S R C Profile picture
May 6, 2020 143 tweets 20 min read Read on X
--Thread Horror
KAMAR TIGA BELAS

Mempersembahkan sebuah karya @deffrysrc see u on the story!

@bacahorror #bacahorror
Halo semuanya,

Di kesempatan kali ini saya akan bercerita tentang "Kamar Tiga Belas".

Hati hati dalam membaca, mereka
tidak hanya ada didalam cerita
melainkan hidup berdampingan
dengan kita.

See u on the story!
"TOK TOK TOK"

"TOK TOK TOK"

"TOK TOK TOK"

"Permisi ... Permisi"

"Sebentar" kudengar suara wanita dari rumah, sembari menunggu aku melihat hp yg sedang aku genggam memastikan kalau ini adalah alamat tujuan yang benar.
"Srek, Ngeeeek" suara pintu itu mengalihkan perhatianku kepada sosok wanita paruhbaya "Ibu Cita ya ?" tanyaku memastikan.
"Bener dek, dengan siapa ya ?" ucap ibu Cita sambil menjulurkan tangannya kepadaku, "Saya Anisa bu, yang barusan menelpon" ku julurkan juga tanganku menyalam tangannya.
"Mari - mari masuk dulu" tawar ibu Cita pada-ku, dengan disuguhi air dingin kami memulai perbincangan kami yang sebelumnya sudah di bahas melalui telepon.
"Jadi kapan kamu pindah kemari ?" tanya bu Cita, "Kalau bisa sekarang bu, soalnya saya sudah membawa barang pindahan" jawabku pada ibu kost baruku ini.
"Kalau begitu mari ibu antarkan ke kamar kamu" sembari mengambil kunci dari atas meja ibu Cita membawaku ke kamar yang akan menjadi tempat tinggalku nanti.
"Anisa, ini kamarnya" tunjuk ibu Cita ke arah kamar yang letaknya ada dipojokan. Aku melihat kamarnya sudah dibersihkan, kamar ini lumayan bagus dengan ubin keramiknya.
"Maa.. Maa.. Maa.."
Pandanganku dan bu Cita dialihkan teriakan yang berasal dari rumah. "Bentar ya dek, ini kunci kamarnya. Kamu masuk duluan, saya mau lihat anak saya sebentar" Ucap ibu Cita sambil memberikan dua buah kunci.
"Ceklek, Ceklek" kuputar kunci pintu kamarku kearah kiri dua kali, setelah itu kudorong pintu yang ada dihadapanku ke arah depan.
"Wah bagus juga ya kamarnya, sepertinya kamar ini bekas cewe yang rapih" ucapku sambil berkaca pada lemari pakaian.
"Brruuuk"
Seperti ada orang yang terjatuh dari arah kamar mandi, "Siapa didalam ?" tanyaku. Begitu lama aku menunggu tidak ada satu patah kata pun yang menyahut. Ku buka perlahan pintu kamar mandi.
"Anisa," suara bu Cita mengagetkanku, "Huft" kuhela nafasku begitu panjang. "Eh iya bu ?" "Maaf dek, ibu lupa ngasih tau. Itu satunya kunci pager depan" jelas ibu kost baruku ini. "Oh iya bu, makasih bu" balasku.
Setelah bu Cita kembali kerumah, aku yang lelah memutuskan istirahat di atas kasur yang empuk.
Tiba - tiba ada seorang anak kecil datang duduk disebelahku. "Adek namanya siapa ?" tanyaku polos, "Maria kak" jawab anak kecil yang sepertinya sepantaran dengan adikku kelas 2 SMP. "Halo aku Anisa" ucapku memperkenalkan diriku.
"Kak aku boleh minta tolong ga ? Ambilin bonekaku di kamar mandi" ucap Maria sambil menunjuk ke arah kamar mandi.
"Boleh, sebentar ya" aku menuju kekamar mandi, mungkin bonekanya ketinggalan saat renovasi kamar ini, pikirku.
Kubuka perlahan kamar mandiku, "Hah?" aku melihat boneka yang penuh berlumuran dengan darah, "Bonekanya kok berdarah ?" kuarahkan pandanganku ke arah sebelumnya Maria, dia sudah tidak ada pergi entah kemana tanpa suara sedikit pun.
Kuambil boneka itu dan kubersihkan dengan air bersih, tengah membersihkan boneka itu kurasakan seperti boneka itu seakan hidup, boneka itu menggenggam tanganku.
Kulemparkan segera boneka itu ke dalam ember yang berisi penuh air, "Tolong, Tolong" boneka itu minta tolong seakan dia hidup. Aku langsung bergegas keluar dari kamar mandi karena ketakukan.
"Sekarang saatnya kamu yang mati!" kata seorang pria yang membawa pisau menuju kearahku. Pria itu menusukkan pisaunya ke arah dada kiriku "Haaaaaakkkkh"...
Aku terbangun dari mimpi burukku, "Huft, untung saja cuma aku hanya bermimpi" gumamku dalam hati. Semua pakain yang kukenakan basah karna rasa takut dari mimpi buruk itu.
"Lebih baik aku beres beres kamar, lalu mandi dan mencari makan malam" setelah kususun rencana aku memutuskan untuk menyusun pakainku kedalam lemari dulu.
Satu per satu kupindahkan pakaianku dari koper ke dalam lemari, "Awww.." sebuah paku menggores tanganku, goresannya sangat dalam sehingga membuat tanganku terluka mengeluarkan sedikit darah.
Hendak membersihkan sedikit darah yang menetes pada alas pakaianku, kuangkat sedikit alasnya agar darahnya tidak mengalir ke pakainku. Kulihat seperti ada sepucuk surat yang tertimpa dibawah alas pakain ini.
"Surat apa ini ? Nanti saja aku baca, setelah selesai beres - beres" sembari meletakkan surat itu disudut mejaku yang mepet tembok kamarku. Setelah beres - beres, kuhidupkan air dengan maksud menampungnya terlebih dahulu, "Aaaaaaaaaa" teriakku kaget.
Bukan air yang mengalir dari keran itu, tapi darah. Suara teriakanku membuat tetangga sebelah kamarku menghampiriku. "Ada apa ?" tanya tetanggaku padaku.
"Tolong aku kak, keranku kamar mandiku mengeluarkan darah" ucapku sambil terisak isak menangis ketakutan. "Mana coba aku lihat ?" tetanggaku langsung masuk.
"Mana ? Tidak ada apa apa disini" ucap wanita itu padaku. "Bener kak, tadi aku melihat darah" ucapku sambil mengusap pipiku yang sudah dibanjiri air mata.
"Kamu baru ngekost disini ya ?" wanita itu kemudian menjulurkan tangannya "Jenny" ucapnya lagi mengajakku berkenalan.
"Namaku Anisa kak" menyalam tangannya, "Ah kamu tidak usah panggilkan aku baru 21 tahun, sepertinya kita sebaya" ucap Jenny agak canggung karena panggilanku kepadanya
"Kalau ada apa apa tidak usah sungkan datang saja kerumahku" Ucap Jenny sembari meninggalkanku. "Terima kasih kak, eh Jen" balasku sebelum dia melewati pintuku, dia hanya menoleh dan tersenyum kecil.
Aku berfikir berulang kali, "Apakah aku masih bermimpi ?" kucubit pipiku keras "Aw" ternyata ini bukan mimpi lagi, "Sudahlah, lebih baik aku mandi sekarang, sebelum lebih malam" langsung kuambil handuk dan mandi.
"Tok, Tok ,Tok"

