KENAPA?

– INDIGO –

( Based On True Story )

@bacahorror #bacahoror
Selamat malam, pada kesempatan kali ini gw akan membawakan sebuah cerita nyata, yang dialami langsung oleh pemilik cerita.
Walaupun awalnya susah menemukan bagaimana cerita ini untuk gw bawakan, setelah berdiskusi panjang dengan pemilik cerita, akhirnya ada beberapa kesepakatan gw dengan pemilik cerita.
Kesepakatannya sama dengan cerita gw sebelumnya, nama tempat, lokasi, dan latar cerita untuk dirahasiakan. Oleh karna itu, dengan sangat kepada pembaca yang mengetahuinya, untuk tetap merahasiakan.
Karna cerita kali ini sangat sensitif, menyangkut kebiasaan atau pernah beberapa orang alami. Sebelum gw mulai ceritanya, gw mohon maaf jika dalam ceritanya banyak kesalahan dan kesalahpahaman.

Mari kita mulai ceritanya!
“Bagaimana bisa orang-orang menyebutku Introvert, sementara mereka tidak tahu, aku yang sebenarnya. Dibalik aku yang suka berdiam, ada hal lain yang tidak sama sekali orang-orang itu ketahui.”
—Biru
Dua sisi tentang aku, adalah kelebihan yang aku sadari sekarang. Sebelum seperti hari ini, aku pernah berada dalam titik dimana semua berakhir dengan pertanyaan yang tidak pernah berhenti, yaitu “KENAPA?”
Aku tidak menyalahkan orang-orang yang beranggapan aneh sekalipun padaku, itu adalah hak mereka. Tapi aku juga bisa beranggapan aneh kepada mereka, karna itu adalah hak yang sama untuk aku.
Cukup adil bukan?
Ketika mereka menganggap aku aneh, karna aku selalu berdiam dimanapun aku berada. Aku bahkan lebih tau dan biasa merasakan sisi lain, yang aku sadar sebenarnya aku sedang tidak diam. Melainkan berinteraksi dengan mahkluk lain, bahkan alam lain.
Ini adalah cerita tentang aku, Biru.
Aktivitas belajar sedang berjalan sebagaimana mestinya, interaksi guru dengan murid adalah hal yang wajar, bertanya jawab atau apapun itu.
Sementara aku, merasakan kehadiran yang sepertinya ingin aku panggil atau aku tanya, sedikit pusing di bagian kepala biasanya pertanda awal kehadiran mahluk kasat mata itu.
Suara Bu Ida, masih jelas aku dengar menerangkan mata pelajaran yg sama sekali aku acuhkan. Tapi ada suara lain yang semakin mendekat, aku menyakinkan diri, dan aku panggil dalam hati.
“siapa kamu?”-ucapku dalam hati

Tidak perlu hitungan menit, hitungan detik. Deg! Salah satu teman sekelasku kerasukan dengan cepat sekali. Padahal dalam hati, aku baru bertanya sekali dan sialnya tidak dijawab oleh mahluk itu.
Suasana kelas langsung kacau seketika, teman perempuan itu menjerit sejadi-jadinya. Otomatis Ibu Ida juga panik. Aku yakin itu mahluk yang dari tadi terus berbisik-bisik padaku, aku masih diam, duduk seperti biasanya.
Orang-orang dari kelas lain seketika melihat apa yang terjadi. Beberapa guru-guru juga berkumpul. Karna teman perempuan yg sedang kerasukan (kesurupan) itu berontak sejadi-jadinya, dengan suara teriakan diluar batas normal suara manusia.
Ketika, teman-teman sibuk dan bertanya kenapa-kenapa. Aku masih saja duduk dibangku, tidak ikut-ikutan seperti mereka. Sampai Bu Ida mendekat padaku.
“Biru, ini kenapa? Ibu akan jamin kamu di sekolah ini, kalau kamu mau menceritakan semuanya dan tolong sembuhkan teman kamu itu”-ucap Ibu Ida, dengan memohon.
“Ibu tau waktu itu, ketika aku kelas X dan kejadian dibelakang sekolah aku ceritakan pada Pak Hendra, Biru malah dibilang gila kan, bahkan mengada-ngada kata Pak Hendra”-sahut Biru, dengan nada pelan.
“Iyah ibu tau Biru, ibu percaya kok tentang gedung praktik itu dan ibu juga percaya cerita dari kamu, makanya sekarang tolong ibu sembuhkan teman kamu itu Biru”-ucap Ibu Ida, memelas.

“Saya bukan Dukun bu, saya tidak tau dia itu kenapa!”-sahut Biru, dengan nada keras.
“Biru! Ibu tidak bilang gtu!”-ucap Ibu Ida, sama kerasnya dengan nada yang diucapkan Biru.

“Ibu tau, kalau aku sembuhkan teman saya itu, setelah sembuh mereka akan ada yang mengejekku dengan sebutan itu?!”-sahut Biru dengan nada pelan dan berlinang air mata.
“Ibu yang akan jamin”-sahut Ibu Ida.

Suasana kelas saat itu masih kacau, hampir 25 menit lebih teman aku itu belum sadar, sudah ada tokoh masyarakat setempat yang dianggap bisa menyembuhkan, tapi dia juga mengaku susah sekali mahluk yang merasuki teman aku itu.
Sesekali teman-teman yang lain menatap aneh ke arahku dan Bu Ida yang sedang berbicara di kursi tempat aku duduk, seperti biasanya.
Nuraniku berkata lain, ingin aku tolong, tapi realita juga berkata lain, selanjutnya mereka akan menganggap aku semakin aneh. Suara jeritan itu bukan makin berkurang, malah makin kencang.
“Yaudah Bu, kasih Biru tempat, dan jauhkan teman-teman itu, kasian yang kerasukan pasti gerah sekali”-ucap Biru

“Kamu mau membantunya?”-sahut Ibu Ida
Tidak aku jawab, aku bangun dari kursi. Disusul dengan langkah bu Ida yang menyingkirkan orang-orang yang disekitar. Aku tatap wajah teman aku itu sangat dalam, benar saja kepala ku tiba-tiba terasa aneh.
“Kamu siapa apa maksud kamu masuk ke dalam perempuan ini?”-ucapku dalam hati
Senyum manis dari teman perempuanku itu keluar seketika.
“Jika ada urusan lain denganku, jangan masuk pada tubuh teman aku ini, kasian dia tidak tau apa-apa, ikut saja denganku, keluar sekarang!”-ucapku dalam hati.
Dengan seketika teman perempuan aku itu mengangukan kepala, tiba-tiba dia sadar.

