“Iyah bu...”-jawab Fedi
Dan segera berjalan ke arah tlp, yang tidak jauh dari meja makan itu.
“Kang Idim ini Fedi, ada apa kang?”-jawab Fedi
“Ada sebentar kang, aku panggil dulu, tunggu yah sebentar”-ucap Fedi dengan heran, kenapa kang Idim tumbenan tlp
“iyah Dim ada apa?”-tanya Ibu
“Iyah, Iyah dan Iyah”
tanpa ada kalimat lain yang Ibu ucapkan. Lantas, aku dibuat bingung, kenapa Ibu ini, apa yang dibicarakan dengan Kang Idim?
“Mau kemana Bu?”-tanya Fedi
“Kita ke Rumah Nenek malam ini juga”-ucap Ibu, sambil berjalan ke arah kamar
“Iyah De, makanya sini kamu tidur lagi, tar udh sampe kakak bangunin yah”-sahut Fedi
Tidak aku jawab, aku terus berjalan, diantara banyak orang, padahal ini sudah sangat malam sekali. Beberapa orang ada yang bertanya padaku juga pada melli, sebelum masuk ke rumah Nenek.
“Entar Dek Fedi sama Dek Mella jangan jauh-jauh dari Akang yah”-ucap Kang Idim, sama dengan mata ibu lembab dan dengan nada yang serak
“Iyah kang, Nenek kenapa?”-tanya Fedi
“Bu nenek mana?”-tanya Mella
“Fedi, Mella, Nenek sudah meninggal”-ucap ibu
“itu nenek?”-tanya Mella, dengan polos
“Iyah itu Nenek Dek”-ucap Fedi, dengan lemas
“Nenek entar bisa bangun lagi yah kak? Kenapa dibungkus gitu?-tanya Mella, dengan polos
“terus, kapan aku bisa main lagi sama nenek?”-tanya Mella
***
9 tahun berlalu, setelah nenek Meninggal bahkan aku sudah jarang sekali berkunjung ke Makam Nenek dan Kakek atau sekedar menginap di Rumah Nenek, terakhir hari raya idul fitri 2 th kebelakang aku berkunjung kesana, bareng keluarga.
“Jiah tumbenan nih kakak, ayo kak kemana?”-tanya Mella, seperti biasa dengan sangat ceria.
“Hmm... Kemana yah? Pantai yu?”- ajak Fedi, walau dia juga mengasal
“Ah binggung Mel jadinya, eh btw kakak mau balik sekarang sore tar jemput yah di tempat biasa males bawa motor”-ucap Fedi, yang tiba-tiba pengen pulang.
Tdk tau kenapa, hari ini mendadak aku pgn pulang, karna jenuh dan bosan dengan aktivitas kuliah yang seperti ini, walau ibu pasti protes aku pulang hari kamis dan banyak pertanyaan lainya
“iyah tuh, katanya pengen liburan”-ucap Mella
“Yu Mel, sama kamu juga”-ajak Fedi
“oke besok siang kita berangkat yah”-sahut Fedi, dengan semangat
“Yaudah besok pagi ibu siapin bawaan kalian untuk 3 hari disana, biar besok ibu izin ke guru Mella “-ucap Ibu
“Udahlah, orang kamu sama Mella juga udah pada besar”-sahut Ibu
“iyah bawel ini bangun...”-jawab Fedi, yang masih terasa ngantuk
“iyah biar engga terlalu siang berangkatnya, udaranya masih seger ntr diperjalanan”-ucap Mella
“Iyah tuh cek lagi jangan udah di jalan tar balik lagi, makan waktu lagi coba”-ucap Melli, menambahkan omongan Ibu
Setelah makan pagi selsai, aku langsung bergegas. Kebetulan ada Mobil keluarga yg bis digunakan, semua barang2 disimpan dibagian belakang, perlengkapan ditengah, tentu saja didepan aku dan Mella.
