan apa yang aku mau.
“kakak percaya, apalgi mang Ujang tangan kanan bapak, sangat dekat dengan kakak dari kecil, kalau kamu Rin?” tanya Putra
Benar kata Rini, saking angkernya, Pabrik Tahu punya bapak suka menjadi pertanyaan padaku juga
***
Setelah Rini membeli makanan dll, aku mengabari mang Ujang bahwa aku akan berkunjung kesitu,
“neng Rini, semakin cantik, udah gede, padahal amang tau kecilnya, anak perempuan yg selalu bapak Jaya banggakan” ucap mang Ujang
Setelah mang Ujang mengambil makanan langsung saja, aku dan Rini berjalan menuju halaman Pabrik ini, memang hanya karna suasana saja yang membuat aku membenarkan Pabrik Tahu ini menyeramkan.
Aku dan Rini menyapa dan bersalaman satu persatu pekerja tetap bapak ini,
“kenapa memangnya?” tanya Putra singkat
“suasanya memang pantas orang-orang menyebutnya seram” ucap Rini dengan perlahan
“lagian amang tidak pernah menyalahkan tanggapan orang-orang pada tempat usaha ini, sejarah, masa lalu dan banyak faktor lainya
“tidak apa mamang bilang begini karna kalian juga sudah besar dan amang anggap kalian dewasa” sahut mang Ujang, mengusap matanya
“sangat Put, apalagi semenjak bapak sakit-sakitan belakangan ini” ucap mang Ujang, menatap sayu Putra dan Rini
“gpp Rin, kakak baik-baik aja” ucap Putra, berbohong
***
“heh memikirkan apa kamu Rin?” tanya Putra, menepuk pundak
“ihh kaget bgt aku kak” sahut Rini, singkat
“ya kamu melamun segala” jawab Putra
“kenapa memangnya? Kakak rasa itu hal yang wajar, soal percaya atau tidak pada mahluk gaib Rin” sahut Putra
“kenapa hal itu sih kak, apa semenyeramkan itu pabrik bapak itu?” tanya Rini, sangat penasaran sekali
“tega bgt kata Ibu tidak lama lagi den Putra sama neng Rini sampai, tapi ini udah jam 8 lebih baru sampai” ucap Bi imah mengeluh
“iyah Bibi aku kangen bgt ihh sama bibi” sahut Rini
“yaudah-yaudah, Bibi bawain dulu barang bawaan kalian, gih ibu sama bapak sudah nunggu kalian dari sore, kasian” jawab bi Imah
“gimana ini, baru jam segini kalian baru sampe?” tanya Ibu
“engga Bu, kak Putra yang mau-mau aja yaudah jdinya mampir” ucap Rini pembelaan
“bapak mana bu?” tanya Putra
“barusan sekali masuk kamar, nunggu kalian lama juga” sahut Ibu, seadanya
“gini, gini Put apalagi kamu, sebelum makan, intinya selama kamu liburan, bapak pengen kamu yg urus dulu Pabrik, gimana?” tanya ibu
Setelah hanya, mengobrol sebntr dengan Ibu aku langsung saja makan duluan, meninggalkan Rini dengan Ibu yang masih kangen2nan
“den gimana tadi abis dari Pabriknya?” tanya bi Imah, sambil menemani Putra makan
“seperti biasa bi, di temenin mang Ujang” ucap Putra
“iyah Bi ibu cerita apalagi? Oiyah bapak sakit apa sebenarnya?” tanya Putra
“begini bi, demi kebaikan semua lagian hargai aku, jgn ada yang ditutupi, kasih tau aja aku bi, lagian aku sudah cukup dewasa untuk menaggapi masalah bukan?” sahut Putra, meyakinkan bi Imah
“sudah ke kamar dia, tumben kamu makan lama, cerita apa dengan bi Imah?” tanya Ibu tumben sekali seperti menghawatirkan sesuatu.