"Kak Jen.. Kak Jenny"

"Srekkk, Ngeekk" pintu Jenny terbuka, "Kak, eh Jen. Kamu sudah makan malam belum ?" tanyaku sembari mengikat rambutku. "Belum, kamu mau makan ?" balasnya
"Mau makan bareng ga ?" tanyaku mengajak Jenny "Boleh, sebentar matiin laptop dulu" jawabnya. Setelah itu kami berjalan berdua keluar kost, menuju tempat makan kaki lima.
"Jadi kamu Nis, sudah bertemu penunggu kamar 13 ?" tanya Jenny ketika aku sedang menyantap makananku "Uhuk, uhuk, uhukk"
aku terbatuk mendengar pertanyaan Jenny, "Nih minum dulu" disodokar segelas air padaku yang terlihat kaget.
"Maksudnya gmn ?" pertanyaan Jenny buat aku sungguh penasaran. "Jadi kamar yang kamu tempat sudah kosong dari 2 tahun lalu semenjak ada seorang wanita yang mati bunuh diri setelah membunuh Maria anak Ibu Cita" jelas Jenny padaku.
"Terus, terus ?" rasa penasaranku semakin menjadi akan kasus ini, "Sampai sekarang semua orang yang tinggal dikamar itu selalu diganggu Maria, seakan minta tolong gitu" tambah Jenny "Malang sekali nasib Maria" balasku menanggapi Jenny.
"Kamu udh kenal sama Mario ?" tanya Jenny lagi, "Mario siapa lagi ?" balasku. "Mario itu kembarannya Maria, pada saat kejadian dia melihat pembunuhan sadis itu, namun nasib baik Mario tidak ikut dibunuh tapi sekarang Mario jadi trauma berat" jelas Jenny
"Trauma gmn ?" tanyaku sambil mendekat dan berfokus pada mulut Jenny, "Ya seperti rasa trauma berlebihan, Mario selalu takut. Sampai sekarang dia hanya bisa ngomong Ma.. Ma.. Ma.. memanggil bu Cita" semua penjelasan Jenny membuatku merinding.
"Tapi aku minta tolong, jangan karna cerita ini kamu jadi langsung pindah. Ibu Cita saat saat seperti ini sangat membutuhkan dana untuk pengobatan Mario" pinta Jenny, karna melihat aku sudah ketakutan.
Pantas saja saat pertama kali menghubungi ibu Cita menolak kalau aku tinggal di kamar itu, tapi ga lama dia menghubungiku kembali, ternyata karena butuh dana buat pengobatan Mario. "Hufttt" kubuang nafas panjang.
"Hai Jenny," sapa seorang wanita memecah lamunanku. "Baru pulang Liv ?" tanya Jenny pada wanita itu, seperti mereka sudah dekat.
"Iya nih, lagi ada temen ya ?" tanya wanita itu bermaksud diriku.
"Kenalin nih, anak kost baru" ucap Jenny memperkenalkanku kepada wanita itu, "Nisa" sapaku sambil memperkenalkan diri, "Olive" balasnya "Kamar 13 ya ?" sepertinya wanita ini satu kostan denganku makanya dia tahu aku tinggal di kamar 13. "Iya mbak"
balasku.
Karena hari sudah malam begitu juga kami sudah selasai makan, kami bertiga akhirnya pulang kekostan. Kulihat Olive masuk ke kamar 9, "Kak Olive, kamarnya yg ini ya ?" tanyaku sebelum dia masuk kedalam kamar.
"Iya, gausah panggil kak. Panggil Olive aja, aku sepantaran dengan Jenny kok" ucap Olive sambil membuka sepatunya. "Oh iya, maaf Liv sebelumnya" balasku. "Aku masuk duluan ya, cape habis pulang kerja" ucapnya sambil meninggalkanku masuk kamar.
Karna Jenny sudah masuk duluan, aku juga masuk ke dalam kamarku.