“Hmm banyak dong”-jawab Fedi
“Salah satunya?”-Ucap Mella
“Nenek cantik dan Jago masak, kalau kamu?”-tanya Fedi
“Aku ingat kak, sering bgt Nenek memainkan rambutku waktu itu, sambil di ikat-ikat gtu”-jawab Mella
Mella langsung membuka matanya dan terlihat dari kelopak matanya berlinang, aku yakin dia sebegitu rindunya sama Nenek dan rumah ini.
Setelah itu aku dan Mella langsung berjalan menuju teras rumah dekat pintu utama.
“Kenapa kak?”-tanya Mella
“kursi kesukaan Nenek kalau jam segini banget percis dia suka duduk disini sambil melamun gtu”-ucap Fedi
“Iyah aku ingat”-sahut Mella
“Eh kamu lagi, ditas kakak dibagian depan, ambil sana sama kamu”-ucap Fedi sambil memberikan kunci mobil
“Kang... Kang... Akang di dalam ini aku Fedi”-teriak Fedi
Deg! Suara Mella mengagetkan aku, beneran aku sangat dibuat kanget!
“Lah emang benerkan kuncinya ini, lagian harus teriak-teriak aneh, kenapa sih?”-ucap Mella
“Gpp Mel, mana sini, yu kita buka”-ajak Fedi
“Gak bisa yah kak?”-ucap Mella
“Iyah susah Mel”-sahut Fedi
“Kuncinya kali, udah lama gak dipake kesitu jadinya susah”-ucap Mella
“Sini kang biar aku aja yg pengang, kakak suka gampang lupa hehe”-sahut Mella
Setelah kang Idim pergi, di depan Mella aku masukan lg kunci yang aku pegang ternyata sekarang bsa d gunakan, knp tadi tidak bisa? Apa karna sebelumnya ada suara langkah sepatu itu?
Sebelumnya aku hanya baru masuk ruang tamu bagian rumah ini, benar-benar tidak ada yang berubah sama sekali, tapi aku mencium bau yang aneh, bahkan sangat aneh sekali!
“Iyah teh makasih, tktnya aku ketiduran, nanti ada Mella juga di rumah”-ucap Fedi
Barang-barang bawaan masih bergeletak di ruang tamu, aku berjalan sambil bereteriak memanggil Mella. Aku dikagetkan pada ruangan utama rumah ini, masih sama tidak ada satu bendapun yang posisinya berubah, apalagi sofa ini.
Semua ruangan aku cek, mencari Mella, rumah ini memiliki 5 kamar dan 1 kamar utama yaitu kamar nenek dulu. Semua aku cek sampai ke bagian dapur. Mella tetap tidak ada.
“Iyah ih masih ngantuk aku kak”-sahut Mella
“Kamu tidur dari kapan emang?”-ucap Fedi, sangat penasaran
“Kak Fedi berangkat aku langsung tidur, kenapa emang?”- sahut Mella
Tidak lama kang Idim datang, benar saja membawakan makanan sangat banyak, aku, Mella dan Kang Idim makan bersama di Meja makan rumah ini.
“Hehe enggak neng, katanya mau ke kebun langsung”-sahut kang Idim
“Kang gpp kan tar aku sama Mella tidur di kamar Nenek?”- ucap Fedi
“boleh dong den”-ucap kang Idim singkat
“Iyah kakak juga ngerasanya begitu Mel”-sahut Fedi
Ternyata bukan aku saja yg merasa aneh dengan kang Idim soal barusan, Mella juga sama.
Deg! Bau bunga melati itu aku cium lagi wanginya. Bahkan Mella juga menciumnya sama denganku.
“Iyah kak aku tiduran dulu yah”-sahut Mella
Aku sangat kaget!
“Eh akang udah bberapa menit tdi disini, ngeliat den Fedi ngelukis tapi malah melamun”
“Hehe gpp Den, aduh akang gak tau den Fedi udah gede lagi, neng Mella juga ikut?”-tanya kang Obar
“Ikut kang lagi istirahat di dalam”-ucap Fedi
“Iyah kang gpp, lagian aku juga baru kesini lagi”-ucap Fedi
“eh iyah itu bagus lukisanya”-sahut kang Obar
“Iyah kang, masih belajar iseng-iseng aja”-ucap Fedi
Kang Obar, dia kepercayaan nenek sejak dlu, yang sangat telaten mengurusi kebun2 Nenek dri bunga hingga tanaman lainya. Setelah kang Obar melanjutkan pekerjaanya. Aku teruskan untk melukis
“Kakak.....!”
