—Teror Hnatu Berdarah—
@ceritaht @bagihorror @IDN_Horor @threadhoror @PenikmatHorr @horrornesia @balakarsa @bacahorror @CERITA_SETAN #bagihorror #Zeyasix #Indigo #bacahorror #bacahoror #horrornesia #bagihorror #malamjumat
Sosok yang memiliki tampang jauh dari kata sempurna dan sosok yang menyimpan seribu ambisi di dalam dirinya.
Hantu yang semasa hidupnya telah terbuai oleh kata-kata dan janji manis yang menbuat dirinya dalam posisi yang mengenaskan seperti ini...
Bagaimana siapa dan untuk apa dia datang kepada Zeya sebenarnya?
So Happy Readinggg!!!!!!💙💙
• ••———•• •
Hari ini, hari yang cukup melelahkan bagiku. Hari yang sangat menguras energi dan emosi tentunya.
Terlalu pusing bagiku jika harus berada dalam keramaian yang Fana. Dunia masih terlalu kejam untuk aku yang belum mengerti apa arti kehidupan yamg sebenarnya.
Awalnya, ku kira mempunyai keistimewaan seperti ini sangatlah menyenangkan karena aku bisa mengetahui banyak hal.
Sisanya hidupku terasa amat mencekam karena sering mendapat teror menngerikan dari beberapa hantu yang tak tenang.
Semua tergantung bagaimana cara kita untuk menyikapinya saja. Boleh percaya dengan hantu, namun kita jangan sampai melupakan tuhan.
Masa sekolahku yang tadinya berjalan mulus, kini terlilit masalah hampir setiap hari. Banyak teka-teki yang harus ku pecahkan.
Tapi ide itu terlalu gila untukku. Jikalau aku mati bunuh diri pun, aku akan merasakan sakit yang abadi bukan hanya sakit di dunia.
Ibarat drama korea tak ada konflik di dalamnya. Lurus saja seperti jalan tol.
Ku tarik selimut hingga menutupi pundakku. Perlahan ku pejamkan mata sebagai awal perjumpaanku dengan alam mimpi yang Fana.
Tuk tuk tuk
Sayup-satup aku mendengar langkah kaki dari luar kamarku. Oh ayolah bahkan belum ada 5 menit aku memejamkan mata.
Aku mencoba berfikir logis, mungkin saja itu suara langkah kaki mamahku.
Dan...
Tokk! Tok! Tok!
Sepertinya ada yang mengetuk pintu kamarku sekarang. Aku membuka mataku sedikit kaget memang.
Kini aku mulai takut! Jangan-jangan ada maling yang ingin mencuri di rumahku?! Ya Tuhan tolonglah aku.
Ku edarkan pandangan ke penjuru kamar, tak ada siapapun disana.
Ceklek!
Knop pintu kamarku bergerak dan perlahan pintu kamarku terbuka. Aku memilin ujung selimut dan meneguk saliva ku kasar.
"Mamah? Mamah di sana?"
Masih belum ada jawaban. Sekali lagi ku edarkan pandangan dan sekarang aku benar-benar sendirian.
Oh bagaimana jikalau benar itu komplotan maling pembobol rumah?! Akan jadi apa aku jika bertemu dengannya? Aku pasti tak akan selamat dan tubuhku akan di cincang dan di masukan ke dalam koper seperti pada Film-film Psikopat!
Dan benar saja tidak ada siapapun di sana. Hawa kamarku kini berubah dingin.
Saat aku berbalik badan tiba-tiba...
Braaakkkkk!
Buku-buku yang berada di meja belajarku terjatuh berantakan. Kini aku mulai mengerti.
Ku langkahkan kakiku menuju meja belajar dan merapikan buku-buku yang tadi terjatuh, setelah itu aku duduk di pinggiran kasurku.
Hening. Sudahlah mungkin hantu itu hanya ingin bermain-main denganku. Lagi pula sekarang sudah mulai larut waktu menunjukan pukul 23.15
Samar-samar aku mendengar suara tangisan. Terdengar lirih namun sangat jelas.
"T-tolong aku... Hiks hiks."
Ku pejamkan mataku sejenak. "Siapapun itu, jika kamu ingin memyampaikan sesuatu, tunjukan wujudmu. Jangan menerorku dengan suara-suara mu itu."
Dasar hantu! Senang sekali dia membuatku takut seperti ini. Awas saja kalau ketemu nanti ku marahi dia!
Dengan perasaan sedikit takut, aku memberanikan diri untuk menoleh ke sumber suara. "Aaarrrgghhh! Siapa kamu?! Kenapa kamu menggangguku?! Pergi!"