"Hoaaaaaamm" aku sudah mengantuk bergegas aku naik ke atas kasur, sembari baringan aku memainkan handphone.
"Tolongg, blubeeek blubeeekk"

"Hakkkhhh, TolllooOooong"

"Bluuuubekkkkk, Bluuuubekk"

Kudengar suara minta tolong dari arah kamar mandi seperti orang yang ditenggellamkan kepalanya dan disiksa berulang kali.
"Maaa.. Ma... Ma.."

"Maaa.. Ma... Ma.."

Begitu juga teriakan suara Mario yang seperti aku dengar tadi siang memanggil ibu Cita.
Bergegas aku ke arah kamar mandi, kubuka pintu kamar mandiku perlahan, kulihat Maria sedang ditenggelamkan, dia disiksa begitu kejam, aku sangat takut untuk menolong.

Kuberanikan diri untuk masuk, tiba - tiba aku ditusuk benda tajam dari balik pintu kamar mandiku "Haakkk".
"ASTAGAAAA"

Aku terbangun dari mimpi burukku sembari memegang perut bekas tusukan di dalam mimpiku itu. Aku seperti merasakan reka ulang pada kejadian 2 tahun silam. Tapi, aku tidak tahu siapa pelakunya yang menyiksa Maria, karna badannya tertutup oleh pintu kamar mandi.
Kulihat jam yang menempel di dinding kamar menujukkan sudah pukul 03.15, aku tak bisa tertidur lagi karena takut mimpi itu datang lagi, kuputuskan untuk menunggu adzan subuh.
Ketika adzan sudah berkumandang, kuambil handuk dan bergegas mandi. Bersiap - siap karna harus berangkat pagi, kalau tidak bisa dapat surat peringatan lagi aku.
---Cek ombak dulu, kalau ceritanya menarik bakalan gua lanjut.

Kalau kalian suka, tinggalkan love.
Kalau mau rame, re-tweet ya :")
Tepat 07.00 aku berangkat dari kost menggunakan motor matic yang sudah menemaniku beberapa tahun bekerja dikota ini, kuangkat kaca helmku lalu kuhidup udah segar pagi hari. Perjalan dari kost ke kantorku tak terlalu jauh, sekitar 10 menit aku sudah sampai di parkiran kantor.
Sebelum 07.30 biasanya pegawai disini harus sudah absen terlebih dahulu dan mulai bekerja 08.00, di kantor ini juga diberikan estimasi keterlambatan selama 15 menit, tetapi kalau terlalu sering telat ya seperti aku nasibnya bakalan dpt surat peringatan dari ibu manager.
"Selamat pagi bu Siva" sapaku ke pada ibu manager dikantor ini "Pagi, tumben kamu tidak telat Anisa" ucap bu Siva sambil tersenyum kecil. Dikantor ini bisa terbilang aku adalah salah satu pegawai yang sering terlambat karena jarak kost lamaku ke kantor cukup jauh.
Kebetulan aku bekerja dibidang pemasaran, sudah tanggung jawabku dan teman - teman yang sebidang denganku ketika melayani konsumen yang akan membeli produk kami. Tak cukup disiplin, sebagai pegawai pemasaran aku juga dituntut harus cekatan dan cepat melayani konsumen.
"Anisa berkas seminggu lalu tolong antarkan keruangan saya" pesan bu Siva melalui grup kantor. "Haduh" ucapku sembari mencari berkas penting itu, aku lupa menaruhnya dimana. "Mba Fira masih ingat ga berkas yang diberikan bu Siva ?" tanyaku kepada mba Fira yang baru saja melayani-
konsumen. "Tidak, coba tanya Rina" jawab mba Fira sambil mengangkat kedua pundaknya, aku langsung bergegas ke ruangan Rina yang baru dipindahkan ke bidang keuangan.

"Rina, maaf Rin ganggu. Kamu lihat tidak berkas yang diberikan bu Siva seminggu yang lalu ?" tanyaku penuh harap
"Coba kamu lihat di lantai 2, terakhir kita rapat disana" jawab Rina yakin kalau berkas itu ada diruangan itu.

Bergegas aku berlari menuju ke arah lift, "Bruuuuuggg" aku menabrak seseorang bertubuh lebih besar dariku. "Kamu kira kantor ini tempat marathon seenaknya berlari ?"
Aku seperti mengenal suara itu dan seperti sosok yang mengancam akan membunuhku ketika pertama kali tertidur diatas kasur kostan.

"Maaf pak, saya tidak sengaja. Lagi terburu - buru" ucapku merasa bersalah karna sudah berlari di dlm kantor. "Sudah - sudah, lain kali hati hati."
sembari membersihkan jasnya, pria itu pergi meninggalkanku. "Tapi siapa pria itu ? Apa hubungannya denganku ? Knp didalam mimpiku dia mau membunuhku ?" ucapku di dalam hati semakin penasaran.

Setelah sampai dilantai 2, kulihat berkas penting yang dibutuhkan masih di atas meja.
"Huft" kuhela nafasku panjang, aku masih beruntung karena berkas ini tidak dibuang oleh cleaninh servis, bisa - bisa dipecat aku kalau berkas ini hilang.

"Bu, berkasnya saya letakkan di atas meja ibu" pesanku kepada bu Siva dari grup kantor.
Tidak terasa bel untuk istirahat berbunyi menandakan semua pegawai sudah bisa makan siang.

Sedari pagi belum makan perutku sepertinya sudah keroncongan.

"Mba Fira ke kantin yuk makan!" ajakku pada mba Fira yang masih berada didepan komputernya.
"Yuk, aku juga sudah lapar" balas mba Fira langsung beranjak dari kursinya. "Oh iya gimana berkasnya, apakah sudah ketemu ?" karna sudah ketemu langsung kuangguk kepalaku kepada mba Fira.