Kaget sekali aku, aku melihatnya di jendela kamar Nenek, langsung aku mendekat pada Mella.
“Cepat masuk sini?”-ucap Mella
“Iyah bentar, beresin alat2 dulu”-sahut Fedi
“Gak usah kak, kesini dulu aja”-ucap Mella
“Kenapa? kakak sampe kaget”-tanya Fedi
Tiba-tiba Mella melamun dan meneteskan air mata, tanpa aku tau kenapa anak ini.
“Aku barusan mimpi sama nenek, nenek juga nangis sambil duduk disana?” -sahut Mella, sambil menujukan ke arah sofa
Dan memang pintu kamar belum aku kunci
“Iyah nangis keliatan banget sedihnya nenek itu?”-ucap Mella
“Yasudah gih kamu mandi, terus solat berdoa buat nenek biar engga sedih neneknya”-sahut Fedi, sambil menenagkan
“Ini akang Den..”-ucap Kang Idim
“Kirain siapa?”-ucap Mella
“Ini akang bawakan makan malam, sambil mau menyalakan listrik luar, udh jadi kebiasaan akang”-ucap Kang Idim
Untungnya Mella juga tidak menanyakan hal itu, dan aku pikir kang Idim punya kunci ganda juga.
“gak tau arahnya dari kamar”-ucap Fedi
“Iyah kak, tumben aku di rumah ini ngerasa ngantuj terus”-ucap Mella
“aku mau ke kamar yah kak, sambil tlp Ibu dulu kasih kabar”-ucap Mella
Mella tidak menjawab, aku lihat ke dalam kamar tumben sekali baru saja jam 9 dia sudah tidur. Aku tiduran di sofa, sambil bermain Hp. Seketika ada suara langkah kaki yang percis aku dengar, sama seperti siang tdi pertama kali sampai, di ruang tamu.
Kaget sekali suara itu kencang, aku bahkan sadar tidak sadar mendengar suara itu. Aku buka mata, mencari hp aku lihat jam 1:30 dini hari.
.
.
.
***Sialan gw merinding bgt, pas update jam segini lagi waktunya kebetulan bgt***
“Gubrakkk...”
Karna memang kebiasaan dia di rumah seperti itu, aku lanjutkan tiduran karna sangat ngantuk sekali.
“Gubrakkk...”
Hah! Kucing itu lagi, aku lantas bangun, keluar lagi dari kamar Nenek, ternyata kucing itu duduk di sofa, bekas aku tiduran tadi. Pikirku lapar, aku kasih sisa makanan yg ada ke kucing itu, pikirku agar kucing itu tidak bersuara.
“Sssttt.. diem iyah ada suara tangisan kakak lgi denger baik-baik suara itu dari mana”-ucap Fedi
“Hah kak kok ada suara kucing kak? Sejak kapan kucing itu ada?” -tanya Mella, dengan heran
“Mella heh jawab jangan melamun”-ucap Fedi lagi sambil mengoyangkan badan Mella
Bukanya menjawab Mella malah makin tersenyum aneh, aneh sekali dan ini baru aku dibuat merinding sekali, aku kalap.
Serrr... seperti ada setrum pada badanku ini, merinding yang aku alami sekarang baru aku rasakan. Disusul dengan tertawaan yg makin aneh, tapi tatapan dia yang asalnya kosong, sekarang mentapku tajam.
Dia makin tertawa menjadi dan kencang sekali, tanpa pikir panjang aku keluar dari kamar, aku kunci Mella di kamar itu. Aku menuju rumah kang Idim dengan lari tanpa sadar karna aku juga jadi kalap sekali.
“iyah siapa?”