Benar saja apa yang tidak aku harapkan itu datang, bukan dari mahluk alam lain itu yang aneh, malah tatapan-tatapan dari teman-teman akulah yang aneh. Menatapku seperti ingin memakan aku hidup-hidup
Bu Ida berterimakasih padaku, guru-guru yg lain bertanya apa yang terjadi, tidak aku jawab sama sekali. Apalah arti jawaban, ketika yang bertanya tidak percaya. itu hanya akan membuang-buang waktuku saja, untuk menjelaskan dan itu sangat membosankan sekali.
Interaksi seperti itu sudah menjadi hal paling biasa aku rasakan, bahkan 2 kali sudah aku menyadarkan yang kerasukan di sekolah ini.
Tapi, itu juga karna ulahku sendiri yang mencoba memanggil bisikan-bisikan itu. Dan hal itu juga, yang sudah cukup membuat teman-temanku sebagian menganggap aku semakin aneh.
Iyah aku lupa menyampaikan, aku adalah siswa kelas XI disalah satu sekolah Farmasi di kotaku ini. Aku ngekos, tempat tinggal orang tuaku sekitar 2 jam dari kosanku saat ini.
Karna untuk memaksimal waktu, itu alasanku untuk ngekos, sebetulnya tidak begitu. Aku ingin saja sendiri dan menikmati apa yang aku rasa nyaman seperti saat ini.
Setiap kejadian yang aku rasakan, berawal ketika aku berumur 4th sekitar tahun 2004. Ketika itu, aku baru saja pindah ke pulau jawa, tepatnya Jawa Barat setelah sebelumnya aku menghabiskan masa kecilku di salah satu kota ujung Indonesia.
Di rumah orang tuaku terbilang kampung, belakang rumah masih ada kebun yang sangat luas, antara tetangga masih berjarak, sejuknya udara terbilang paling sering aku nikmati di rumah ini.
Dari sinilah aku mulai senang menyediri, tidak seperti anak-anak lain yang suka bermain bersama. Itu kata Ibuku yang bilang seperti itu
Aku mempunyai 2 orang kakak, hanya dengan kakak keduaku yang terbilang dekat karna berbeda usia sekitar 5 tahun saja. Ingatan tentang masa kecilku hanya satu kejadian dan ini adalah memori terbaiku mengingat masa kecil itu.
Waktu itu sore, aku sedang asik-asiknya duduk dibelakang rumah, kak Rian bermain dengan teman seumurannya, sementara aku hanya melihat dari kejauhan saja. Kak Rian bermain sepakbola dekat pohon awi (bambu), memang pekarangan rumah terbilang luas sekali.
“Biru sini, ayo ikut main kakak kurang satu pemain”-teriak kak Rian

“Gak mau aku gak bisa main sepakbola kak”-teriak Biru

“Gpp jadi penjaga gawang saja”-ucap kak Rian, sambil mendekat dan memaksa Biru

“Iyah-iyah tapi sebentar aja yah”-sahut Biru mengikuti langkah kak Rian
Gawang yang terbuat alakadarnya itu, kebetulan sekali dekat dengan pohon awi (bambu) itu. Selama permainan, bukan suara teman-teman kakaku yang terdengar jelas di kedua telingaku, melainkan suara lain, bisikan-bisikan yang tidak jelas.
Aku sadar suara itu berasal dari mana, bahkan aku sesekali coba cari suara bisikan itu dan melirik ke arah pohon awi (bambu) itu. Satu kali, tidak ada apa-apa, dua kali sama. Tiga kali. Aku di kagetkan dengan suara yang membuat aku sangat kaget!
“Biru woy! Kok diam saja, ambil bolanya ke sana”-ucap kak Rian, menunjukkan arah pohon awi (bambu)

“Iyah kak”-ucap Biru, masih heran

“Kamu kok diam sih tadi”-sahut Kak Rian
“Gpp kak”-ucap Biru
Karna aku juga tidak tahu harus bilang apa pada kak Rian soal diamku tadi, selepas itu aku berjalan ke arah pohon awi (bambu) perlahan, suara itu semakin mendekat, sangat dekat tapi hanya bisikan tidak jelas, sangat tidak jelas!
Aku ambil bola itu dan langsung saja kepalaku berat, rasa pusing pertama yang aku rasakan. Selsai mengambil bola, permainan terus berlanjut sampai waktu sore semakin larut.
Sinar jingganya sore, perlahan turun berganti dengan gelap. Teman-teman kak Rian sudah mulai bubar, permainan selsai. Aku mengikuti dari belakang meninggalkan tempat ini.
Baru saja beberapa langkah aku berjalan, suara langkah selain langkahku paling akhir ada lagi langkah kaki yang aku dengar lebih dari langkah manusia pada umumnya.
Deg! Seperti ada tangan dibelakang, semakin mendekat pada pundaku, dari situ sudah tidak berani aku melihat ke belakang lagi, tangan itu semakin dekat bahkan dekat sekali.
Aku melangkah, tapi sebentar, aku seperti jalan ditempat, tidak melangkah. Bahkan bisikan itu semakin dekat sekali seperti disisi telingaku.
Aku sadar, hitungan menit seperti ada yang mengangkat tumbuh ini, bahkan aku sadar bahwa aku melayang. Sayangnya, kak Rian dan teman-temanya tidak ada yang melihatku, bahkan menengok ke belakang.
Semakin sakit kepalaku, setelah aku turun dan jalan normal, langsung saja langkah seribu kaki bahkan lari dengan cepat menuju kak Rian yg sudah duluan duduk dibelakang rumah.
“Kak tadi liat Biru ada yang angkat gtu badan Biru?”-ucap Biru, masih kaget

“Angkat bagaimana?”-sahut kak Rian, bingung sekali.

“Kejadianya barusan kak, seperti ada bisikan gtu dan tiba-tiba Biru diangkat gtu”-ucap Biru
Kak Rian tetap tidak menanggapi ceritaku, karna iyah aku juga sadar itu tidak masuk akal sama sekali. Tapi dari ke tidak masuk akalan aku itu, pertanyaan pertama “Kenapa” itu hadir!
Siapa mahluk itu?
Bisikan itu apa?
Kenapa harus datang padaku?
Dan kenapa aku?
Semenjak hari itu, dibelakang rumah. Awal semuanya aku terlihat pendiam, tapi kenyataanya aku terus berinteraksi dengan makhluk-makhluk kasat mata.
Semenjak itu, keanehan bagi mereka yang melihat diriku adalah hal yang paling masuk akal untukku. Aku tumbuh dengan bagaimana normalnya orang-orang, kasih dan kisah yang orang tuaku berikan, sama halnya atau bisa dibilang sangat normal.
Tapi masalahnya, dalam pertumbuhan usiaku, keanehan yang aku rasakan, ketika aku mencoba bercerita pada ibu, waktu itu kelas 4 Sekolah Dasar (SD) aku sudah paham dan tergolong pintar sekali menguasai semua mata pelajaran. Sesekali aku bertanya sosok yang pernah aku lihat pada ibu
“Bu, Biru di sekolah liat perempuankan yang menakutkan sekali, wajahnya ruksak, seperti bekas kecelakaan gtu?”-ucap Biru, menjelaskan.