"Kamu kok lesu banget Nis," tanya mba Fira lagi. "Iya mba" jawabku singkat.
"Dari sore kemarin aku mimpi buruk mba, kaya ada yang aneh dikostku yang baru" jelasku pada mba Fira yang sedang memesan makanan.

"Makanya sebelum tidur baca doa" kata mba Fira sambil menepuk pelan pundakku. "Iya mba aku lupa, selalu ketiduran" ucapku pelan.
"Mba Mba, coba lihat pria itu" sambil menunjuk kearah pria yang duduk di pojokan kantin. "Kenapa emang ?" tanya mba Fira sambil menautkan kedua alisnya penasaran.

"Mba kenal ga dengan pria itu ?" tanyaku balik kepada mba Fira yang sedang makan.
"Dia adalah adiknya pemilik kantor, karena boss sudah meninggal akhirnya dia yang melanjutkan usaha kantor ini, sudah hampir 2 tahun dia mengurus kantor ini" jelas mba Fira kepadaku

"Oh begitu ya mba," sembari makan aku sedikit melamunkan mimpi burukku pada sore kemarin.
"Apa pria itu memiliki hubungan dengan keluarga bu Cita ?" sembari melamun, "Hehhh" tiba - tiba aku di kagetkan oleh suara mba Fira yang sudah selesai makan. "Masih siang udah ngelamun Nis, kamu punya masalah ? Tidak seperti biasanya" tanya mba Fira yang penasaran padaku.
"Tidak apa apa mba, aku hanya kurang enak badan" kualihkan pembicaraan agar membuat mba Fira tidak menanya semakin jauh.

Setelah makan siang aku dan mba Fira kembali ke kantor. Melakukan perkerjaan kami sampai jam sudah menunjukkan 17.20, sebentar lagi pulang kantor.
"Mba aku pulang duluan ya," aku berpamitan kepada mba Fira karena sudah terlalu lelah. "Jangan lupa absen dulu Nis" sembari menyusun barang bawaannya, mba Fira mengingatkanku. "Siap mba" bakasku meninggalkan mba Fira.
Ditengah perjalanan ketika menuju kost aku dihentikan oleh lampu merah. Kulihat ke sekeliling arahku. "Lah, pria itu ?" dia menurunkan kaca mobilnya menunggu lampu hijau menyala.

Ketika lampu hijau menyala, aku langsung mencap gasku, ditengah perjalanan aku merasa diikuti.
Kulihat kearah spionku,
"Shit kenapa mobil pria itu selalu membuntutiku ?" aku berpikir apakah pria itu belum puas atas permintaan maafku.

Sesampai dikosan, aku langsung menuju parkiran. Dengan sedikit tergesa - gesa aku berlari kedepan, melihat mobil pria itu apakah masih ikut.
Pria itu turun dari dalam mobil, dan membawa sebuah koper. "Maaaa.." teriak pria itu seperti memanggil seseorang ke dalam arah rumah.

"Nak Anisa !?" aku dikagetkan oleh bu Cita yang memegang pundakku, "Bapak udah baru pulang ?" tanya bu Cita pada pria itu.
"Eh bu Cita" sambil tersipu malu aku mulai memutar badan mau masuk ke arah kost. "Siapa Ma ? ada anak kost baru ya ?" "Eh kamu ?" kata pria itu kaget melihatku.

"Loh kalian sudah kenal toh ?" tanya bu Cita kepada kami berdua. "Dia pegawai dikantor kita mah" jawab pria itu.
Aku mulai bingung dari penjelasan Jenny, ibu Cita katanya butuh uang untuk pengobatan Mario, padahal ayah Mario sekarang pemilik perusahaan meskipun tidak terlalu besar. Jadi siapa yang harus kupercaya ? Jeny atau mba Fira ?
Masih didalam teka - teki pikiranku belum bisa menjawab
"Permisi bu, pak saya masuk dulu. Oh iya pak perihal tadi siang saya minta maaf pak" ucapku sedikit malu di depan bu Cita. "Sudahlah, tidak apa apa" jawab pria itu.

Aku langsung pergi meninggalkan mereka, masuk kekamar dan mulai berpikir.
1. Jenny bilang bu Cita butuh uang
2. Mba Fira bilang kalau pria itu adalah seorang boss dikantorku
3. Knp sosok pria itu datang ke dlm mimpiku dan mau membunuhku ?

Semua teka - teki ini sangat sulit untuk kupecahkan. Aku harus dapat jawaban.
"Tok, Tok, Tok"

"Tok, Tok, Tok"

"Jenny,..Jenny"

"Sreeekk, Ngeekk" pintu Jenny terbuka tidak terkunci. Kulihat tidak ada orang di dalam.

"Tok, Tok, Tok"

"Olive, Olive"

"Bentar lagi pake baju" bisik Olive sambil mengintip sedikit dari balik pintunya.
"Olive kamu udh makan belum ?" tanyaku pada Olive yang baru saja mandi, "Belum" jawab Olive seperti mau bersiap - siap pergi. "Mau makan bareng ga ?" tanyaku lagi pada Olive. "Hayuk, ajakin Jenny sekalian" balasnya sambil bersisir di depan kaca besar.
"Jenny ga ada dikamarnya, ga ada orang didalam. Kamarnya juga tidak terkunci" jelasku pada Olive.

"Oh, mungkin dia sudah duluan" ucap Olivia yang sebelumnya udh diajak makan juga oleh Jenny.

"Yasudah ayo kita susul Jenny" ucapku mengajak Olive.
Sembari berjalan aku membuka obrolan kecil "Liv, kamu sudah berapa lama tinggal di kost bu Cita ?" , "Sudah cukup lama sih, sama seperti Jenny hampir 3 tahun"
Jawabnya dengan cepat.