“Ini Fedi ini Fedi”-ucap Fedi
“Oh iyah sebentar den, kenapa?”-ucap Teh Wati
“Kang Idim kalau mlm suka keluar den, plingan pulang subuh”-ucap teh Wati
“Kenapa keliatanya rusuh begitu?”-tanya teh Wati
“Huah... Kenapa malam ini seperti ini!”-ucap Fedi sangat kesal
“Iyah kamu udah bangun?”-sahut Fedi
“Pgen minum lemes sekali badan aku?”-ucap Mella dengan nada lemas
“Mel tdi kamu kenapa?”-tanya Fedi
“Kenapa apanya?”-sahut Mella, bingung sekali
“Engga aku engga ingat sama sekali, tapi aku tidur lelap bgt, sampe kerasa cape kak?”-ucap Mella, masih bingung
“iyah kakak juga gak paham lagi!”-sahut Fedi
“Kak udh jgn banyak omong lagi, siangan dikit kita balik dan kita ceritakan ini langsung ke ibu”-ucap Mella
“eh udh pada bangun? Aduh kirain mau bangun siang ini?”-ucap kang Idim
“Hehe engga kang sudah terbiasa bangun pagi”-ucap Mella dengan nada sangat sinis
“Ayo masuk, makan dulu”-ucap kang Idim
“Iyah? Oalah akang suka ada jadwal ngeronda”-ucap Kang Idim
“Teh Wati gak bilang gtu kang?”-tanya Mella
“Ah diamah suka pelupa orangnya?”-ucap Kang Idim
“Eh iyah, semalem kucing disini emang suka dikasih makan juga kang?”-tanya Fedi
“Hah! Kucing den? Belum pernah ada kucing disini aden salah liat kali”-ucap kang Idim
“Iyah nih kang”-ucap Mella memberikan kunci yang gantungannya tali itu.
Untuk menghabiskan rasa curiga, selagi menunggu Mella beres-beres barang bawaan untuk pulang, aku sapa kang Obar.
“Haduh kang hari ini juga mau pulang dulu ada keperluan mendadak?”-sahut Fedi
“Kalau malam pdahal aku gak teman ngopi kang”-sahut Fedi memancing pertanyaan
“Akang kalau malam suka di rumah den”-ucap Kang Obar
Sedang aku berjalan menuju arah pohon itu, aku dari kejauhan melihat kang Obar juga memperhatikan dari jauh. Aku tidak pedulikan sama sekali.
Selsai membereskan barang-barang dan kamar Nenek, langsung berjalan menuju ruang tamu, lagi-lagi bau bunga melati tercium kembali. Sudah tidak terhitung bau itu.
Dengan penuh ketegangan, karna kemarin kunci ini tidak berfungsi aku gunakan, sedikit demi sedikt.
“Ceklekkk...”
Tidak aku pikirkan walau sangat menganggu sekali. Baru sekian langkah berbalik. Suara sepatu yg berjalan itu ada lagi, itu apa sebenarnya? Pertanda atau apa? Sialan!
“Ceritakan semuanya pada ibu, nanti juga den Fedi mengerti kenapa semua ini terjadi dan seperti ini, karna den Fedi juga sudah besar dan akan paham”-ucap kang Obar
Kenapa dengan kang Obar?
Bukanya menjawab kang Obar malah pergi begitu saja, tanpa ada jawaban sama sekali
“Mel kamu nyangka engga sih rumah Nenek bakalan jadi seseram itu?”-tanya Fedi
“Serius kamu lihat?”-tanya Fedi, sangat kaget
Perjalanan pulang tidak seasik perjalanan berangkat, Mella lebih banyak melamun.
“Maksudnya Mel?”-tanya Fedi
“iyahkan kakak lihat tuh kang Obar malam itu bawa sesajen gtu kan dari pohon beringin?”-tanya Mella
“Iyah bisa jadi itu sesajen yang kang Obar simpan kak, mungkin untuk meminta pada penunggu pohon beringin itu?”-ucap Mella
“Hmm bisa jadi tapi untuk meminta apa?”-tanya Fedi
Selepas perjalanan 2 jam akhirnya sampai di Rumah. Ibu kaget dengan kepulangan aku dan Mella.