“Dimana itu nak?”-sahut Ibu
“Didepan gerbang sekolah yang dekat gapura itu Bu, kan Biru pernah cerita sebelumnya ke Ibu”-ucap Biru

“Biru, dengar Ibu yah, kamu hanya boleh bercerita apapun sama Ibu jangan sama orang lain”-sahut Ibu, penuh kecemasan
semenjak itu, ibu lebih yang sering menerima obrolanku yang tidak masuk akal ini, di sekolah semua kejadian, sudah kenyang sekali aku lihat.
Dari mulai bisikan, sosok terlihat samar, bahkan sesekali dengan iseng mereka yang tidak terlihat itu sangat ingin mengobrol denganku, tapi apa daya, aku lebih merasa risih.
Bukan karna mahluk itu, tapi dengan tanggapan teman-teman atau guruku yang mulai menilaiku aneh, dari situlah menyendiri dan tidak banyak interaksi dengan orang-orang.
Bukan karna aku ingin, tapi keadaan yang mengajaku untuk seperti ini. Percaya atau tidak pemikiran kakak Rian yang jauh usianya lebih tua 5 tahun, bahkan aku merasa hampir sama.
Tapi, semakin aku mengerti sebuah pemikiran, semakin aku tidak berani hanya sekedar ngobrol sekalipun, itulah aku, semakin hari semakin bertambah umur semakin nyaman untuk menyendiri.
Masa kecil menuju remaja, aku merasa kenapa hanya aku yang harus merasakan hal seperti ini. 2 orang kakaku sepertinya normal-normal saja atau memang aku tidak pernah mengetahui apapun.
Sampai pada waktu itu, aku ingat, aku beranjak masuk sekolah menengah pertama (SMP) ini juah dari pemikiran aku sebelumnya, aku bersekolah di tempat dulu kak Rian bersekolah juga.
Aku pikir dengan aku menutup diri adalah pilihan paling baik, ternyata itu sangat bahkan terbaik. Sekolah yang lebih banyak murid, teman-teman baru nyatanya bagiku sama.
Setiap tempat yang aku datangi, seperti ingin menyapaku dengan bisikan-bisikan yang tidak jelas! Penampakan mahluk yang sering membuat aku kaget dengan wajah-wajah atau tampilan dari mereka.
Pada usia SMP ini aku sudah bisa mengontrol apa yang aku lihat, pernah sekali pertama masuk sekolah, aku tidak kuat menahan ingin sekali buang air besar (bab) di sekolah.
Aku berjalan sendiri dengan normal tanpa ada bisikan ataupun penampakan aneh, karna ini masih pagi. Di toilet laki-laki ada 3 ruangan.
Ruangan pertama aku cek tidak ada airnya sama sekali, otomatis aku masuk ke ruangan ke 2 itu. Tidak ada yang aneh aku (bab) normal dan itu sangat lega.
Ketika pintu aku buka untuk keluar, sial! Ada sosok yang sedang bergantung diri di tembok pas berhadapn denganku, otomatis aku teriak sangat kecang karna kaget sekali!!!
Otomatis beberapa kelas yang samping toliet mendengar dan segera melihatku, sementara aku tidak bisa membohongi ketakutan aku saat itu.
Untungnya tidak ada satupun guru yang mengetahui. Tapi dari situ tatapan aneh dari mereka mulai terasa di toliet itu, bahkan aku tidak mengetahui maksudnya apa, dan kenapa harus padaku?
Keseharian belajar tidak membuat aku jenuh, aku tergolong anak SMP yang pendiam, malas belajar, tapi jika setiap ada ulangan harian atau guru bertanya padaku, tidak pernah aku tidak bisa menjawab, selalu bisa.
Pernah ketika pelajaran bahasa indonesia, kelas 2 SMP Ibu Karin masuk kelas, tapi aku melihat ada sosok anak kecil sangat cantik mengikutinya.
Percis dekat sekali dengan tangan Ibu karin. Aku melihatnya aneh. Anak itu selalu menatapku, sesekali ada sesekali tidak ada, tapi pusing dibagian kepalaku biasanya adalah awal interaksi itu. Aku pejamkan mata, tiba-tiba anak itu ada pas sekali dibagian muka aku.
“Aaaaaa......”-jeritku dalam kelas, sangat kencang dan karna kaget.

“Biru kenapa kamu?”-ucap Ibu Karin

“Tidak apa-apa bu maaf”-sahut Biru
29 orang dalam kelas itu, tidak menatap siapa-siapa lagi kecuali pada arahku, bukan lebih pada malu, tapi aku yakin setelah ini dampaknya akan panjang sekali khususnya untuku.
“Kenapa kamu teriak tiba-tiba seperti itu, di pelajaran saya!”-bentak Ibu Karin

“Iyah bu maaf saya tidak maksud apa-apa”-ucap Biru dengan gemetar, bukan karna takut oleh pertanyaan Ibu karin tapi lebih takut pada sosok itu
“Pulang sekolah ibu tunggu di ruangan guru yah”-sahut Ibu karin

Sial sekali aku, ulah pertama aku di sekolah ini, aku tidak takut dengan Ibu karin yang aku takutkan jika menjelaskan apa yang aku lihat apa dia akan percaya.
waktu itu sudah ingin sekali aku pulang dan tidak mau menemui Ibu Karin, tapi Ayah pernah berkata “lelaki harus tanggung jawab dan menghadapi masalah” aku paksakan pulang sekolah langsung menemui Ibu Karin.
Sayang sekali, teman-teman aku hanya bertanya “KENAPA” dan itu sudah membuat aku muak, bahkan aku sendiri selalu bertanya hal itu pada diriku sendiri.
“Sini masuk Biru, duduk disitu”-ucap Ibu Karin

“Iyah Bu”-ucap Biru, dengan tenang.

“Ada masalah apa Bu Karin dengan anak itu?”-ucap guru lain yang mengetahui itu aku, Biru.

“Tidak apa-apa masalah pelajaran saja”-sahut Ibu Karin
Aku kaget dengan jawaban Ibu Karin seperti itu, pikir aku akan membeberkan semuanya pada guru-guru yg lain, ternyata tidak. Itulah awal keberanian aku untuk terbuka pada Ibu Karin.
“Biru, Ibu tau kamu anak yang berprestasi nilai kenaikan kamu tahun lalu, sebenarnya membuat guru-guru kamu aneh, tapi berbanding dengan segala tingkah kamu, pendiam, menyendiri, dan puncaknya tadi di pelajaran Ibu.”-ucap Ibu Karin
“Apakah Ibu akan percaya ketika aku bercerita?”-sahut Biru dengan tenang

“Silahkan ceritakan Biru”-ucap Ibu Karin
“Aku melihat, anak kecil yang bareng dengan Ibu sesekali ada sesekali tidak ada, ketika aku memejamkan mata beberapa detik, wajah perempuan itu ada didepanku”-sahut Biru
“Apa kamu gila? Ibu tidak percaya dengan cerita yang mengada-ada itu!”-sahut Ibu Karin dengan nada keras, marah.

