DARAH DAGING
-Warisan dan Kekuasaan-
[ Horror(t)hread ]
"Batur jadi dulur, dulur jadi batur."
----------
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor
#bacahorror #bacahoror #ceritahoror #ceritahorror
Selamat menikmati!
DARAH DAGING
WARISAN DAN KEKUASAAN
-sudut pandang Kevin-
Segera aku dan mang Deni keluar dari rumah. Siang menuju sore ini menuju kebun, sampai di kebun yang harusnya hari ini aku sedang sibuk menghitung hasil panen.
“benar yah Vin, perasangka amang pada malam sebelumnya bisa salah…” ucap mang Deni
“mang apa kata pak kiai waktu itu yang amang datangi, apa bisa separah ini?” sahutku
“Darma dan Yudi memang benar-benar sialan, sakit hati aku sama omonganya mang” jawabku kesal
“malam ini juga, setelah ayah kamu tlp amang akan datang lagi ke rumah pak kiai itu Vin, tenang dan semoga aman” jawab mang Deni
“kenapa tidak, tapi sepertinya nenek perasaan amang sudah tau” jawab mang Deni
“kenapa begitu mang?” tanyaku semakin heran
“kejadianya sama Vin pada jaman kakek gagal panen, aneh seperti ini” jawab mang Deni
“Nanti kamu juga paham” jawab mang Deni sangat singkat
“iyah sangat bau sekali mang?” jawabku sama heranya dengan tatapan mang Deni
“ayo pulang!” ucap mang Deni, sambil berdiri dan menarik tanganku
“mang kenapa buru-buru?” tanyaku
“nenek kamu Vin…” jawab mang Deni
“maksudnya?” tanyaku heran, sambil mengimbangi langkah mang Deni yang semakin cepat sekali
“cepetan nenek tidak tau kenapa, setelah dari kamar mandi menjerit-jerit…” ucap bi Isoh tergesa-gesa
“dimana sekarang?” jawab mang Deni yang kemudian bersama-sama menghampiri nenek di kamar
“mang ini kenapa nenek?” tanyaku penuh heran
Aku dan mang Deni mencoba memegangi kuat badan nenek, tapi tenaga nenek sangat kuat, bahkan untuk ukuran mang Deni tidak sanggup.
Langsung bi Isoh merapihkan apa saja yang kiranya bisa melukai nenek
“mang Sareupna itu apa?” tanyaku
“aaaaa… sakit! Sakit! Sakit… hahaha... hahaha” teriak nenek dengan kencang, sangat kencang, tidak lama, nenek tertidur begitu saja.
“ada kaitanya semua dari gagal panen yang aneh, dan kejadian nenek kerasukan mahluk lain ini Vin, malam ini juga amang ke pak kiai dulu sebentar, setelah mengabari ayah kamu yah…” ucap mang Deni
“mudah-mudahan tidak akan vin… Neng… kalau nenek bangun kasih minum suruh dia istirahat saja, jangan dulu ceritakan apapun yah Neng…” ucap mang Deni
Aku hanya masih heran dengan kejadian hari ini, sampai pergantian haripun keanehan ini terus berlanjut
Mang Deni segera bersiap, setelah makan dan solat dia langsung pamit dengan muka yang aku lihat penuh khawatiran meninggalkan aku dan istrinya
“akan baik-baik saja mang, aku janji!” jawabku tegas, gemeteran
“gpp bi, nenek gimana sudah lelap sekali?” tanyaku
“sudah Vin, bibi pindah ke kamar yah, semoga amang kamu pulang malam ini juga” jawab bi Isoh
“nenek kebangun, ini minum dulu nek?” ucapku, memberikan air minum
“sudah sangat malam, maaf nenek ketiduran nak, tadinya ada hal yang mau nenek obrolan dengan kalian semua” ucap nenek sambil menatap kosong
Bahkan nenek tidak sadar dengan kejadian sebelumnya.
“si Deni mana nak? Gimana kebun sudah beres nenek blm denger laporanya” tanya nenek
“tidak ada apa-apa, hanya pikiranku saja yg kemana-mana” ucapku dalam hati
Baru saja terlelap, aku mendengar suara tertawa pelan, sangat jelas, aku buka mata perlahan melihat ke arah nenek.