“soal kuliah Bu, aku masuk kamar dulu” jawab Putra singkat, karna masih berputar dengan pikiranya dan banyak pertanyaan
Memang kamarku dengan ruang santai keluarga tidak terlalu jauh sekali,
“bukanya pelan-pelan kaget aku bi” sahut Putra
“iyah maaf den, cuman tumben katanya pakaian mau d bereskan bibi hehe?” tanya bi Imah heran
“bibi disini aja den” sahut bi Imah, sambil duduk di lantai
“yaudah aku juga duduk disini” ucap Putra, langsung bersila
“3 jendela bibi buka?” tanya Putra, penasaran
“iyah den suara tertawa seperti apa yang aden denger?” tanya Bi imah, sama penasaranya seperti Putra
“ada hubungannya dengan Pabrik Tahu atau apa ini bi” jawab Putra, panik
***
“Iyah-iyah mba gimana? Bantuin apa mba?” sahut Putra terbata-bata, masih kaget
Pandanganku, sebelum mengiyahkan dan membantu mengambil masih saja tidak bisa lepas dari wajah perempuan yg tidak aku kenal ini
“Ahh, sakit ini sakit, perutku sakit sekali mas” jawab perempuan, tiba-tibalangsung mendudukan badan di lantai
Aku sangat kaget, apa ini akan melahirkan atau kenapa karna benar-benar tidak tau sama sekali.
“Aku harus gimana mba?” jawab Putra gugup, dan langsung jongkok berhadapan tidak jauh dengan perempuan itu.
“mba jangan mba, salah saya kenapa mba!?” sahut Putra, menahan tangan perempuan dengan pisau di tangan kananya
“Hah... Hah... Hah… iyah bu aku bangun ini” jawab Putra, kaget
“iyah tapi harus tenang jangan pake emosi, kasian bapak belum sembuh total” jawab Ibu
Aku tau ibu tidak akan pernah mau berdebat denganku soal perasaan yang dia pendam selama ini
Selsai mandi, langsung aku menuju tempat makan.
“Iihh...Bu liat tuh, dia udah mulai genit sama cewe, udah berapa banyak cewe yang kamu gituin kak?” tanya Rini sambil ketawa
Seperti biasa itu ucap ibu, yang sangat lucu saat mendengar, seperti biasa itu sering ini makan seperti jarang sekali, berapa tahun yg lalu mungkin.
“Iyah pak, gimana? Sebelum bapak bicara, mau bagaimanapun kekesalan aku pada bapak, aku sekarang sudah dewasanya dan sedang belajar semakin dewasa
“Yasudah Ibu sama Rini mau ke pasar bi Imah ikut juga, jam berapapun hari ini kamu ke Pabrik saja, itu motor lama kamu benerin dlu ke bengkel, biar buat sehari-hari disini” sahut Ibu
“hari yang cerah, udaranya segar, tapi sayang pak.” Ucap Putra sambil duduk disebelah bapak
“sejak kapan kamu merokok? Jangan terlalu banyak tidak baik itu Put” jawab bapak singkat
“Ibu tau, Rini juga sejak aku kuliah saja, kenapa memangnya pak?” tanya Putra
Bagus ini awalan yang baik pikirku, tanpa aku yang terlebih dahulu bicara bapak sudah paham dan bertanya padaku.