“Bu sini ada hal penting harus kita obrolkan?”-ucap Mella
“Oh ibu tau, apa yang kalian mau obrolkan, sana mandi dlu, tr malam ibu juga pulang sekarang ada urusan dulu”-ucap Ibu
Intinya sudah sampai dirumah. Masuk ke kamar, aku sangat lelah sekali karna tidak tidur semalaman dan pulang dengan jalanan macet.
“Prakkk...”
Coba aku pejamkan mata, sialnya sosok rambut panjang yg aku lihat di dapur rumah Nenek jelas sekali ada ketika aku semakin memejamkan mata, semakin terlihat. Sial kenapa bisa seperti ini.
“Mel woy..”-ucap Fedi
“Mella!!!!”-teriak Fedi
“Hah iyah kak”-jawab Mella, kaget
“Lah kak ngapain aku disini? Tadinya aku mau tiduran loh kak?”-ucap Mella, heran sekali
“Makanya ibu pulang sekarang!”-ucap Fedi
“Yaudah iyah Ibu pulang!”-ucap Ibu dengan nada marah
Bayangan Nenek sekarang yang aku pikirkan kuat, lebih tenang, sesekali memejamkan mata, sosok wanita itu tidak ada.
“Iyah iyah...”-ucap Fedi
Tidak terasa ternyata aku bisa juga ketiduran, rasanya badan pegal sekali, keringat di baju juga terasa basah sekali, tumben aku tertidur bisa dengan keadaan seperti ini. Kelelahan karna semalam tidak bisa tidur, sepertinya.
Hah jam 9 malam! Berapa jam aku tidur? Bisa-bisanya seperti ini, tidak lama aku bergegas mandi, badan masih terasa lemas, namun guyuran air bisa membuat sangat segar sekali.
“Terlalu panjang ibu ceritakan soal rumah itu?”-sahut ibu dengan nada lemas
Aku paham, soal ini mungkin bagi Ibu berat sekali, bagaimana kenangan bersama nenek dan tentunya rumah itu.
“Jika kalian tahu yang sebenarnya, apa kalian juga akan mengerti?”-tanya Ibu, pada Mella dan Fedi dengan mengucurkan air mata
“Tidak tau bu, rambutnya panjang terurai seperti Mella?”-ucap Fedi
“Hah! Itu aku mimpikan kak serius, malam pas tidur di kamar Nenek”-sahut Mella, menambahkan
“iyah ibu paham, mungkin dari sini ibu jelaskan”-ucap Ibu
“Nenek bilang sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar rela kalau suaminya punya istri lagi, walau dalam ucapanya menerima, hati kecilnya tidak pernah menerima sama sekali”-ucap Ibu
“TUMBAL! Iyah Nenek cerita perempuan itu di jadikan tumbal oleh Kakek agar bisnisnya berjalan lancar!” Bentak Ibu, kesal
“apa yang kamu lihat di pohon beringin itu Fed?”-tanya Ibu pada Fedi
“Iyah Mel, kakak lihat itu dengan mata kakak sendiri”-ucap Fedi menyakinkan.
“Entah Mel ibu tidak tau soal perempuan itu bagaimana, tapi Ibu hapal betul tidak ada yang mau mati dengan sia-sia, walau takdir kadang bisa berkata lain”-ucap Ibu
“Kenapa dengan kang Idim bu?”-tanya Mella
“Bu yang aku lihat kang Obar, bukan Kang Idim”-ucap Fedi
“Iyah bu”-ucap Fedi
“sampai bosan ibu menegur Idim, sampai ibu punya akal, kalau tiap malam Obar suruh mengecek pohon itu, bila ada sesajen bawa pergi,
Tapi aku tidak mau menceritakan hal itu, pada Ibu takutnya malah menjadi permasalahan lainya.
“Ibu dan Ayah kamu sudah bosan menawarkan rumah Nenek itu, sampai 7 orang yang sudah bilang tertarik, tetapi sama seperti kalian berbagai gangguan aneh selalu ada.”-ucap Ibu
***
***
-------------------------------------------
Sampai jumpa dicerita selanjutnya.
Typing something scary and sharing lessons, enjoy, be careful he is beside you!!!
salam.
@bacahorror @InfoMemeTwit @ceritaht
#hororstory #bacahorror #horror
[ #qwertypingstory ]