“Ini yang aku takutkan Bu”-ucap Biru, memelas
“Besok Ibu akan panggil Ibu kamu untuk menanyakannya langsung, bagaimana bisa di siang bolong seperti bitu ada hantu, pikir kamu itu alasan logis buat Ibu”-sahut Ibu Karin, tegas

“Iyah Bu maafkan Biru kalau Ibu anggap cerita aku bohong”-ucap Biru
Iyah salah satu contoh, semakin tidak mau aku bercerita tentang hal-hal yang tidak masuk akal pada orang-orang.
Besokya Ibu datang ke sekolah dan aku berpesan jangan menjelaskan apapun pada guruku, karna itu akan menjadi beban untukku saja, untungnya Ibu bisa dan sangat mengerti keadaan aku ini.
Guru-guruku di sekolah juga hampir semua menganggap aku aneh. Tapi hal itu tidak membuat aku menjadi aneh, karna itu apa yang aku lihat, apa yang aku rasa dan apa yang aku ketahui.
Dari setiap kejadian masa sekolah SMP kesan-kesan dari teman-teman aku cukup satu kata untuku “ANEH” sementara pertanyaan “KENAPA” masih selalu mengangguku.

Apalagi ketika aku masuk ke sekolah Farmasi setelah lulus dari SMP, banyak lagi pertanyaan “KENAPA” yang aku jalani.
Selepas kejadian Ibu dipanggil ke sekolah, menghadap Ibu Karin guruku. Perhatian seorang ibu tetap sama, selayaknya umum untuk anaknya. Tapi kejadian itu yang membuat keluarga terutama Ibu lebih paham lagi akan keinginanku.
“Bu waktu itu, Ibu belum sempat cerita pada Biru Bu Karin bilang apa?”-ucap Biru, penasaran.

“Biru, intinya seaneh apapun orang-orang menganggap kamu, kamu masih punya Ibu dan kakak-kakak kamu yang terus percaya kamu tidak seperti apa yang dibicarakan orang-orang.”-ucap Ibu
“Iyah Bu, Biru percaya akan hal itu, Bu apakah Ibu mengijinkan untuk Biru sekolah di Farmasi dan Biru ingin ngekos bu, kaya kak Rian.”-sahut Biru
“Kenapa tidak, anak laki-laki harus belajar mandiri itu bagus kok Biru, nanti Ibu bantu bicara sama Ayah soal kemauan kamu itu yah.”-ucap Ibu
Kakaku Rian, karna beda usia denganku 5th. Otomatis ketika aku lulus SMP, kak Rian sudah kuliah di kota lain. Kak Rian kuliah disalah satu Institut Teknologi di kota kembang.
Jujur kak Rian adalah panutanku, sering sekali aku belajar banyak tentang apapun dari dia, walau dia mungkin tidak menyadari hal itu. Sederhananya kak Rian adalah 180° dari aku, kebalikan dari segalanya tentang aku
apalagi urusan berteman dia mudah sekali bergaul dan mempunyai banyak teman, itulah kebalikan yang tidak aku miliki. Berjalanya waktu aku sadar pada setiap manusia.
kehidupan dan keluarga seharusnya setiap kekurangan adalah pelengkap dari kelebihan itu sendiri, sayangnya sampai saat ini aku belum merasakan
Perihal keinginan aku untuk melanjutkan sekolah ke Farmasi di Kota ini, berjalan sesuai keinginanku. Orang tua sangat percaya padaku, bahkan tidak ada sedikitpun keraguan dari keputusan yang mereka keluarkan dan begitu juga soal keinginanku untuk ngekos.
“Biru, kamu yakin?”-ucap Ibu

“Soal apa Bu?”-sahut Biru

“Soal kamu untuk ngekos?”-ucap Ibu

“Yakin sekali Bu, biar dekat dengan sekolahnya bu, apalagikan dari rumah ke sekolah jauh kalau berangkat dari sini.”-sahut Biru
Setelah menyakinkan Ibu dan menyakinkan Ayah, tidak lama dari hari pelulusan sekolah, aku di terima di salah satu sekolah Farmasi. Alasanku sederhana, aku suka dunia kesehatan, aku suka kimia padahal hobbyku programmer.
Aku sadar bakalan banyak lagi cerita-cerita lain ketika aku jauh dari rumah, mungkin aku akan banyak bertemu dengan mahluk aneh lainya yang biasa orang-orang menyebutnya setan, hantu, arwah, penampakan atau gaib.
Tapi bagiku mahluk tersebut sama halnya punya hak lain tentunya di alam lain juga, bahkan aku sendiri sulit untuk menjelaskan perihal tersebut.
Dibantu kak Rian karna dapat kepercayaan dari Ibu untuk mencari kosan untuku, tidak perlu waktu lama hanya 1 hari sudah dapat kosan yang sesuai untuku, dekat gedung sekolah, jadi untuk berangkat dan pulang cukup dengan jalan kaki saja. Dan itu sesuai sekali dengan keinginanku.
Pak Dadan adalah bapak kos baruku ini, orangnya sangat baik, ramah dan sering beradu sapa denganku. Kosanku ini terbilang biasa saja, tidak terlalu besar bisa dikatakan cukup dengan kemampuan pinansial orang tuaku untuk membayarnya.
“Ini dek Biru, kosan untuk dek Biru.”-sahut Pak Dadan

“Iyah pak”-sahut Biru

“Begini dek Biru, segala aturan ikutin aja yang udah ada, ini kuncinya, untuk urusan air aman sekali lancar, semoga betah yah dek Biru”-ucap Pak Dadan
Pertama aku masuk kamar kosan ini, tidak ada apa-apa hanya seperti sudah kosong beberapa bulan saja, kosanku paling pojok dari gerbang masuk utama, ada 8 kamar kos lainya yang saling berhadapan.
“pak sudah lama kosan ini kosong sebelumya?”-tanya Biru

“Oh engga, kemarin bekas ditempati perempuan, udah lulus kuliahnya”-sahut Pak Dadan

“pantas saja masih rapih pak hehe”-ucap Biru, dengan merasa tidak enak
Aku belum merasakan keanehan apapun ditempat ini, cukup senang awalnya segala indra yg aku miliki kembali normal. Setelah selsai membereskan kamar kosan, sangat lelah. Aku tiduran, memikirkan bagaimana besok hari pertama sekolah.
Tiba-tiba seperti ada angin yang keluarnya bukan dari jendela, melainkan dari tembok. Segera aku bangun, karna angin itu masuk sekali ke telingaku, seperti tiupan seperti itu. Masih dalam kaget pikirku.
“Apa ini ucapan selamat datang untuku?”-ucapku dalam hati