Kalau begitu Olive juga pasti tahu tentang kasus kamar 13.

"Kamu tau Maria ga ?" tanyaku
"Kamu sudah pernah bertemu Maria ?" balasnya balik bertanya

"Ah tidak, saya hanya dapat cerita dari Jenny" jawabku berbohong.

"Jangan sampai kamu bertemu Maria, kalau tidak kamu akan diganngu terus olehnya. Karena dibunuh, arwahnya masih gentayangan" jelas Olivia
Entah kenapa setiap ada yang bilang kalau Maria meninggal karena dibunuh membuatku membayangkan sosok pria yang mengancamku dalam mimpi.

Masa iya, seorang Ayah tega membunuh anaknya. Lagian sikap bossku itu rendah hati dan tidak sombong.

"Aduh," kakiku tersandung batu
"Aduh, itu jari kelingking kakimu terluka" ucap Olivia sambil menunjuk ke arah darah yang sudah mengalir dari jariku.

"Mending kita kekosan dulu, kita obati dulu kakimu" tambah Olivia.
Karena begitu perih kurasakan, aku memutuskan menerima saran dari Olive.
"Aw, Aw, Aw" melihat darah yang masih mengalir membuatku teringat dengan tanganku saat tergores. Aku ingat diatas mejaku masih ada sepucuk surat. Bisa saja itu adalah salah satu sebagai petunjuk.

"Terima kasih, Liv" ucapku pada Olive yang sudah selesai mengobati kakiku.
"Kamu tunggu disini saja ya, biar aku saja yang membeli makanan"
Ucap Olive sambil meninggalkanku

Karena Olive pergi, waktunya aku untuk membaca sepucuk surat itu.

Kudekatkan kursiku kearah meja, dan mengambil surat itu.
Untuk Ibuku dan Ayahku
Orang yang paling aku cintai.

Pak buk, kalau kalian baca surat ini berarti kalian sudah tau jikalau aku sudah meninggal.

Maafkan aku pak buk, aku tidak tahu ini akan terjadi. Karna perhatiannya yang lebih, membuatku jatuh dalam dosa yang besar.
Sudah lama aku diancam untuk dihabisi, karena akan merusak rumah tangganya.

Tapi aku ga bisa menjauh begitu saja bu pak, aku sudah terlanjur sayang dengannya sampai aku rela disetubuhi olehnya.

Maafkan aku pak buk,
Anak sangat sayang padamu.
Isi surat ini sungguh kejam, air mataku menetes membasahi pipiku.

"Anisa, knp kamu menangis ?" suara Jenny mengagetkanku langsung ku sembunyikan surat itu ke bawah kolong meja. "Engga Jen, aku tadi tersandung. Rasanya perih makanya aku menangis" jawabku berbohong.
Tidak lama dari Jenny datang, Olive datang membawa makanan yang sudah dibungkuskan untukku.

"Kamu makan dulu nih," ucap Olive sembari menyodorkan makanan yang dibawanya. "Knp dia menangis Jen ? Kamu marahin ya ?" tanya Olive kepada Jenny dengan muka polos tanpa dosa.
"Engga kok Liv, aku merasa sedikit perih saja makanya aku menangis"
Jawabku menghentikan obrolan mereka sebelum terjadi perdebatan.

Setelah makan, Olive dan Jenny pamitan untuk kembali ke kamar karena besok pagi kita bekerja jadi harus tidur yang cukup.
Setelah kamarku sepi, aku naik ke kasur dan mulai menyatukan satu per satu clue yang aku dapatkan.

Apakah mungkin, kasus ini adalah balas dendam sakit hati dari wanita yang menulis surat ini hingga iya membunuh Maria ? atau dia yang sebenarnya dibunuh ?
Seketika kepalaku mulai berat dan terasa pusing. Kurasakan kembali reka ulang kejadian 2 tahun silam.

"Tolongg , bleeebek bleebekk"
"Bleeeebeeekk , TolooOoong"
"Akhhhh, toloooOoongggggg"

Kemudian aku merasa takut dan kuberanikan diriku kedalam kamar mandi, kemudian aku ditusuk.
Dari yang kudapat, tangan yang menenggelamkan Maria tangannya tidak bisa kutebak, tanganya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil seperti tangan wanita. Dan kenapa ketika aku masuk kekamar mandi dia tiba - tiba menusukku ?

"Tunggu dulu, aku ditusuk. Apakah aku meninggal ?"
Kalau aku meninggal berarti tanggapan orang selama ini salah tentang wanita itu. Dia tidak bunuh diri, melainkan dibunuh.

"Ah, entahlah pikiranku sangat kacau tidak bisa berpikir jernih.
Pokoknya aku harus cari bukti lainnya dari anak kost lama"

Kutanamkan tekad bulat pd diriku
---Gua istirahat bentar ya pegel banget. Mon Maap 🙏
Kutarik selimutku sebelum tidur kuawali dengan membaca doa, mudah - mudahan aku menemukan salah satu petunjuk dari Tuhan.
"Hiks, Hiks"

"Maa.. Ma.. Ma.."

Suara teriksak - isak kulihat, seorang anak menangisi tubuh kembarannya yang sudah pucat dan kaku.

Ibu Cita datang menghampiri Mario yang sedang menangis. Tak tahu lagi bagaimana perasaan seorang ibu melihat putrinya meninggal.
"Dasar wanita jahhannam" Kata bu Cita kepadaku. Aku tidak bisa memberikan pembelaan karena diruangan ini hanya ada aku dan Mario berserta mayar Maria. Tidak ada lagi orang yang dapat dituduh, tuduhan penuh kepadaku.
"Paaaaarrr"

"Astaga" Suara tamparan itu membangunku, kulihat jam yang menempel didinding sudah pukul 03.30 sebentar lagi adzan subuh.

