My Authors
Read all threads
Halo semuanya di thread kali ini, Zeya akan menceritakan tentang sosok hantu yang datang meminta bantuan padanya...

Sosok yang memiliki tampang jauh dari kata sempurna dan sosok yang menyimpan seribu ambisi di dalam dirinya.
Hantu yang meninggalkan dunia secara tragis karena ulahnya sendiri...

Hantu yang semasa hidupnya telah terbuai oleh kata-kata dan janji manis yang menbuat dirinya dalam posisi yang mengenaskan seperti ini...

Bagaimana siapa dan untuk apa dia datang kepada Zeya sebenarnya?
Jangan lupa Rep, Like dan RT nya ya gaisss!!!!!

So Happy Readinggg!!!!!!💙💙

• ••———•• •
Awan kini telah menghitam di temani taburan bintang yang gemerlap indah. Ku tatap lekat langit sembari terduduk santai dan menyeruput coklat hangat.

Hari ini, hari yang cukup melelahkan bagiku. Hari yang sangat menguras energi dan emosi tentunya.
Hanya dengan cara seperti ini aku mendapatkan ketenangan walau sejenak. Aku sangat suka hening dan sendiri.

Terlalu pusing bagiku jika harus berada dalam keramaian yang Fana. Dunia masih terlalu kejam untuk aku yang belum mengerti apa arti kehidupan yamg sebenarnya.
Aku hanya remaja yang sedang berada pada titik terlemah saat ini. Aku masih belum menerima sepenuhnya bahwa aku bisa melihat mereka yang tak kasat mata.

Awalnya, ku kira mempunyai keistimewaan seperti ini sangatlah menyenangkan karena aku bisa mengetahui banyak hal.
Namun pada kenyataannya aku salah. Ya memang terkadang ada untungnya aku memiliki keistimewaan ini, tapi itu hanya sepersekian persennya saja.

Sisanya hidupku terasa amat mencekam karena sering mendapat teror menngerikan dari beberapa hantu yang tak tenang.
Tak semuanya hantu itu bersahabat dengan manusia dan tak semua hantu pula itu jahat dan memberikan dampak negatif pada manusia.

Semua tergantung bagaimana cara kita untuk menyikapinya saja. Boleh percaya dengan hantu, namun kita jangan sampai melupakan tuhan.
Ah! Sudahlah lupakan saja. Aku sudah muak dengan semua ini. Ya walaupun masih tergolong 'Anak Baru' dalam hal per—dhemitan tapi aku sudah muak.

Masa sekolahku yang tadinya berjalan mulus, kini terlilit masalah hampir setiap hari. Banyak teka-teki yang harus ku pecahkan.
Hufftt! Terkadang aku berpikir, apa aku harus mengakhiri hidupku saja dan bergabung dengan mereka di alam sana?

Tapi ide itu terlalu gila untukku. Jikalau aku mati bunuh diri pun, aku akan merasakan sakit yang abadi bukan hanya sakit di dunia.
Hem sudahlah. Di setiap kehidupan juga pasti ada masalah bukan? Agar ada batu loncatan untuk menjadi yang lebih baik. Dan kalau hidup tidak ada masalah hanya seputar senang dan bahagia tidak akan seru.

Ibarat drama korea tak ada konflik di dalamnya. Lurus saja seperti jalan tol.
Malam semakin larut dan udara semakin dingin ku putuskan untuk segera masuk ke kamar tidurku. Ku rebahkan diri diatas kasur 'Queen Size' ku.

Ku tarik selimut hingga menutupi pundakku. Perlahan ku pejamkan mata sebagai awal perjumpaanku dengan alam mimpi yang Fana.
Namu sepertinya malam ini sedang tidak bersahabat denganku...

Tuk tuk tuk

Sayup-satup aku mendengar langkah kaki dari luar kamarku. Oh ayolah bahkan belum ada 5 menit aku memejamkan mata.

Aku mencoba berfikir logis, mungkin saja itu suara langkah kaki mamahku.
Aku mrncoba tak peduli dan tetap memejamkan mataku. Walau ada rasa takut yang kini mulai singgah, tapi tetap aku mencoba menepisnya jauh-jauh.

Dan...

Tokk! Tok! Tok!

Sepertinya ada yang mengetuk pintu kamarku sekarang. Aku membuka mataku sedikit kaget memang.
"Mamah? Masuk aja mah Pintunya gak Zeya kunci." Tak ada jawaban di luar sana. Aku pikir itu adalah mamahku.