“hahahaha... hahahaha... hahahaha...” tiba-tiba nenek kembali bersuara seperti itu
“hahaha aku pengen ceker ayam yang mentah! sekarang... cepat sekaranggggg... hahaha” ucap Nenek dengan suara sangat serak
“gimana neng?” tanya mang Deni
“hihihihi... mana mana aku pengen itu mana cepet” terdengar dari dapur dimana aku berdiri tlp
“iyah iyah jangan kasih apapun Vin, setengah jam amang sampai Vin” ucap mang Deni, dan menutup tlp
“nenek tua menyeramkan duduk diatas lemari...” ucapku perlahan
“seperti itu?” tunjuk bi Isoh ke arah sofa bekas aku tidur
“iyah bi gimana ini bi...” ucapku ketakutan
“tenang, dia hanya suruhan biarkan saja jangan dilihat, nanti juga tidak ada lagi...
“hahahaha jangan! Tidak akan mempan kamu anjingggg! Saya juga bisa baca baca kaya bgitu anjinggggg... sakittt....” ucap nenek kembali meracau
Terdengar suara motor berhenti didepan rumah.
Segera aku menuju pintu benar saja, mang Deni.
“maksudnya mang?” tanyaku
“iyah anak sendiripun, bisa buta akal dan buta perasaan Vin… sampai ibunya sendiri dibikin seperti ini” ucap mang Deni
“buat apa mang?” tanyaku heran
“sebab gagal panen kemaren, ada yang menyimpan sesuatu yang dikubur di kebun kamu dan nenek Vin, amang dikasih tau pak kiai, ayo takut keburu waktu Subuh datang” ucap mang Deni
Sampai di kebun, mang Deni membuka kertas yang barusan sudah dibacakan kepada nenek. Lumayan lama mang Deni memperhatikan kebun dan kembali melihat ke arah kertas itu.
“semoga disini benar, bismillah…” ucap mang Deni
“benar mang disini? Mau gantian denganku?” tanyaku
“Vin kamu ambil, dan ikuti bacaan yang amang bacakan, bismillah dulu” ucap mang Deni
“tarik Vin…” ucap mang Deni
“alhamdulillah, andai bukan kamu pasti tidak akan bisa ke tarik vin…” ucap mang Deni
“kenpa gitu mang” jawabku sambil menagtur nafas dan mulai bercucuran keringat
***
“ayah kapan datang?” tanyaku perlahan, terbangun oleh suara ayah.
Pagi yang sudah lebih dari 130 hari, baru kali ini aku melihat sosok didepanku, begitu bangga dan kuat walau dari tatapanya penuh khawatiran tidak bisa dia tutupi dengan baik
“secepatnya, setelah kondisi ini baik semua yah” jawab Ayah singkat
“yah Darma dan Yudi aku baru tau bisa setega itu, aku kesal, sudah aku ingin bicara banyak soal ini yah!” jawabku kesal menatap wajah Ayah
“iyah Den, ini nunggu jagoan dulu mau mandi dulu katanya, tar akang ke meja makan” jawab Ayah sambil beacanda
Seketika aku teringat tentang bungkusan yang semalam aku gali di kebun, yang aku simpan dibelakang pintu dapur, dari kamar, aku berjalan menuju dapur.
Seketika, yang sebelumnya tidak berbau apapun, tiba-tiba karna angin juga pikirku, jadi bau bangkai sangat bau.
“Vin, itu yang kamu dapat semalam dari kebun?” tanya bi Isoh yang membuat aku sangat kaget
“ehh bibi kaget banget aku bi!” jawabku
“iyah Bi, bau yah…” jawabku
“banget, tapi yaudah gpp apa kata mamang kamu tururti saja, mamang sama Kakang ke kebun Vin mau menemui mang Kardi sekalian…” ucap bi Isoh
“jadi begini Vin, hari dimana kita gagal panen ingat?” ucap bi Isoh, sambil duduk sama denganku
“iyah ingat aku, dibangunkan sangat pagi itu oleh nenek” jawabku masih belum paham
“kamu tau cerita kejadian dulu ketika kakek gagal berkebun sama dengan yang kita alami sekarang?” tanya bi Isoh
“nanti tanyakan ke Ayah kamu yg sebenarnya yah, tanyakan soal adik-adiknya dan tanyakan juga kenapa Nenek bisa setenang sekarang hehe...