“Lalu?” jawab bapak, singkat
“aku tidak tau awalnya bertanya apa, kenapa pak bapak sakit apa? Ada kaitanya dengan Pabrik Tahu? Yg sudah berpuluh tahun bapak teruskan dari kakek itu?” tanya Putra, perlahan
“Aku hanya bertanya lagian apa salahnya bapak bilang, lagian untuk kesembuhan bapak tidak ada salahnyakan? Ayolah pak anggap aku dewasa untuk mengetahui semuanya” sahut Putra
“Yasudah kalau mau bercerita jangan segala masuk kamar aku ketika aku tidak ada, mumpung aku lama di rumah bicara saja pak.” Jawab Putra, sambil meninggalkan bapak
“Kenapa pak? Ada perlu apa?” tanya Putra
Laki-laki tua yg kelihatan seperti gila itu hanya tersenyum dan melambaikan tangan ke arah lurusan kamar aku
“hallo kek saya bicara sama kakek loh” ucap Putra, semakin yakin itu orang gila
“salamualaikum…” ucap Putra
“eh den putra, pagi sekali den” sahut mang Toha
“iyah nih den, jam segini baru timbang2 kedelai gini den sbntr lagi baru dicuci dan dipasak dlu” ucap mang Deden
“jam segini biasa mang Ujang blm pulang dari rumah Hj. Roy juragan kedelai den, biasanya pengiriman subuh baru dibayar pagi, sama mang Ujang” jawab mang Toha
Segera aku berjalan melewati tungku pembakaran dan melewati tempat pencucian yang ukurnya sangat besar, ada bau yang asing, seperti Dupa.
“Put, dari kapan disisni? Amang baru saja pulang, tadi kata Toha kamu udah disni aja” tanya mang Ujang
“ada-ada ini, jadi gimana? Yang sibuk biasanya malam Put, kalau pagi yah gini-gini aja, malam kan harus ngitung jumlah yang keluar dll ngebagi dll
“oh begitu mang baik kalau gtu, mang boleh aku bertanya” tanya Putra
“oh begitu, bisa saja aku tidak berbuat apapun asal aku tau cerita semuanya seperti apa? Gimana setuju?” sahut Putra memberikan kesepakatan
“aku pikir mang ujang tidk akan sama dengan Bi Imah, Ibu dan Bapak” sahut Putra, kecewa
“Rin...” ucap Putra mengetuk Pintu kamar Rini
“Iyah kak, buka aja” jawab Rini
“Kakak baru saja pulang dari Pabrik dan lagi-lagi banyak hal aneh loh Rin” ucap Putra menjelaskan
“Terus kenapa Ibu tidak cerita pada kakak?” sahut Putra
“Lalu apa yang bisa kakak perbuat?” tanya Putra
“kenapa kamu bisa tau? Kakak kan belum cerita” jawab Putra
***
“Iyah bi makasih, aku minta maaf soal kejadian kmren malam di kamar jika bibi tersinggung dengan sikap atu omongan aku, maaf yah bi” ucap Putra
Aku ingat omongan Rini sebelum tdr siang barusan, aku harus pintar memainkan peran. Tapi, rasa bersalahku pada bi Imah tulus makanya aku sampai meminta maaf
Setelah itu bibi kembali ke dapur, sedari pagi setelah ibu berangkat ke pasar aku belum melihatnya juga, sama dengan ayah.
“ibu sama bapak den” sahut bi Imah
“Ohh...” jawab Putra
Dari mana mereka tumben sekali keluar, bukanya bapak sedang sakit dasar aneh-aneh saja, terlihat bapak keluar dari mobil dan ibu.
“Ibu dari rumah temen jenguk lagi sakit” jawab Ibu
Bapak langsung berjalan dengan muka seperti banyak pikiran sekali, berat wajahnya, langkahnya tidak biasa iyah bapak sedang tidak baik-baik.
“mau kemana kamu?” tanya bapak, ketika Putra melewati ruang tengah
“Pabrik pak” jawab Putra singkat
Tumben bapak setenang itu, jarang sekali ucapanya dengan nada tenang.
Segera aku menuju pabrik, tidak lama sampai diparkiran lebih penuh karna pekerja bapak lengkap lebih dari 20 pekerja kalau jam-jam segini, karna sedang sibuk-sibuknya.