Sedari Adzan subuh aku tidak bisa tertidur lagi, karena kakiku yang tersandung masih sakit. Aku memutuskan untuk izin sakit di grup kantor.
Pagi pagi sudah kulihat bu Chita sedang memasak didapur. "Mungkin ini kesempatan buat cari informasi" pikirku sambil berjalan ke dapur.

"Pagi bu Cita" sapaku padanya yang sibuk memasak. "Eh, Anisa kok sudah bangun ?" tanya bu Cita.

"Iya nih bu, habis sholat" jawabku mendekat
"Wih masak apa nih bu ?" tanyaku sok akrab. "Ini makan buat suami saya, soalnya dia mau berangkat ke luar kota" jelas bu Cita.

"Ada siapa bu ?" tanya suami bu Cita yang baru keluar dari kamar mandi. "Ada Anisa pak" jawab bu Cita.

"Selamat pagi pak" sapaku pada suaminya bu Cita
"Saya baru lihat grup, kamu izin ya ?"
Dia tidak membalas sapaanku malah bertanya tentang pekerjaan, dengan rasa sedikit kesal "Iya pak" kujawab singkat pertanyaannya.

"Kamu sakit apa ?" tanyanya lagi, "kemaren malam saya tersandung batu pak" jawabku pula.
"Oh iya, maaf sebelumnya pak. Kita belum berkenalan sedari awal bertemu, kebetulan saya juga masih baru dikantor bapak" sembari menjulurkan tanganku kehadapannya "Pak Ardi" dia meperkenalkan dirinya, "Anisa pak" ucapku pula memperkenalkan diri.
Meskipun aku sudah beberapa tahun tingga di kota ini, tapi masih bisa terbilang aku bekerja di kantor pak Ardi, makanya aku tidak terlalu kenal dengan beli. Beda dengan ibu Siva manager yang sangat bawel.
"Ayo Nisa makan dulu, kebetulan ibu masak banyak nih" ajak ibu Cita sembari mengambilkan piringku.
Karena tidak enak menolak, maka dengan malu aku duduk disebelah ibu Cita. "Kamu tidak usah malu, anggap aja rumah sendiri" kata pak Ardi padaku. "Hehe iya pak" jawabku tersipu malu.
Tingkah pak Ardi begitu baik, tidak mungkin dia mau melakukan hal sebejat itu, membunuh anaknya sendiri. "Anisa ?!" lagi - lagi aku kepergok sama bu Cita sedang melamun, "Baru juga pagi sudah memikirkan beban hidup" ucap bu Cita yang sudah memecah lamunanku.
"Maaa.. Maa.. Maa.."

Teriak Mario dari kamar, "Sebentar ya Mario sudah bangun" sembari meninggalkanku dan pak Ardi.

Karena berdua dengan pak Ardi, aku sungguh meresa canggung sekali, kuberanikan untuk membuka topik pembicaraan. "Mau kunjungan ke kota mana pak ?" tanyaku
"Mau ke kota Merdeka, kebetulan ada konsumen yang sudah lama bekerja sama dengan kantor kita" jawab pak Ardi, aku mulai sedikit memikirkan tentang perkataan Jenny, kalau bu Cita butuh uang. Padahal kantor pak Ardi begitu banyak konsumen bahkan sampai ada konsumen yang sudah lama
bekerja sama dengan kantor.

"Anisa, tolong ambilkan air dalam ember nak" teriak ibu Cita dari dalam kamar. "Sebentar bu" sembari meninggalkan pak Ardi aku beranjak ke toilet, ku ambilkan ember dan kuisi air. Sembari berjalan kekamar kulihat foto keluarga bu Cita dan pak Ardi.
Kulihat ada seseorang yang begitu mirip dengan pak Ardi, apakah itu adiknya pak Ardi ? atau kakaknya yg sudah meninggal ? timbul lagi pertanyaan dikepalaku. "Anisaaaa"
"Sebentar bu" langsung aku bergegas masuk ke kamar Mario.
Seperti melihat hantu, Mario teriak ketakutan. "Maaa.. Ma... Ma..." sambil menunjuk ke arahku.
"Sudah Nis, kamu keluar saja. Mario trauma melihat orang baru" kata ibu Cita sambil membawaku keluar dari kamar Mario.

Aku pun bergegas ke dapur, melanjutkan makan bersama pak Ardi.
"Pak, makasih ya makanannya" ucapku pada pak Ardi sambil meletakkan piringku di wastafel.
"Anggap aja rumah sendiri Nisa tidak usah sungkan begitu" ucap pak Ardi sambil meletakkan piringnya juga diwastafel. Entah mengapa aku melihat tatapan pria ini familiar sekali.
Setelah itu aku membali kekamar, bergegas mengambil ponselku dan menghubungi mba Fira.

"Halo mba Fira, mba punya foto almarhum boss dikantor kita tidak ?"
Tanyaku dengan nada pelan dan gemeteran. "Oh ada kok di bio kantor, kebetulan kepemilikan kantor ini belum di update"
Mendengar pernyataan mba Fira, langsung kubuka website kantorku.

Foto yang terpampang di bio kantor bukanlah foto orang yang ada di bingkai keluarga bu Cita dan pak Ardi. Terlintas dipikiranku, apakah pak Ardi punya kembaran ? Foto yang ada dibingkai itu sangat mirip denhannya.
Aku kembali kedapur untuk berpura - pura mengambil air minum. Kulihat bu Cita tengah mencuci piring yang kami gunakan ketika makan.