Waktu Dhuzur baru saja berkumandang, aku hanya tiduran di kamar melihat beberapa tulisan tenang berkebun hasil dari ilmu yang mang Deni berikan
Segera aku bangun dan berjalan menuju teras, dengan banyak pertanyaan.
“Yah, katanya pak Kiai itu mau dateng siang ini, jadi?” tanyaku sambil duduk
***
“hahh... iyah bangun ini...” ucapku
“ayo magriban dulu, tidur sore tidak baik, cepet, barusan Ibu tlp nanyain kamu, Ayah bilang anak Ibu sekarang udah dewasa udaj berani marahin ayah gitu Vin hehe” ucap Ayah sambil becanda
“benar dan salah itu yang kamu omongan itu persepsi kamu dengan apa yang telah kamu alami, kebenaran dengan menuduh tanpa bukti walau bersalan kuat, apa gunanya Vin...
Benar kata mang Deni tidak semua tentang “Darah Daging” hal yang buruk, buktinya tidak mungkin aku bertahan sampai hari ini dengan masuk kedalam masalah gila ini, kalau bukan aku anak dari Ayah.
Segera aku bersalaman cium tangan pak Kiai
“Kevin... mamang kamu udah banyak cerita soal kamu, sini duduk samping saya nak.” Ucap pak Kiai
Segera bi Isoh ke dapur, aku masih duduk disamping pak kiai hanya duduk dan tidak tau apa yang akan mereka bicarakan
“kakang bagaiamana ini duh... kelakuan yah kang, kadang sifat manusia seperti itu kang, padahal keindahan yang sebenarnyakan dari perbedaan...
“begini, karna saya tidak bisa lama disni sekarang Nek, siapapun yang bersekutu dengan setan, menghalkan segara cara...
Bungkusan itu masih ada dengan segala baunya yang masih seperti siang itu, tidak lagi aku pedulikan bungkusan sebesar kepala aku itu, segera aku bawa ke pak Kiai
Aku kaget dan hampir semuanya juga aku rasa seperti itu, merasakan apa yang sama aku rasakan. Didalamnya ada foto lengkap aku, Ibu, Ayah dan Bayu.
“iyah nek, orang sirik bisa melakukan apa saja, ikuti saran saya, nanti juga bisa tau siapa yang melakunya, kasih keinginan mereka, tapi ingat jangan kakang yang kasih, nenek saja...
“iyah nenek juga mau kasih saja apa kemauan Darma dan Yudi, nenek ikuti kata pak kiai saja” jawab Nenek, masih kaget dengan melihat isi bungkusan itu
“Den lain waktu ajak Kevin ke rumah berkunjung yah kapan-kapan” ucap pak kiai dengan perlahan
“yah kan usaha angkiran Ibu sama Ayah disana gimana kalau Ibu dan Bayu ksini harus sekolah disini?” tanyaku dengan heran
***
Segera aku menuju kamar. Baru saja duduk, Ayah menyusul duduk juga disamping aku
“boleh pesan satu hal untuk besok?” tanya Ayah
“besok kamu perhatikan baik-baik, siapa orang yang benar-benar membutuhkan itu seperti apa yang dikatakan pak Kiai, itu adalah jawaban yang selama ini kamu cari...
“tapi yah!” ucapku tegas
***
“hah jam berapa ini yah?” ucapku masih mengantuk, bahkan aku lupa terlelap begitu saja malam itu
“jam setengah 4 Vin, ayah ngejar waktu di stasiun waktu Subuh” jawab Ayah
“iyah Nek, gimana, kan masih jauh ke panen, pak Sobar udah dateng aja nek” jawabku
“nenek yang minta Deni tlp Sobar akhirnya datang, ini ada sedikit modal, nenek dapat pinjaman dari Sobar, jaminanya ketika nanti pisang panen...
“baik nek nanti aku memulai lagi dengan mang Deni, tapi nenek juga butuhkan?” ucapku
“Sudah palingan sore katanya Nek mereka datang kesini” ucap mang Deni
“Semuanya Nek?” tanyaku
“sama yang di kampung itu nek, kebun bambu?” tanya mang Deni
“Iyah, kamu ingat Nak waktu itu pas kamu dapet titipan Map coklat dari Darma, itu permintaan dia balik nama atas kepemilikan tanah itu...