Aku terkejut bukan main saat menoleh ke belakang dan melihat sosok itu. Bagaimana tidak?
Gila sekali hantu ini! Membuatku takut.
Aku masih setia menutup muka dengan tanganku. "Kalo kamu mau menyampaikan sesuatu ubah dulu wujudmu hantu! Aku benci darah!"
Ya aku memang sangat takut dan tak suka pada darah. Jangankan melihat hantu seperti ini yang berlumuran darah
"Sudah. Sekarang buka matamu. Aku sudah tak sememyeramkan tadi," ujarnya lembut.
Perlahan aku membuka mataku.
Dengan rambut hitam pekat panjang yang tergerai rapih dan muka yang putih bersih, badan yang sangat ideal dan tinggi.
Dia sangat cantik. Tapi tunggu,
Dia nampak seperti pelajar SMA tapi seragam miliknya itu terlihat sangat kuno sekali.
Aku terdiam dan menaikan satu alisku. "Apa?"
"Hiks hiks hiks."
Oh astaga! Kini dia kembali tertunduk dan kembali menangis. Aneh sekali hantu ini seperti habis di putusin pacarnya saja.
Sosok itu perlahan berhenti menangis dan kini mendongakan kepalanya. "Namaku Kina," ujar sosok itu sembari tersemyum tipis ke arahku.
"Jadi kenapa kamu datang kesini?" tanyaku hati-hati.
"A—aku ingin meminta bantuanmu Zeya... "
"Bantuan apa?"
Kina menatapku lekat.
Aku hanya melihat kina bersama seseorang dan kemudian ia hersimbah darah di tengah ilalang.
"Kamu mati karena apa?" tanyaku tajam.
Aku masi terdiam memperhatikan Kina yang sedang bercerita. "Tepat di tahun itu, tahun dimana aku baru menginjakan kaki di kelas 2 SMEA,
----------Flashback On----------
[K I N A P O V]
Pagi tadi aku terlambat bangun. Aku tinggal berdua bersama ibuku. Tak ada ayah sebagai tulang punggung
Kami berdua tinggal dengan sederhana, uang pun hanya cukup untuk makan sehar-hari, tak bisa ku beli sepeda untuk sekedar mengantarku berangkat ke sekolah.
Maklum saja, ibuku hanya seorang pedagang sayur di pasar.
Kringg! Kringg! Kring!
Langkah ku terhenti saat mendengar lonceng sepeda berbunyi tepat di belakang ku.
Ia mengenakan sepeda ontel yang ngetrend pada masanya itu. Ia terlihat sangat gagah dan tampan. Siapapun yang melihat bisa dengan mudah jatuh hati padanya.
Aku mengenal dirinya saat kami di tunjuk oleh salah seorang guru untuk mengikuti lomba cerdas cermat saat itu. Dia juga pacarku.
Saeful pun banyak di sukai oleh Siswa di sekolahku, bahkan banyak yang terang-terangan—
"Saeful, ayolah aku tak pantas berangkat sekolah denganmu."
Aku menghembuskan napas kasar sembari menunduk menatap sepatu pantofel hitamku. "Aku hanya anak orang miskin Saeful. Banyak perempuan dari keluarga konglomerat yang suka padamu."
Saeful memegang daguku dengan satu tangganya.
Aku tersenyum kikuk di buatnya. Dan seperti hari-hari sebelumnya aku berangkat bersama Saefulku.
"Eh? Memangnya harus?"
"Ya harus karna kamu pacarku. Nanti kalo kamu terjatuh bagaimana?"
Perlahan aku menjulurkan tanganku dan menempelkannya pada pinggang Saeful. Duh ada apa dengan jantungku? Mengapa cepat sekali berdetak yaampun.
Saeful selalu bersikap manis padaku. Ia juga selalu mengantar jemput dan selalu menggenggam tanganku ketika kami sedang bersama.
Kami bahkan di cap sebagai pasangan teromantis di sekolah.
Sore itu, dimana Saeful berani melecehkan diriku di sebuah rumah tua. Ia membawa 3 botol minuman keras.
"Aku tak mencintaimu bodoh! Aku hanya berpura-pura dan aku hanya ingin mencicipi mu saja! Haha!"
Pasrah hingga akhirnya, dia mengambil mahkota yang telah kujega selama ini. Dia menyetubuhiku. Sakit, marah dan kecewa semua jadi satu.
Aku terus menangis menatap Saeful yang tak kunjung sadarkan diri.
Hingga pagi menjelang, aku merasakan dingin di sekujur tubuhku.