“baru bi, baru lihat bibi padahal pas pertama pulang aku mampir kesini, tapi gak liat bibi” tanya Putra sambil salam ke bi Tarmi
“Bi sini...” ajak putra mengajak bi tarmi ke tempat biasa Putra duduk d belakang
“Tidak apa aku ingin ngobrol2 udh lama bi loh” jawab Putra
“Gimana gimana, bibi seneng bgt aden bisa disni. Pantesan dari kmren semua pegawai bapak dpt gangguan aneh, iyahlah anak laki-lakinya skrng sering kesini” ucap bi Tarmi
“dari dulu kalau ada orng baru atau pegawai jaman kakek atau jaman bapak kamu pasti suka digangguin den” ucap bi Imah
“tau kenapa awalnya bi itu bisa kaya gitu” tanya Putra
Tanpa ada angin, membuyarkan pikiranku. Segera aku berdiri mentap ke arah pohon itu, tiba-tiba bau harum bunga yang tidak tau bungga apa ini seperti melati yang kental yang aku cium
Bau melati tidak lama menjadi anyir seperti bau darah gtu aku tidak bisa menjelaskan dengan baik, aku masih menatap ke arah pohon tua itu, berdiri mematung
Aku mencoba tenang, walau bulu pundak sudah mulai terasa berdiri, aku berpikir tenang.
Membawa secangkir kopi, dengan langkah yang tidak biasa, terlihat buru-buru sekali.
“tidak apa Put, nih kopi, sambil kamu menunggu disini, amang tidak bisa menemani kmu malam ini, anak amang yang kecil sedang demam” ucap mang Ujang, menjelaskan
“iyah, amang juga sudah tlp bapk buat bilng yg sama kaya kek kamu, yaudah amang pamit dulu yah” ucap mang Ujang
Melihat Hp ternyata ada chat masuk dari Rini.
“oke Rin ntr kakak cek kesitu, gimana kondisi rumah? Hp kakak di silent jadi sorry baru balas” balasan pesan ke Rini dari Putra
“iyah den putra, biasa amang supir malam hehe, dari kemaren tumben mobil kalau sudah ke isi bawaan suka susah di hidupin, barusan sudah amang cek ini itunya normal-normal aja
“sampai lupa, bi Tarmi barusan bikin Ubi rebus, nih den buat aden enak, cocok bgt sama kopi hitam hehe” jawab mang Abi
“eh mang sebelumnya suka ada kucing hitam disini yah?” tanya Putra
“kucing hitam? Mana ada kucing disini den” jawab mang Abi, heran
“amang paham maksud aden apa? Aden juga pasti sudah meraskan gangguan yah di Pabrik ini” tanya mang Abi, perlahan
“iyah mang banyak sekali” jawab Putra singkat
“tidak pernah ada yang tau den awalnya gimana, sekalipun amang” jawab mang Abi sambil menjatuhkan badanya untuk rebahan
“ning…ning…ning…” sangat pelan
tiba-tiba sangat jelas juga, aku mendengar suara itu jelas sekali, sangat jelas “ning…ninggg…” lagi-lagi suara itu ada lagi!
“eh mang Toha, kaget aku ini!” jawab Putra
“kirain sedang apa, ini sampe jatuh dari atas yah, untung gak kena aden” sahut mang Toha sambil membenarkan kayu yang jatuh
“tidak tau den, cuman kata Bapak itu sudah di lakuin sejak jaman masih ada kakek, amang kan baru 8th den kerja disini” jawab mang Toha, dengan tenang
“amang tidak tau den, dan amang tidak berani, itu terserah aden saja” ucap mang Toha sambil jalan meniggalkan Putra
Aku lanjutkan jalan keluar dari tumpukan kayu, baru saja dibagin akhir tumpukan kayu, suara “ning...ninggg…ning” ada lagi, pelan, segera aku menengok ke belakang.