“Iyah ingat yang Nenek suruh buang, oh sekarang aku paham nek Darma ingin tanah kebun itu, Yudi yang ingin kebun sayuran?” jawabku
“mang apakah ini awal semuanya akan baik-baik saja? Dengan memberikan apa yang mereka inginkan?” tanyaku
“gangguan itu masih ada?” tanya mang Deni tiba-tiba
“dan kenapa pak Kiai tidak menyebutkan nama Darma dan Yudi, karna takutnya jadi fitnah Vin, lagian urusan Warisan dan kekuasaan seperti ini jarang datang...
Mang Yudi turun dari mobilnya, sendiri.
“amang masuk dulu...” ucap mang Yudi, sambil tersenyum entah pertanda apa
“heh malah melamun, Yudi sudah ada didalam?” tanya mang Deni yang datang dari arah samping
Baru saja mau berbicara mang Deni hanya memberi isyarat dengan jarinya yang didekatkan ke mulutnya, aku mengerti mungkin jangan bicara sekarang.
“sudah didalam mang...” jawabku singkat, hanya sekali menatap wajah mang Darma
“Vin, kata Nenek itu ditunggu didalam kenapa malah tidur disini”
Bi Isoh kembali kedalam dengan cepat, aku yang masih saja menahan sakit yang mulai berkurang, dibuat kaget, untuk dan entah keberapa kalinya lagi!
“jadi begini kang Darma, kang Yudi, aku mewakili nenek...” ucap mang Deni
“Sudah tidak usah di wakil-wakilkan biarkan Ibu saya yang bicara Den!” ucap mang Yudi membentak
“sudah-sudah, biar Nenek saja yang bicara, begini ini ada dua berkas lengkap, tanah hak warisan untuk Asep ayah Kevin, kalian inginkan ini? Gunakan dengan baik...
Perkataan yang menjijikan yang aku dengar, dengan dan setelah tau apa yang sudah mereka perbuat
“sudah-sudah jangan sampai nenek berubah pikiran, ini ambil” jawab nenek sambil menaruh berkas-berkas di meja dan kemudian Darma dan Yudi mengambilnya
Mang Deni dan bi Isoh apalagi hanya diam sama denganku, mungkin yang mereka pikirkan tidak jauh berbeda denganku juga.
Aku benar-benar tau dan paham apa yang dirasakan Nenek, berat dan tidak mudah sekali. Benar-benar tidak mudah terbayangkanpun rasanya sakit!
“Vin ya allah kenapa kamu ini vin...” aku mendengar suara mang Deni tapi benar-benar aku tidak bisa dan sangat berat membuka mata
“ini kenapa pucet begini Kevin, Vin... bangun Vin...” jawab bi Isoh
“nak ini nenek nak, sadar nak ya allah kenapa lagi ini nak sadar” ucap nenek disebalahku dekat sekali dengan telingaku
“sakittttt…!!!!” ucapku memenganggi kepala dan menarik-narik rambut bagian belakangku yang sudah panjang
“Vin ini mamang dengarrrr...” ucap mang Deni sudah mulai tidak tenang
Adzan magrib berkumandang, “sareupna” ucap mang Deni perlahan
“anak ini sudah yang kedua mengalami hal ini, pak Kiai bilang waktu itu memang Kevin yang paling berani bicara, mungkin nek diusia dia wajar, tapi bagi entah Darma dan Yudi tidak bisa mewajarkan hal ini...
“tunggu saja waktu sareupna ini berakhir, kalau masih seperti ini, malam ini juga harus ke rumah pak Kiai, apalagi kemarin pak Kiai bilang suruh Kevin main kerumahnya” jawab mang Deni
Sakit di kepalaku, perlahan membaik begitu dan tiba-tiba juga sama dengan awalnya sakit itu datang.
“tidak tau nek aku hanya sakit kepala sakit sekali” jawabku singkat belum bisa bicara banyak karna lemas
“ayo amang gendong kamu ke kamar, kasian kevin masih lemes nek, biarkan saja dia istirahat dulu” jawab mang Deni
Segera bi Isoh pergi ke dapur dan aku digendong mang Deni ke kamar, tiba di kamar aku langsung terbaring, untuk dudukpun sangat lemas sekali.
Tiba-tiba mang Deni masuk kamarku dengan terburu-buru
***
Tidak ada jawaban sama sekali, aku masih duduk, berat dibagian pundakku tiba-tiba seperti ada yang menduduki sangat berat sekali, pegal. Bahkan ini adalah pegal yang sebelumnya belum aku rasakan.