Aku tiduran lagi, aku matikan lampu kamar karna merasa sudah sangat malam,
sementara besok harus pagi sekali datang ke sekolah.
Tiba-tiba ada lagi tiupan angin itu menuju telingaku, sangat menganggu sekali. Aku sudah menyangka itu datang dari mahluk lain. Segera aku bangun.
“Masih banyak hari yang lain jika ingin mengangguku, aku harus tidur!”-bentak Biru mengucapkanya langsung, karna kesal.
Tiduran kembali, sambil menutup kedua telingaku dengan bantal. “Brugggg...” suara pintu kamar mandi tertutup sendiri dengan sangat keras.
Aku acuhkan karna aku juga sudah merasakan ada mahluk lain yang ingin berinteraksi denganku, saking terbiasanya hal seperti itu sudah sangat biasa sekali.
Tidak terasa alarm dari Hp aku sudah berbunyi dengan keras, iyah aku siap datang ke sekolah untuk pertama kalinya di tahun 2018 ini. Niatku sudah bulat, aku ingin mandiri dengan jauh dari orang tua. Dan lambat laun prinsip itu berubah menjadi aku ingin sendiri.
Hari pertama dan hari-hari berikutnya sangat normal aku melakukan aktivitas sekolah, kebanyakan teman satu kelasku, tidak ada yang berasal dari sekolah SMP yang sama. Jadi, tidak ada yang tau dengan segala keanehan aku ini,
terbilang aku bisa merahasiakannya baik-baik dan sepertinya mulai dari sini aku adalah senormal-normalnya siswa sekolah, itu membuat aku sangat senang. Dan aku pikir bisa sedikit demi sedikit mengubah sikap pendiam aku ini.
Setelah melewati dua bulan kurang lebih, kehidupan yang aku katakan baru ini, sangat menyenangkan, sampai satu kejadian awal di kosan itu terjadi. 5 hari sudah setiap aku bangun tidur selalu ketindihan = jawa / ereup-ereup= sunda,
dari penjelasan secara medis jelas banyak faktornya jika terlalu cepat mengkaitkannya dengan berbagai mitos-mitos yang berkembang. Tapi, sudah 5 malam itu aku selalu bermimpi aneh-aneh yang sama sekali tidak aku pahami sebelumnya,
mimpi yang sepertinya teka-teki aneh, seperti beberapa misteri yang ingin aku membantu untuk memecahkannya, dari mulai kakek-kakek sampai perempuan-perempuan yang sosoknya jelas dalam mimpi itu.
Tapi entah apa maksudnya aku tidak paham sama sekali, apalagi itu datangnya berhari-hari dan terus menerus.
Bahkan aku ingat waktu itu hari selasa, pagi seperti biasanya aku sedang memakai sepatu didepan kamar kosanku ini.

“dek Biru, semalem memang temen pda nginep yah?”-tanya pak Dadan, bapak kosanku

“Kenapa memang pak?”-tanya Biru, dengan nada biasa saja.
“Tidak apa, kalaupun menginap juga tidak apa-apa, cuman tidak biasanya aja kamu bawa temen menginap, orang kamu sama tetangga kosan aja jarang ngomong, cuma sama bapak aja.”-sahut pak Dadan
“Oh bapak dengar suaranya yah pak, iyah maaf pak kalau terlalu berisik hehe”-ucap Biru, mengiyakan saja apa yang didengar pak Dadan
“Engga kok Cuma kebetulan bapak benerin tower air yang di samping kamar itu jam 2 malam, bapak dengar suaranya rame bgt, berapa orang memang itu?”-ucap Pak Dadan, penasaran.

“Banyakan pak hehe”-sahut Biru, sambil bergegas jalan
Bagaimana aku membawa teman-teman aku menginap, di kelas saja hanya seperlunya aku saling sapa, banyakan lagi, itu sangat tidak mungkin, apalagi hari senin malam dan waktu sekolah, tambah tidak mungkin sekali.
Terus siapa yang ada di kosan aku malam itu? Jika aku ceritakan pada sembarang orang mungkin aku bisa di sebut gila lagi, tapi hal seperti itu adalah hal paling biasa.
Hanya berpikir apa ada cocokologinya dengan mimpi-mimpi aku itu, tapi tidak pernah aku pikirkan, karna sudah terbiasa sekali.
Sehabis kejadian dengan Pak Dadan itu, aku berjalan menuju sekolah. Melakukan aktivitas belajar seperti biasanya. Tanpa beban apapun, walau pagi hari disambut dengan cerita pak Dadan yang aneh itu.
Kelasku di lantai 2 berhadapan langsung dengan gedung praktik, oiyah di sekolah aku ini gedung belajar dan gedung praktik berdampingan dipisahkan dengan lapangan multi fungsi.
Ketika akhir jam sekolah, sekitar jam 14:00 aku merasakan hal aneh ketika menatap ke arah gedung praktik, apalagi aku duduk d bangku bagian belakang.
Seperti ada yang memperhatikan aku dari jauh, sesekali aku tatap terus ke arah salah satu ruangan praktik itu, benar saja seperti ada wanita yang sedang berdiri jelas. Aku palingkan lagi tatapan itu dan aku biarkan saja.
Jam sekolah berakhir, yang biasanya aku cepat-cepat pulang ke kosan, tidak biasanya ada dorongan aku untuk diam duduk di depan kelas lain di lantai 1. Tidak tau, tidak biasanya ada dorongan seperti ini, kali ini aku ikuti saja.
Di lapangan ada beberapa teman-teman yang tidak aku kenal sama sekali, entah kakak kelasku atu satu angkatan denganku sedang melakukan aktivitas extrakurikurer PMR, dipikir-pikir seperti orang bego aku ini.
Duduk melihat saja, sambil bermain Hp. Tidak lama dari itu, tiba-tiba salah satu teman wanita yang tidak aku kenal bahkan namanya itu, menjerit kencang sekali. Ada sekitar 30 lebih orang yang ada d lapangan itu dengan guru pembinanya, Pak Hendra.
Aku pikir itu bencanda tapi membuat aku kaget juga. Deg! Sakit sekali kepala aku tiba-tiba! Ada seperti lambaian tangan ke arah teman wanita itu yang sedang dikerumuni orang-orang karna jeritan keras itu.
Aku masih saja terdiam, aneh. Dengan tiba-tiba aku ingin sekali ke belakang sekolah tepatnya belakang gedung praktik. Tidak bisa aku tahan lagi badan ini, aku ikuti saja badan ini mau kemana,
aku melewati kerumunan orang-orang yang sedang sibuk menangani wanita yang aku bisa pastikan kerasukan (kesurupan) beberapa teman lain yang melihat aku hanya berjalan melewati kerumunan itu terlihat menatapku heran,
karna aku belum peduli sama wanita yang sedang kerasukan itu. Lebih peduli pada belakang gedung praktik, walaupun aku sadar hanya mengikuti langkah kaki ini saja.
Beberapa guru-guru yang berpapasan denganku juga melihat aku seperti aneh sekali, karna yang lain berjalan menuju arah lapang sementara aku sedang kejadian seperti itu malah berjalan ke arah lain.
Tiba dibelakang gedung praktik itu, ini baru pertama aku melihat ke belakang gedung praktik, seeeerrr... Bulu pundakku naik seketika, aku mendengar suara ketawa jelas,
bukan dari arah lapangan melainkan dari arah pohon dekat gudang tempat menyimpan bangku-bangku bekas dan barang-barang bekas itu. Aku menolak untuk mendekat kesitu, tapi sisi lain dari pada diriku tetap ingin mendekat, kenapa ini bisa seperti ini?
Aku ikuti saja langkah demi langkah menuju pohon dan gudang itu, benar saja, dalam gudang yang terkunci itu suara ketawa perempuan jelas aku dengar.
“Siapa kamu?”-ucapku keras