"Eh bu Cita, biar saya saja yang mencuci piringnya bu, saya jadi tidak enak kepada Ibu" "Sudah tidak apa Nisa, biar saya saja" jawab bu Cita
Melihat pak Ardi tidak ada di dapur, aku mencoba membuka obrolan dengan bu Cita. "Mario punya saudara kembara ya bu ?" seketika pertanyaanku membuat ibu Cita menghentikan pekerjaannya.

"Mohon maaf bu, bukan saya bermaksud menyinggung perasaan ibu" kutatap wajah ibu Cita
Mata ibu Cita seperti ingin menahan sedih dan perasaan bersalah. Ibu Cita bercerita, dulu ada anak kost di kamar 13 namanya Siska. Bagi ibu Cita Siska sudah dianggap seperti adik ipar sendiri, karena dulunya wanita itu berpacaran dengan adik dari mas Ardi.
Namun sebelan kemudian, Aldi adiknya mas Ardy menikah dengan wanita lain. Tidak tahu nasib sial, ternyata Siska sudah mengandung anaknya Aldi. Siska dulunya tidak tahu kalau Aldi adalah Aldi bukan mas Ardi. Namun karena sakit hati, Siska balas dendam ke mas Ardi.
Maria adalah korbannya Siska, dia membunuh Maria sebagai balas dendam ke mas Ardi. Padahal mas Ardi tidak salah apa - apa, melainkan Aldi adiknya mas Ardi yang begitu mirip bisa dibilang seperti anak kembarlah yang sudah menghamili Siska.
"Braaaaakkk" "Priiinnngg"
"Priingggggg" "Pringgggg"

"Astagaaaaa"
Rak piring yang agak jauh dari kami terjatuh, pertanda apa ini ? Alam saja tidak menerima perkataan ibu Cita, apakah ibu Cita berbohong ?
Semua pertanyaan itu melintas dipikiranku.
Kami bersihkan semua pecahan piring, gelas, mangkuk dan mendirikan rak piringnya lagi.

"Maaf ya bu, kalau peninggalan Maria ada ga bu ? Tanyaku lagi penasaran dengan kasus ini.

"Ada, itu boneka yang dipajang di ruang tengah. Itu boneka yang di gengam Maria" -
"Maria menangis ketakutan ketika disiksa oleh Siska dikamar mandi, karena takut ketahuan, Siska akhirnya gantung diri" jelas bu Cita
"Turut berduka ya bu, atas kepergian adik Maria" ucapku mengusap pundak bu Cita. "Begilah motif yang ditemukan oleh polisi" tambah bu Cita.
"Braaakkkk"

"Astafirulloh"
Kali ini lemari boneka Maria yang terjatuh, seakan mereka yang sudah tidak ada bisa tahu kalau ibu Cita sedanh menetupi sesuatu. Tapi apa mungkin ibu Cita membunuh anaknya sendiri ? Kucocokkan dengan mimpiku tadi malam, -
Ibu Cita keluar dari rumah karna mendengar teriakan Mario. Kemudian melihat, Maria sudah meninggal, dan menampar Siska.

Sempat juga aku mendengar kata - kata yang dikeluarkan ibu Cita..
"Dasa wanita jahhannam" dan kemudian menampar Cita.

Jadi sebenernya siapa pembunuhnya ?
Setelah itu, aku membantu ibu Cita memdirikan lemari boneka Maria.
Tak sengaja kusentuh boneka Maria, sepertinya Maria ingin memberitahu sesuatu, tentang kebenarannya.

Kepala tiba pusing dan berat, dan aku jatuh pingsan.
Aku melihat sosok Ardi atau Aldi aku tidak tahu, tapi dia masuk kedalam kamar Siska.

Aku mengejarnya, sebelumnya kudengar mereka bertengkar adu mulut didalam kamar.

Kubuka pintu yang tidak terkunci, aku melihat sosok Ardi atau Aldi mengancam Siska.
Kemudian karna melihatku, sosok Ardi atau Aldi menarikku kedalam kamar. Membawaku kekamar mandi, menenggelamkan kepalaku kedalam ember.

Aku seketika susah bernafas, sesekali kulawan mengangkat kepalaku dan berusaha mengambil nafas sembari teriak minta tolong.
"Blubeekkk, Blubeeekk"

"Tolongggg, blubekkkkk"

"Blubeekkk, TooolooOoong"

Teriakku, tidak ada yang menolongku, bahkan Siska juga ketakutan untuk masuk kekamar mandi. Tapi karna Siska kasihan diberanikan dirinya, namun sosok Ardi atau Aldi itu menusukkan pisau ke dada Siska -
Setelah aku tak berdaya lagi, ku dengar sosok Ardi atau Aldi keluar dari kamar mandi dan mengancam Siska, "Sekarang saatnya kau yg mati!" namun Siska masih bisa bertahan.
Ketika Mario datang, sosok Aldi atau Ardi pergi meninggalkan Siska, kemudian Siska datang ke kamar mandi dan mengangkatku keluar.

Ketika aku diangkat keluar, Mario menjerit menangis ketakutan. Mario memanggil bu Cita.

"Maa.. Maa.. Ma.."

Kemudian Ibu Cita datang
Ibu Cita datang "Dasar wanita jahannam" ucap bu Cita sambil menampar Siska. Kemudian aku mendengar ibu Cita memanggil sosok Ardi atau Aldi dan menyuruh membunuh Siska dengan posisi pisau Siska yang pegang agar sidik jari tidak ditemukan polisi. Jadi seolah - olah bunuh diri.
Setelah melihat kejadian itu naas aku meninggal dunia.

"Anisss, Anisss" suara teriakan Jenny dan Olive kudengar membangunkanku.

Langsung aku berlari kekamar dan mengambil sepucuk surat yang aku simpan.
Kembali kupegang sepucuk surat itu, "Kalau kau mau kebenaran terungkap, tolong berikan aku petunjuk"..