Kini aku mulai takut! Jangan-jangan ada maling yang ingin mencuri di rumahku?! Ya Tuhan tolonglah aku.

Ku edarkan pandangan ke penjuru kamar, tak ada siapapun disana.
Hingga akhirnya...

Ceklek!

Knop pintu kamarku bergerak dan perlahan pintu kamarku terbuka. Aku memilin ujung selimut dan meneguk saliva ku kasar.

"Mamah? Mamah di sana?"

Masih belum ada jawaban. Sekali lagi ku edarkan pandangan dan sekarang aku benar-benar sendirian.
"Mamah jangan bercanda Zeya takut," ujarku.

Oh bagaimana jikalau benar itu komplotan maling pembobol rumah?! Akan jadi apa aku jika bertemu dengannya? Aku pasti tak akan selamat dan tubuhku akan di cincang dan di masukan ke dalam koper seperti pada Film-film Psikopat!
Akhirnya aku memberanikan diri untuk beranjak dari kasur dan menutup pintu kamarku. Aku berjalan perlahan menuju pintu, setelah sampai di ambang pintu, aku sedikit menjulurkan kepalaku keluar.

Dan benar saja tidak ada siapapun di sana. Hawa kamarku kini berubah dingin.
Dingin seperti berada di kaki gunung dan bulu kudukku kini mulai berdiri. Merinding. Dengan cepat aku menutup pintu kamarku.

Saat aku berbalik badan tiba-tiba...

Braaakkkkk!

Buku-buku yang berada di meja belajarku terjatuh berantakan. Kini aku mulai mengerti.
Suara derap langkah dan yang mengetuk pintuku tadi adalah bukan manusia. Ini pasti kerjaan hantu receh yang sedang cari perhatian.

Ku langkahkan kakiku menuju meja belajar dan merapikan buku-buku yang tadi terjatuh, setelah itu aku duduk di pinggiran kasurku.
"Hai? Siapa disana? Kalo kamu mau menyampaikan sesuatu, tunjukan wujudmu dulu. Jangan membuat berantakan dan suara-suara gaduh di kamarku."

Hening. Sudahlah mungkin hantu itu hanya ingin bermain-main denganku. Lagi pula sekarang sudah mulai larut waktu menunjukan pukul 23.15
"Hiks hiks hiks."

Samar-samar aku mendengar suara tangisan. Terdengar lirih namun sangat jelas.

"T-tolong aku... Hiks hiks."

Ku pejamkan mataku sejenak. "Siapapun itu, jika kamu ingin memyampaikan sesuatu, tunjukan wujudmu. Jangan menerorku dengan suara-suara mu itu."
Perlahan aku membuka mataku. Hasilnya masih sama tak ada siapapun di sana. Aku mengedikan bahu dan menghembuskan napas ku kasar.

Dasar hantu! Senang sekali dia membuatku takut seperti ini. Awas saja kalau ketemu nanti ku marahi dia!
"Hiks hiks a-aku ada di belakang mu... "

Dengan perasaan sedikit takut, aku memberanikan diri untuk menoleh ke sumber suara. "Aaarrrgghhh! Siapa kamu?! Kenapa kamu menggangguku?! Pergi!"

Aku terkejut bukan main saat menoleh ke belakang dan melihat sosok itu. Bagaimana tidak?
Sosok yang muncul dihadapanku ada sesosok wanita berambut gimbal panjang, mata melotot yang hampir keluar berlumuran darah dan juga gigi runcing bak tombak bercampur dengan nanah dan darah. Dan ada darah yang mengalir di sekujur kakinya.

Gila sekali hantu ini! Membuatku takut.
"Oh Maaf, aku membuatmu takut."

Aku masih setia menutup muka dengan tanganku. "Kalo kamu mau menyampaikan sesuatu ubah dulu wujudmu hantu! Aku benci darah!"

Ya aku memang sangat takut dan tak suka pada darah. Jangankan melihat hantu seperti ini yang berlumuran darah
Melihat darahku sendiri saat menstruasi saja aku sedikit takut. Bahkan, seringkali saat menstruasi aku mandi menggunakan masker agar bau darah tak terlalu mendominasi.

"Sudah. Sekarang buka matamu. Aku sudah tak sememyeramkan tadi," ujarnya lembut.