Suara ketawa itu hilang, tiba-tiba ada yang berbisik di telingaku dengan jelas

“Hihihi aku... Aku... Tadi yang lihat kamu, kamu juga lihat aku”
“Mau kamu apa?”- tanyaku, jika ada orang yang melihat pasti menganggapku aneh bicara sendir

“aku mau ikut sama kamu hihihi... Bawa aku dari sini”
“Itu yang kerasukan ulah kamu?”-ucap Biru

“Bawaaaaaa akuuuu dari siniii.... dark Pohon ini......”- teriaknya dengan kencang sampai kupingku panas sekali.
Seketika suara itu hilang, dengan cepat dan buru-buru aku menuju lapang, wanita yang kerasukan sudah d pindahkan ke ruang guru,
karna saat aku melewati ruang guru itu sudah banyak guru-guru dan beberapa orang yang aku pikir sedang berusaha mengobati teman wanita aku yang sedang kerasukan itu.
Dengan nafas yang masih ngos-ngosan aku diam dan melihat di pintu ruang guru itu.
“Jangan diam di pintu! Biar udaranya masuk”-perintah Pak Temi, salah satu guru aku

“Pak apakah aku boleh mencoba menyebuhkan teman aku itu”-ucap Biru

“Hah kamu siapa? Anak kelas 1 yah?”-tanya pak Temi

“Iyah Pak”-ucap Biru
“Memang kamu bisa, anak itu sudah 30 menit lebih kerasukan dan sudah beberapa orang yang nyoba menyembuhkan tetap tidak bisa, aneh-aneh saja kamu ini”-sahut pak Temi

“Iyah Pak maaf”-ucap Biru, bukan memelas tapi berpikir andai saja semua ornag bisa mudah percaya padaku.
Pucuk dicinta ulampun tiba, ternyata ada seorang guru yang dari tadi mendengarkan percakapan aku itu. Bu Ida, yah Ibu Ida Paramita.

“Biru ayo masuk sini”-ucap Bu Ida

“Baik Bu”-sahut Biru
“Coba-coba minggir kasih Biru kesempatan”-ucap Ibu Ida kepada orang-orang yang sedang berkerumun, didekat wanita yang sedang kerasukan itu.
Teriakanya sudah berkurang, hanya senyum-senyum saja dan sesekali tertawa, aku masih bingung bahkan harus bagaiamana.

“Ibu ini siapa?”-ucap orang tua, yang aku pikir itu adalah orang tua dari wanita yang sedang kerasukan itu.

“Murid terbaiku bu, Biru”-sahut Ibu Ida
Terdengar ucapan seperti itu, bukan main senangnya aku, setelah Ibu, kak Rian, dan sekarang Ibu Ida yang bicara seperti itu seolah menaruh kepercayaan lebih padaku dan menjadi orang ketiga mungkin benar-benar percaya padaku.
“Biru silahkan”-ucap Ibu Ida

Lucu sekali, tatapan orang-orang itu, apalagi guru-guruku, pasti pikirnya siapa anak ini, anak kecil, kurus, sosoan mau menyembuhkan,
paling juga kalau benaran sembuh kebetulan saja. Aku yakin pasti ada pikiran seperti itu. Tapi karna sudah biasa, aku bodoamatkan saja.
Seperti biasa aku tatap mata wanita itu dalam, baru saja aku tatap.
Dia bangun, dan langsung dipegang oleh beberapa orang.
“Biarkan jangan dipegang kasian, lepaskan saja”-ucapku tegas, sektika tatapan itu makin aneh padaku, tapi untungnya orang-orang yang memegang itu menuruti kemauan aku.
Karna aku yakin, soalnya seperti ada bisikan jelas seperti kejadian dibelakang gedung praktik barusan. Bisikan itu makin kuat, sayangnya semakin tidak jelas. Aku masih menatap mata wanita yang sedang kerasukan itu. Sialan tiba-tiba!
Tangan wanita itu bergerak melingkar ke arah lehernya, beberapa kali. Seperti pertanda bunuh, terus-terusan seperti itu beberapakali, dengan mata yang melotot.
Begerak lagi tanganya seperti menjingjing, aku tidak tau apa maksudnya. Apa pesan yang mau disampaikan padaku, karna jujur itu hanya bisikan tidak jelas.
“Aku akan berusaha menebang pohon di belakang gedung praktik yang dekat dengan gudang itu, kalau memang yang ada didalam tubuh teman aku ini adalah kamu”-ucapku dalam hati, mencoba berbicara dengan mahluk yg ada didalam teman wanitaku itu.
Serrrrr.... Kepalaku sakit sekali, benar-benar lebih sakit dari sebelumnya, wanita itu tersenyum manis, sambil tertawa terbahak-bahak dengan jelas, namun tidak normal seperti wanita pada umumnya.
“Iyah aku akan berusaha bahkan akan aku ceritakan agar pohon itu ditebang atau mungkin apa saja ”-ucapku dalam hati, sambil menatap tajam pada wanita itu
Tidak lama aku berbicara dalam hati, bruggg... Tubuh wanita itu jatuh tertidur, aku langsung mengusap mukanya, dan benar saja langsung sadar, terlihat sangat cape dari wajahnya. Dia mentapku, aku langsung mundur, entah kenapa aku juga merasakan lelah sekali.
“Biru, terimakasih”-ucap orang tua wanita itu

“Sama-sama Bu”-sahut Biru

Aku langsung duduk di dekat Bu Ida, tidak lama murid-murid lain yang dari awal menyaksikan di suruh bubar sama pak Hendra.
“nih Biru minum”-ucap Bu Ida, sambil menyodrkan air minum

“Terimakasih bu”-sahut Biru
Tiba-tiba pak Hendra yang awalanya melarang bahkan menyepelekan aku, karna ketidaktahuan awalnya, itu hal yang wajar.