Langsung badanku tejatuh ke depan, posisinyan seperti sujud, sambil gigiku mengigit seprai kasur “huh… huhh…” suara nafasku yang semakin tidak teratur, karna benar-benar menahan rasa sakit
“sakitt mang… ini sakitt mang…” ucapku sambil memeganggi pundak
“coba-coba jangan begitu posisinya tidurkan kebelakang” ucap mang Deni kemudian menarik badanku untuk terlentang
“sakitt mang… ini sakitt mang…” ucapku sambil memeganggi pundak
“coba-coba jangan begitu posisinya tidurkan kebelakang” ucap mang Deni kemudian menarik badanku untuk terlentang
Badanku terbaring, mataku masih terpejam, sambil dipengangi oleh mang Deni yang tidak henti-hentinya membacakan surah-surah suci al-quran dengan pelan.
“minum dulu Vin, kamu kenapa amang kaget, masih sakit pundaknya?” tanya mang Deni
“itu mang nenek tua itu ada didepan pintu, itu…” ucapku menunjuk ke arah pintu
“mana bacaan yang sebelum kamu tidur amang kasih untuk kamu baca?” tanya mang Deni
“ini mang, disebelah bantal aku.” Ucapku sambil memberikan kertas bacaan itu
“kenapa lagi nak…” tanya nenek sambil duduk disampingku, sambil terlihat sangat khawatir
“Den ini gimana, masih bisa aman kondisi Kevin sampai pak Kiai besok datang? Atau kamu skarang mau ke rumahnya…” tanya Nenek dengan sangat cemas
“kang, muka kevin kenapa jadi memar hijau seperti itu” ucap bi Isoh
Baru saja aku mendengar ucapan bi Isoh, ingin sekali aku memukuli muka sendiri dengan keras karna dibagian muka sama sakitnya.
“Vin… tahan jangan begitu tahan yang kuat Vin” sahut mang Deni sambil memegang tanganku keras dua-duanya
Benar-benar sakit sekali… sakit di bagian muka sama pegalnya dengan sakit dipunggung aku.
***
“hah… udah nek” ucapku pelan, masih terasa lemas
“alhamdulillah, diruang tengah sudah ada pak Kiai dan anaknya seperti kemarin pas kesini, kalau belum bisa bangun jgn maksain biar pak Kiai ke kamar aja” ucap Nenek perlahan, sambil mengelus kepalaku
“yaudah tunggu, Nenek ajak pak Kiai kesini saja badan kamu lagian masih lemas” ucap Nenek sambil berjalan keluar kamarku
“walaikumsalam pak” jawabku sambil berusaha bangun memaksakan untuk bersalaman dengan pak Kiai
“benar, saya kira tidak akan secepat ini waktunya, dan benar saja bukanya kamu dan Deni yang main ke rumah saya, malah belum selang satu minggu saya yang datang kesini lagi hehe” jawab pak Kiai sambil tersenyum
“iyah benar, dan mereka hanya menjalankan tugas dari manusia yang khilaf itu, manusia yang menghalakan segala cara dengan alasan yang tidak masuk akal, membutuhkan...
“pada akhirnya yang dicari manusia adalah ketenangan, berusahalah untuk menemukan itu” ucap pak Kiai berbisik
“tahan jangan teriak Vin…” ucap pak Kiai berbisik
“aaaaa…” ucapku sambil menutup mulut
“alhamdulillah, sudah beres, kalau engga saya benarkan, takutnya kamu terus-terusan melihat sosok dari alam lain kasian hehe…
“sekarang aku harus mengabaikan segala apapun yang ada dalam pikiranku pak Kiai dan memafkan mereka Darma dan Yudi…” tanyaku
Pak kiai membangunkan badan aku agar berdiri, walau masih lemas tapi heranya sekarang lebih ringan dan pikiranku lebih segar
“alhamdulilah nak sudah enakan sekarang…” tanya nenek dengan masih cemas
“sudah nek, baik-baik aja cucu nenek, jagoan gini kevin tuh” jawab pak Kiai sambil becanda
Selepas kepergian pak Kiai, benar saja badanku benar-benar kembali normal.