Aku masih merasa takut. Aku kecewa. Aku sakit. Saat tiba di depan rumah aku pun berbicara sedikit dengan Saeful.
"Aku akan bertanggung jawab."
Setelah itu Saeful pun berlalu pergi meninggalkanku. Perlahan aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Seharian aku tak makan dan minum. Hanya di kamar merenung. Aku malu menanggung semua ini.
Pernah aku meminta pertanggung jawaban darinya, dan itu hanya berujung ribut saja.
Berkali-kali aku di tampar. Dia menyebutku 'Wanita murahan.'
Sepulang sekolah aku bergegas menuju salah satu toko obat, aku membeli obat untuk penggugur janin yang ku beli dengan uang tabunganku.
Saat itu, obat penggugur masih lumrah dan dapat di beli
Setelah masuk, aku langsung meminum obat itu dengan sekali teguk. Sakit itu yang aku rasakan. Aku menangis sejadi-jadinya.
Aku melihat diriku tergeletak di lantai kamar mandi. Aku bisa menembus tembok toilet ini...
Aku telah tiada... Namun dendamku kian membara....
Jasadku tergeletak di toilet selama 3 hari lamanya.
Ibuku sangat hancur mengetahui aku telah tiada.
Sedangkan Saeful? Ia merasa takut bukan main. Di pemakaman, aku melihat dia menangis dan berkali-kali meminta maaf.
Tapi semua sudah terlambat Saeful...
Aku terlanjur kecewa padamu...
Aku sudah menaruh dendam padamu...
Aku tak akan memaafkanmu Saeful... Sampai kapanpun... Aku akan tetap menghantuimu mulai malam ini dan hingga kau mati...
Bahkan aku membuatnya seperti orang gila, berkali-kali ia ketakutan melihat wujudku tapi aku tak peduli...
Semua ini salahmu!
Aku melayang-layang diatasnya... Aku tertawa... Menangis dan juga memanggil namanya.
Saeful terus berlari kencang menghindariku.
Ia sudah mati. Keluarganya pun sudah hancur di tanganku...
Semua keluarganya sudah ku teror dan ku buat gila hingga meregang nyawa...
Kamu sudah terlalu menghancurkan diriku, kamu sudah membuat ibuku mati, dan kamu membuatku tak bisa kembali ke alam sana....
Aku membencimu Saeful...
----------Flashback Off----------
Sejak tadi ia bercerita, wajahnya terus memancarkan amarah, tangisnya tak bisa ia bendung dan kurasa hatinya sangat hancur.
"A-aku ingin janinku Zeya... " ujarnya sembari memegang perut.
Aku menatap Kina. Jelas aku tak bisa menolongnya, dia seperti ini karena ulahnya sendiri dan dia harus menanggung semua akibatnya sendiri.
"Aku tidak bisa Kina. Maaf."
"Kenapa tidak bisa?"
Aku tersenyum tipis kearahnya. "Iya Saeful memang salah. Tapi lupakah kamu kalau dia pernah membahagiakanmu?"
"Lalu apa bedanya kamu dengan Saeful?! Kamu membunuhnya! Kamu meneror keluarganya! Keluarga Saeful telah binasa! Binasa karena ulahmu kina!" sarkas ku.
"Kalau begitu, bisakah kamu mengurangi rasa sakit ku ini?"
Aku menggeleng lemah sembari tersenyum. "Kamu harus ikhlas."
Aku mengangguk pasti. "Iya, kuncinya ada pada dirimu. Kamu harus bisa menerima semua ini."
"Tapi bagaimana dengan bayiku Zeya?" tanyanya. Sungguh aku tak tega.
"Tapi aku bukan ibu yang baik Zeya.. "
"Iya kamu memang bukan ibu yang baik. Tapi kalo kamu kaya gini terus malah bikin bayimu—
"Makanya coba ikhlasin ya. Dan coba juga untuk berbuat baik. Kamu pasti gamau kan di manfaatin buat ngelakuin hal-hal yang jahat dan kamu semakin lama disini?"
"Sama-sama."
"Boleh aku menjadi temanmu?"
Aku mengangguk. Dan mulai hari itu, Kina tak lagi berbuat jahat. Perlahan ia juga menerima kenyataan bahwa ia harus meninggalkan dunia secara mengenaskan.
—T B C—
Gimana ceritanya? Feelnya dapet gak???
Maaf ya kalo banyak keaalahan diatas sana. Aku masih amatiran hehe.
Semoga sukakkk gaisss💙💙💙
Jangan lupa Rep, Like dan Rt nya ya gaisss💙💙💙
Follow juga biar gak ketinggalan kalo aku up💙