Tapi dari rautnya seperti banyak menyimpan pertanyaan, apalagi pak Hendra termasuk guru yg lama di sekolah ini, aku dengar itu dari anak-anak lain.
“Biru, kenapa tdi teman kamu itu?”-tanya pak Hendra

“Kerasukan pak”-sahut Biru, singkat

“Kenapa bisa sama dia?”-ucap pak Hendra

“Tidak tahu pak”-sahut Biru
“Terus kenapa harus seperti itu”-ucap pak Hendra, semakin penasaran

“Gedung praktik, dibelakangnya ada pohon yg dekat dengan gudang itu, aku sarankan untuk ditebang saja”-sahut Biru, pelan
“Kenapa dengan Pohon itu?”-ucap pal Hendra semakin penasaran
“Tidak tahu pak, sebelum aku kesini (ruang guru) sebelumnya aku melihat dlu ke belakang gedung praktik itu, tiba-tiba ada suara dan obrolan dengan mahluk lain dekat pohon itu pak, pokonya saran aku tebang saja pak”-sahut Biru, dengan gemetar menjelaskan
Walau aku sadar, antara guruku itu percaya sangat tidak mungkin sekali, apalagi pada murid seperti aku ini.
“Maksud kamu? Pohon yang satu-satunya itu?”-tanya Pak Hendra

“Iyah pak pohon dekat gudang”-sahut Biru

“Sudah aneh kamu ini, sebelumnya juga baik-baik saja dan tidak ada yang menyangkut pautkanya dengan pohon itu.”-ucap pak Hendra, tegas
Iyah aku juga mengerti, orang-orang yang selalu memakai logika ketika aku menjelaskan tidak akan pernah saling memahami,
karna apa yang aku rasa, apa yang aku lihat tidak mereka rasa dan tidak mereka lihat, tapi kenapa untuk sekedar bertanya kemudian aku jelaskan malah menganggap aku yang aneh.
Selepas kejadian itu, aku tidak memikirkan apapun kata-kata pak Hendra, karna sudah biasa dengan hal seperti itu. Aku langsung bergegas untuk pulang ke kosan.
Aku melewati Gedung di sekolah Farmasi ini ada dua, satu gedung belajar, satunya lagi gedung praktik. Setiap aku pulang sekolah menuju kosan, selalu melewati bagian samping gedung praktik karna ada gerbang yg biasa dipakai pegawai kantin keluar masuk gitu, aku sering lewat situ.
Sudah beberapa hari memang perasaan aku dibuat aneh, ketika melewati jalan diantara gedung ini, apalagi ketika sudah tau di belakang gedung praktik dan kejadian barusan yang kerasukan.
suasananya semakin terasa, aku acuhkan saja terus berjalan, mengesampingkan perasaan dalam diri aku ini, semakin langkah kaki terus berjalan.
“Sepertinya ada yang mengikuti aku”-ucapku dalam hati, sambil menegok ke belakang, tapi tidak ada apa-apa

Setelah keluar dari gerbang kecil itu, aku mendengar langkah kaki jelas, tanpa alas berjalan mendekati aku, tidak aku tanggapi.
“Benar ini ada yang mengikuti aku!”-ucapku jelas

Aku paksakan menengok kebelakang tidak ada lagi! Siapa itu, kenapa harus mengikuti aku?! Sampai aku di kosan perasaan tidak enak itu masih ada saja.
“Baru pulang Biru?”-tanya pak Dadan

“Iyah pak”-ucap Biru

“Lah! Tdi siapa yang ketawa di kamar kamu bapak dengar jelas?”-sahut pak Dadan
“Ketawa bagaimana pak?”-tanya Biru
“seperti suara kamu?”-ucap pak Dadan penuh dengan heran

“ah kapan sih pak?”-sahut Biru, dalam hati juga penasaran
“Jam 1 an tadi siang loh Biru”-ucap pak Dadan

“Oh iyah itu aku pak, tadi pulang dulu terus tlp sama kakak aku jadi ketawa gitu”-sahut Biru, menjelaskan
Bagaimana bisa aku siang di sekolah dan siapa yang tertawa didalam, aku menjawab seperti itu hanya supaya pak Dadan tidak banyak pertanyaan lain saja.
Selepas bersapa dengan pak Dadan aku langsung bergegas masuk kamar, syukur perasaan aneh itu hilang seketika. Mandi, lanjut mengerjakan tugas sekolah
Kamar kosanku sederhana sekali, kasur tempat tidur, menghadap ke bagian kamar mandi yg lampunya belum aku matikan, biasanya langsung aku matikan.
Aku melihat jam sekitar 18:30 masih mengerjakan tugas dengan santai, tiba-tiba aqua botol yang aku simpan diatas meja jatuh, “gubrak....” cukup lumayan membuat aku kaget sekali, padahal aku ingat sekali tidak menyimpan aqua itu di ujung meja.
Tidak aku benarkan, karna aku cuekan saja, masih mengerjakan tugas, tapi kenapa, kepala aku makin sakit sekali berdenyut kencang. Beberapa detik aku melihat ke arah kamar mandi yang pintunya tidak tertutup full, ada bagian celah pintu kamar mandi kosan itu terbuka.
Aku sadar sekali, deggg...! Siapa itu didalam! Aku yakin ada sosok di dalam itu karna terlihat banyangan jelas! Tapi siapa sosok itu??!!!
Aku masih bertanya sambil meneruskan tulisan tugas aku ini, tpi kepala aku masih tetap sakit! Aku paksakan saja, ingin sekali menolak mata ini melihat ke arah celah sekian Centimeter kamar mandi itu, tapi semakin aku tolak semakin kuat dorongan mata ini untuk melihat ke arah itu!
“Braggg...” suara botol yang belum aku betulkan posisinya itu tiba-tiba terangkat sendiri dan jatuh, itu membuat aku kaget sekali!
Saat aku melihat ke arah botol aqua itu, dengan sengaja aku lihat ke arah kamar mandi itu dan... Benar saja, ada sosok seperti perempuan berkepala buntung, tanganya memegang kepalanya!

#bacahorror
Ingin aku teriak sekeras-kerasnya bukan karna takut melihat sosoknya lebih kepada sangat kaget, karna aku melihat dari celah pintu kamar mandi itu.
“Huuuhhh...huhhh...huhh...” nafasku sudah tdk bisa diatur, aku tatap lagi sosok itu masih ada berdiri dengan posisi yang sama, aku perhatikan betul beberapa detik, iyah kepalanya buntung. tanganya memengang kepala dengan rambut panjang menutupi wajahnya.

#bacahorror
Tidak pikir panjang! Aku bangun, aku bukakan pintu kamar kosan, duduk didepan, masih dengan nafas yg ngos-ngosan.

“Siapa mahluk itu? Kenapa datang padaku? Apa itu mahluk yang mengikuti aku sejak dari sekolah?”-ucapku dalam hati, masih penuh pertanyaan
Aku masih duduk beberapa menit, seperti mendengar suara bisikan tapi tidak jelas sekali! Aku masuk lagi ke kamar, melihat ke arah pintu kamar mandi, bahkan aku buka sudah tidak ada.
Anehnya lagi, posisi botol aqua yang tdinya jatuh dibawah sekarang posisinya seperti awal sudah diatas meja lagi. Tidak aku bereskan tugasku ini! Malah masih berserakan dibawah, karna aku akan berniat besok pulang dan berbicara pada ibu, urusan sekolah bisa aku bolos.
Aku paksakan tiduran, memejamkan mata, lampu kamar tidak aku matikan. Namun tidak sepertinya ada angin masuk lewat jendela yang sengaja aku buka, sangat nyaman sekali. Apalagi setelah barusan mengalami kejadian aneh seperti itu.
“brugggg...” aku terbangunkan oleh suara jendela dan sepertinya ada orang yang menutupnya sengaja, badan aku masih belum bangun masih terbaring. Setelah beberapa detik aku bangun.
“Siapa...?”-ucap Biru dengan tegas