“iyah sesuatu yg bisa menembus ruang dn waktu kan itu Vin, insallah kedepanya baik-baik saja dan kita rangkai mimpi-mimpi kamu untuk kuliah dan Bayu disini amang sudah dapat info nanti Bayu sekolah dimana” jawab mang Deni
Segera aku berlari kedepan, melihat senyum dari Ibu benar-benar diluar sangkaanku bisa secepat ini, bahkan Bayu langsung berlari menghampirku dan memeluku
“jelas dong! Kamu harus ikut, nanti kita main disana yah” jawabku hampir meneteskan air mata, dengan apa yang sudah aku lewati
“Bu, Bayu mau sama kakak berkebun yah” ucap Bayu sangat lucu
“baru saja mau, apa ibu tidak cape setelah perjalan, bukanya tidur…” jawabku
“Ibu baru selsai mengobrol dengan bi Isoh dan mang Deni, makasih yah Vin, ibu yakin kamu memang terbaik, sudah dewasa, maafkan Ibu...
***
“tidak mang, makanya aku tanya, bi Isoh pernah cerita Darma sebelum hari itu datang jam 9 malam ke kebun, apa benar mang Kardi melihatnya...
“amang mau bilang makasih, amang belajar banyak dari kejadian dan cobaan ini, terutama pada kamu harus minta maaf...
***
“angkat Den itu siapa tau penting…” ucap Ayah mengingatkan
“harusnya memang besok, tapi benar kata ayah mang angkat siapa tau dikirimnya gak jadi pagi malam sore” ucapku dengan pelan, sambil makan
“kenapa ada apa Den?” tanya ayah, sama kagetnya
Sama denganku, ibu dan bi isoh pasti merasakan kaget yang sama. Tidak lama ayah langsung mengubungi temanya agar menjemput mengunakan mobil ke rumah. Nenek hanya melamun dan air matanya mengikuti setiap lamunan nenek.
“baik Kang, aku belum kasih kabar apapun kepada orang di rumah” jawab mang Deni
Aku melihat mang Deni mengabari bi Isoh, memberikan kabar sesuai apa yang disuruh Ayah. Mang Deni terlihat berbicara dengan serius.
Lumayan lama ayah tiba-tiba memanggilku, dan mengajak ke samping kantor.
Segera aku mengikuti langkah ayah dan satu petugas dari pihak berwajib.
“hah gimana yah, kaget aku?” ucapku
“kamu malah melamun, ayo kita pulang.” Ucap Ayah
Aku mengikuti langkah ayah dan petugas itu berjalan
“kenapa lagi Vin?” tanya Ayah
“sore dimana mang Darma dan Yudi datang aku kan sakit kepala...” ucapku dengan memandang ke arah mobil Darma
“lalu, aku melihat mang Darma datang dengan sosok nenek dan Yudi dengan sosok anak kecil, aku tidak tau kenapa melihat mobil mang Darma yang terparkir dengab mobil Yudi kondisinya sama hancurnya dengan sekarang...
Tidak lama perjalanan pulang seperti biasanya, lebih cepat dari pada perjalanan berangkat. Tidak terasa dengan kondisi yg lumayan ckp mengantuk sdah sampai di rumah
“angkat dulu Den, siapa tau penting apalagikan sodara kita ada yang sedang di Rs” ucap Ayah
“mudah-mudahan malam ini bisa melewati masa kritisnya yah mah” jawab ayah menenangkan
“Kang...” ucap Deni sambil meneteskan air mata
Dan cukup membuat aku, Ibu dan Bi Isoh juga nenek kaget
“inalillahi...” ucap nenek yang kemudian menangis
“mang mimum, amang tenang...” ucapku pada mang Deni
Tidak lama teman-teman ayah tiba, semua berangkat ke rumah sakit, dengan keadaan yang kaget, atas kabar dari mang Yudi.
Selsai mengantarkan almarhum mang Darma pagi ini ke tempat peristirahatan terakhir, pak kiai menyapaku.
“iyah pak kiai...” jawabku
***
-TAMAT-
Alhamdulillah, terimakasih untuk yang setia menunggu update cerita-cerita dari gw, “Darah Daging Bagian II” ini akhirnya selsai, setelah cukup lumayan lama dan panjang, selamat menikmati.
-----
Typing to give you story! Beware! They can be around you when you’re reading the story! Love you and enjoy.
------
@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor
#bacahoror #bacahorror #ceritahorror #ceritahoror