“belum pulang bi” tanya Putra
“belum den, bibi biasanya nebeng ikut ke mang Abi kalau pulang” jawab bi Tarmi singkat
“aman den, ini catatanya, biasanya bibi kasih ke bapak atau ke mang Ujang karna sekarang aden yang disini, yaudah bibi kasih ke aden aja” jawab bi Tarmi
“iyah bi makasih, bibi silahkan istirahat bi” ucap Putra
“diluar? Bibi liat aku di luar sana bukan?” jawab Putra sambil menunjuk ke arah halaman parkiran
Kejadianya sama dengan Rini awal mula datang sebelum mangrib ke pabrik ini di hari pertama kepulanganku, bahkan Rini melihat mang Ujang ada dua
“sebentar lagi mang” jawab Putra
“mang, sejak kapan amang kerja dengan bapak?” tanya Putra
“tidak apa-apa hanya saja, sampai segininya yah pabrik ini, amang nginap disni?” tanya Putra
“iyah bagian jadwal piket hari ini amang menginap” ucap mang Deden
“hhaha amang sudah biasa dengan gangguan penghuni lain disni, tapi yah gimana den andai bisa bersih disni lebih enak hehe” sahut mang Deden menjelaskan.
“put lagi d jalan yah, yaudah gpp, tar amang sebentr lagi abis subuh ke pabrik, gpp catatan titip ibu aja ntr amang juga mampir ke rumah” jawab mang Ujang
“baik mang aku lanjut ke rumah dulu” ucap Putra
“lancar bu aku menikmati peran bapak disana, walau banyak gangguan mungkin mereka penghuni disana belum kenal aku saja” jawab Putra
“iyah untung-untung yang sudah biasa, modelan aku bisa celaka karna ulah sendiri ketakutan kan bu” sahut Putra menjelaskan
“ssttt.. Rin hey sini” ucap Putra
“iyah kak gimana kakak mengikuti apa perintahku?” tanya Rini, perlahan
“iyah Rini disitu” jawab Putra
“serem bgt ih lit bulu pundaku berdiri kak, Ning… bukankah itu nama nenek yah kak Nining kan?” ucap Rini
“oiyah kan nama nenek itu yah Rin, tapi apa hubungn coba kan?” tanya Putra
“semakin jelas gimana Rin?” ucap Putra
Tapi Rini kadang selalu benar, apa semua kejadian adalah petunjuk.
“lalu Rin?” tanya Putra, penasaran
“kakak dikobakan dan pohon jati melihat apa atau ada kejadian apa?” tanya Rini
***
Menunggu beberapa detik, tidak ada jawaban sama sekali.
“Siapa, masuk saja tidak di kunci.....” ucap Putra kedua kali
Dia sedang membaca sebuah buku dengan santai.
“Banyak yg aku dengar kak obrolan bapak dengan mang Ujang” sahut Rini dengan nada pelan
Aku tidak berkata lain lagi selain menunggu Rini menceritakan hal lainya
“engga kak, sama sekali hanya aku paham, dari raut muka bapak terlihat kaget...” jawab Rini
“boleh pak lagian aku mau jalan dulu sama temen” jawab Rini sambil pergi
Aku kaget apa ini obrolan yang sengaja bapak siapkan untuk aku.
“harus dari mana aku mulai bertanya pak?” jawab Putra dengan tegang
“tidak selalu begitu.” Jawab Putra, seadanya.
aku melihat Bapak seolah antara ragu dan yakin untuk menyampaikan apapun itu padauk, tapi aku tidak bisaa lepas menatap raut muka sama-sama tidak enak antara aku dan Bapak.
“kamu bilang awal kepulangan dan bicara pada Bapak, lelaki hanya omonganya yang bisa dipegang, apa kamu bisa memegang omongan selanjutnya?” jawab Bapak
-- To be continued --
Bewarel! They can be around you when you’re reading the story!
Love you and enjoy.
@bacahorror
@ceritaht
@bagihorror
#bacahorror
#bacahoror
#ceritahorror
#ceritahoror