“Walah Biru kamu ini kirain belum bangun, bapak ini”-sahut Pak Dadan
“Kebangun pak tdi kayanya ketiduran, bapak dari mana emangnya?”-ucap Biru

“Itu udah benerin lagi air, naik tadi kesana tuh”-sahut pak Dadan, sambil menunjukan arah tower air itu dan pak Dadan juga melihat ke arah yang sama
“Siapa lagi itu sosok wanita berambut panjang lengkap berdiri tegak disamping tower air itu”-ucap biru dalam hati, pas sekali melihat ke arah tower air

“Oh iyah pak, aku masuk lagi yah”-ucap Biru

“Iyah bapak juga, jadi gak enak gini anginya”-sahut pak Dadan
Sial, andai saja pak Dadan bisa melihat apa yang aku lihat, diatas tower air itu, mugkin dia akan berteriak atau lari atau juga pingsan. Untung saja aku tidak menyebutkan juga apa yang aku lihat itu pada pak Dadan.
Segera aku tiduran lagi setelah menutup jendela itu, aku lihat jam d Hp 02:30 masih ada waktu sebelum pagi dan aku mau pulang sudah pengen berjumpa dengan ibu dan menceritakan yang telah aku alami

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with horror(t)hread!

horror(t)hread! Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @qwertyping

Jan 27
dimana bayangan yang aku kira adalah Euis masih duduk disebelah bagian kepala Abah dengan jelas aku lihat karena semakin terbuka mataku dari ngantuk yang sangat berat.
“Euis bukan itu…” ucapku perlahan.
Seketika yang aku yakini Euis adik aku semakin kuat,
karena melakukan hal yang sama seperti Mak, mengusap bagian leher Abah secara perlahan, sama ketika Mak mengusapkan minyak yang sebelumnya sudah diberikan oleh Bah Ajan.
“Iyah bener Euis, bisa jadi emang rambutnya panjang karena sering ketutup kerudung” ucapku perlahan,
sambil mulai bangun dari tidurku.
Usapan Euis kepada kepala Abah bahkan lebih lama dari pada yang di lakukan Mak sebelumnya, namun dengan perlahan aku masih melihat ke arah bayangan hitam Euis itu, perlahan usap nya berubah dengan satu kali pukulan ke arah kepala Abah
Read 823 tweets
Jan 20
PENJAGA KEBUN TEBU

Sebuah kisah warisan pekerjaan
Tahun 1988-an

"Sebelum tubuh ini utuh, sebelum penasaran ini selesai, dan sebelum dendam ini tuntas, ini adalah tempatku."

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Catatan sebelum membaca cerita

Tidak adanya kalimat “Based on true story” pada cover tulisan saya kali ini, bukan berarti cerita ini bukan berdasarkan kisah nyata, tetap cerita ini berdasarkan kisah nyata. Namun atas segala pertimbangan dan banyaknya saran,
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta akhirnya saya putuskan kedepanya menghilangkan kalimat itu, karena respon dari cerita MELATI dan DEDEMIT BUAYA PUTIH diluar dugaan saya sebagai penulis. Itulah penjelasan singkatnya, tidak ada salahnya mengantisipasi kemungkinan terburuk, dan kalian pasti mengerti juga, semoga.
Read 210 tweets
Jan 12
DEDEMIT BUAYA PUTIH

Sebuah Kisah Bersembunyi Dalam Terang
- Bagian 7 Tamat -

HORROR(T)HREAD
Based on true story

“Alam kita yang paling sempurna, apapun yang kita inginkan pasti bisa terwujud, sekalipun itu nyawa"

----------

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
7.0 - Hai selamat malam, tidak terasa perjumpaan kita sudah sampai Bagian 7 yang artinya cerita berakhir dibagian ini, namun karena ceritanya cukup panjang, akan saya bagi menjadi dua bagian 7.0 dan 7.1 yang akan berlanjut besok, tidak langsung selsai malam ini.
Teruntuk teman-teman yang belum baca bagian sebelumnya bisa ikutin info seperti pic dibawah ini agar mempermudah mencari cerita kali ini dan kumpulan cerita lainya yang sudah saya bagikan. Image
Read 331 tweets
Jan 6
DEDEMIT BUAYA PUTIH

Sebuah Kisah Bersembunyi Dalam Terang
- Bagian 6 -

HORROR(T)HREAD
Based on true story

“Alam kita yang paling sempurna, apapun yang kita inginkan pasti bisa terwujud, sekalipun itu nyawa"

----------

@ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
Selamat malam teman-teman, kembali lagi saya hadir untuk melanjutkan cerita sesuai dengan judul diatas, dengan kondisi cuaca yang seperti ini, semoga kita selalu diberikan kesehatan, amin. Sekarang adalah Bagian 6 yang berati tinggal 1 bagian lagi cerita ini akan tamat.
Teruntuk teman-teman yang belum baca bagian sebelumnya bisa ikutin info seperti pic dibawah ini agar mempermudah mencari cerita kali ini dan kumpulan cerita lainya yang sudah saya bagikan. Mohon maaf cover tertukar dengan bagian 5 kemarin hehe 🙏😁 Image
Read 199 tweets
Dec 30, 2021
DEDEMIT BUAYA PUTIH

Sebuah Kisah Bersembunyi Dalam Terang
- Bagian 5 -

HORROR(T)HREAD
Based on true story

“Alam kita yang paling sempurna, apapun yang kita inginkan pasti bisa terwujud, sekalipun itu nyawa"

----------

@ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image Image
Hai selamat malam, kembali lagi di hari kamis malam, seperti biasanya saya akan melanjutkan sebuah cerita sesuai dengan judul diatas. Iyah bagian 5! Yang berarti sisa dua bagian cerita ini, yang akan terus berlanjut! Link bagian 1 sampai 4 ada dibawah.
Sehingga teman-teman yang belum baca, bisa baca terlebih dahulu bagian sebelumnya, tinggal klik saja linknya.
Bagian 1 – 2 Des 2021 (klik dibawah untuk membaca)

Read 191 tweets
Dec 23, 2021
DEDEMIT BUAYA PUTIH

Sebuah Kisah Bersembunyi Dalam Terang
- Bagian 4 -

HORROR(T)HREAD
Based on true story

“Alam kita yang paling sempurna, apapun yang kita inginkan pasti bisa terwujud, sekalipun itu nyawa"

----------

@ceritaht @IDN_Horor @diosetta Image
Hai selamat sore menjelang malam, karena ini adalah kamis malam seperti rutinitas kita biasanya, maka cerita akan segera berlanjut sesuai judul diatas. Lebih awal kembali, seperti minggu kemarin. Cuaca sedang sering hujan, semoga teman-teman tetap dalam keadaan sehat. Amin.
Seperti biasanya di bawah akan saya masukan beberapa Link, untuk teman-teman yang belum baca bagian satu sampai 3 bisa klik langsung, agar tidak bingung dengan lanjutan cerita kali ini.
Bagian 1 – 2 Des 2021 (klik dibawah untuk membaca)

Read 165 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(