Kepalaku mulai berat dan pusing, kemudian aku terjatuh pingsan kembali.
Aku dan mantan kekasihku merencanakan pembunuhan, untuk mendapatkan restu dan uang banyak, aku dan mantanku harus membunuh seseorang.

Boss Febrianto adalah target kami, ketika malam hari diwaktu lembur kantor yang sangat sepi, membuat aksi kami berjalan lancar.
Boss Febrianto meninggal pada malam itu, dan kami mendapatkan uang yang banyak dari Cita.

Dalang semua ini adalah Cita, setelah mantan kekasihku mendapatkan uang itu dia pergi.

Padahal aku sudah mengandung anak dari mantan kekasihku.
Setelah mendapatkan uang, dia semakin sering pergi keluar kota. Namun aku tahu, kalau dia menikah lagi dengan perempuan lain.

Karena aku tidak terima, akhirnya ku adukan pada Cita "Kalau dia tidak jadi milikku maka bersiaplah aku akan membongkar kejahatan kita" ucapku pada Cita
Karena ancamanku, membuat mereka berdua merasa tidak tenang. Apalagi mantan kekasihku, jikalau aku merusak hubungannya dengan istri barunya, maka dia akan membunuhku.

Karena selalu merasa terancam akan kulaporkan, akhirnya aku dibunuh sebelum Maria.
Kemudian aku terbangun, dan sudah terjawab semua atas gangguan kamar No. 13 ternyata Maria minta tolong mau mengungkap kalau Siska bukan yang membunuh dia, melainkan ayahnya atau adik ayahnya.

Siska tidak penasaran karena dia tahu, dia sudah melakukan dosa besar dan melihat -
siapa pembunuhnya.

Makanya dia tidak seperti, Maria menjadi hantu penasaran
Menurut kalian siapa pembunuh Maria ? Ardi / Aldi ?

---Thread Selesai

Jikalau banyak penulisan kata yang salah, saya minta maaf 🙏

Saya deff, pamit undur diri 💞💞
Big Thanks, Selamat Berpuasa
Sorry semua, udh ngantuk gua. Banyak banget yg typo atau pengulanahan kata padahal udh dityping sebelumnya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with S R C

S R C Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @deffrysrc

May 10, 2020
---A Thread Horror
BEGU GANJANG

Mempersembahkan sebuah karya @deffrysrc see u on the story!

@bacahorror #bacahorror
Maaf atas keterlambatannya 🙏, malam ini mudah - mudahan kita kelarin cerita ini.
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan
bercerita tentang "Begu Ganjang".

Based On True Story

Hati hati dalam membaca, mereka tidak hanya ada didalam cerita melainkan hidup berdampingan dengan kita.

See u on the story!
Read 289 tweets
May 7, 2020
---A Thread Horror
PENUNGGU RUMAH BARU

Mempersembahkan sebuah karya @deffrysrc see u on the story!

@bacahorror #bacahorror
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan
bercerita tentang "Penunggu Rumah Baru".

Hati hati dalam membaca, mereka tidak hanya ada didalam cerita melainkan hidup berdampingan dengan kita.

See u on the story!
1. "Hati - hati dijalan ya mas" ucapku kepada mas Arditho, seorang suami yang begitu baik dan menyayangiku.

"Kamu nanti berangkat kerja hati - hati ya" balas mas Arditho sembari mengambil kunci motornya diatas meja.
Read 241 tweets
May 4, 2020
---A Thread Horror
Akhir Cerita Gunung Sibayak

Mempersembahkan sebuah karya @deffrysrc Horror Romance.
.
@bacahorror #bacahorror
@pakdhe_beja #threadhorror
@ceritaht #ceritaht
@bagihorror #bagihorror
@IDN_Horor #hororstory
"Gunung adalah salah satu bagian dari alam semesta, ketika mendaki gunung banyak pelajaran yang kita dapat, salah satunya bagaimana cara menghargai alam"

-Deffry SRC
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan cerita tentang "Akhir Cerita Gunung Sibayak"

#ACGS #AkhirCeritaGunungSibayak
Read 173 tweets
May 2, 2020
---A Thread Horror
Part Ending of : Nona Manis
.
Maafkan aku, sahabatku :"
.
@bacahorror @bagihorror
@ceritaht @pakdhe_beja
@IDN_Horor @Penikmathorror
#bacahorror #bagihorror
#threadhorror #HorrorThread
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan melanjutkan cerita tentang "Nona Manis Penunggu Kost".

Hati hati dalam membaca, mereka tidak hanya ada didalam cerita melainkan berdampingan dengan kita.

See u on the story!
Sebelum baca part ending silahkan baca terlebih dahulu part 2
Read 75 tweets
May 1, 2020
---A Thread Horror
Part 2 of : Nona Manis
.
Kapan ini akan berakhir ya Tuhan ?
.
@bacahorror @bagihorror
@ceritaht @IDN_Horor
@pakdhe_beja @Penikmathorror
#bacahorror #ceritaht
#bagihorror #HorrorThread
Sudah sholatkan ?

20.30 📝 kita start
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan melanjutkan cerita tentang "Nona Manis Penunggu Kost".

Hati hati dalam membaca, mereka tidak hanya ada didalam cerita tapi berdampingan dengan kita.

See u on the story!
Read 90 tweets
Apr 29, 2020
Aku mau cek ombak dulu, kalau cerita jam segini rame ga ya ?

Love dong, 💞💞💞
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan tentang "Nona Manis Penunggu Kost", cerita ini saya angkat dari pengalaman Mey teman saya.

Saya bercerita melalui sudut pandang orang pertama "Mey".
Read 182 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(