Perlahan aku membuka mataku.
Kini sosok itu berada di sampingku dan hey! Lihatlah, dia terlihat sangat cantik sekarang jauh berbeda dari wujudnya tadi.

Dengan rambut hitam pekat panjang yang tergerai rapih dan muka yang putih bersih, badan yang sangat ideal dan tinggi.

Dia sangat cantik. Tapi tunggu,
Dia mengenakan rok span abu-abu seatas lutut, baju seragam putih yang sepertinya sengaja di kecilkan dan tak lupa sepatu pantofel hitam dengan kaos kaki yang panjangnya hampir selutut.

Dia nampak seperti pelajar SMA tapi seragam miliknya itu terlihat sangat kuno sekali.
"Mau kah kamu menolongku?" ujar sosok itu sembari menatapku sendu.

Aku terdiam dan menaikan satu alisku. "Apa?"

"Hiks hiks hiks."

Oh astaga! Kini dia kembali tertunduk dan kembali menangis. Aneh sekali hantu ini seperti habis di putusin pacarnya saja.
"Eum, hai? Kenapa kamu menangis? Kita bahkan belum berkenalan bukan?" ujarku.

Sosok itu perlahan berhenti menangis dan kini mendongakan kepalanya. "Namaku Kina," ujar sosok itu sembari tersemyum tipis ke arahku.
Aku membalas senyuman tipis dari Kina. "Oh hai Kina, perkenalkan namaku Zeya." Kina si sosok wanita itu mengangguk paham.

"Jadi kenapa kamu datang kesini?" tanyaku hati-hati.

"A—aku ingin meminta bantuanmu Zeya... "

"Bantuan apa?"

Kina menatapku lekat.
Satu bayangan kejadian masa lampau kini menghiasi pikiranku seperti proyektor pada layar tancap astaga! Namun semuanya abstrak tak beraturan.

Aku hanya melihat kina bersama seseorang dan kemudian ia hersimbah darah di tengah ilalang.

"Kamu mati karena apa?" tanyaku tajam.
Kina terdiam, ia mengambil ancang-ancang untuk bercerita. "Namaku Kina. Usia terakhirku kala itu adalah 17 tahun, sama sepertimu Zeya."

Aku masi terdiam memperhatikan Kina yang sedang bercerita. "Tepat di tahun itu, tahun dimana aku baru menginjakan kaki di kelas 2 SMEA,
Dan awal mula kisahku berjumpa dengan dia.. dia yang membuatku hancur... Dan dia yang membuatku kehilangan semua ini."

----------Flashback On----------

[K I N A P O V]
Matahari sudah bersinar terang, jalan raya semakin ramai dengan lalu lalang kendaraan. Ku langkahkan kaki dengan cepat berharap agar aku tak terlambat datang ke sekolah.

Pagi tadi aku terlambat bangun. Aku tinggal berdua bersama ibuku. Tak ada ayah sebagai tulang punggung
Keluargaku. Aku hanya mempunyai ibu tak ada yang lain.

Kami berdua tinggal dengan sederhana, uang pun hanya cukup untuk makan sehar-hari, tak bisa ku beli sepeda untuk sekedar mengantarku berangkat ke sekolah.

Maklum saja, ibuku hanya seorang pedagang sayur di pasar.
Setiap pukul 3 dini hari, ibuku sudah berangkat menuju pasar yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah kami.

Kringg! Kringg! Kring!

Langkah ku terhenti saat mendengar lonceng sepeda berbunyi tepat di belakang ku.
Lantas dengan cepat aku menoleh ke belakang. Terlihatlah seorang Pria bertubuh jangkung dengan tas selempang hitamnya.

Ia mengenakan sepeda ontel yang ngetrend pada masanya itu. Ia terlihat sangat gagah dan tampan. Siapapun yang melihat bisa dengan mudah jatuh hati padanya.
"Hai kina, ayo kita berangkat bersama?" tawar Pria tampan itu yang tak lain adalah Saeful. Ia adalah salah satu pria tampan nan pintar di sekolahku.

Aku mengenal dirinya saat kami di tunjuk oleh salah seorang guru untuk mengikuti lomba cerdas cermat saat itu. Dia juga pacarku.
Sebenarnya aku merasa sedikit minder dengan dirinya, dia adalah Pria populer dengan keluarga yang ber ekonomi lumayan. Tidak seperti diriku, hanya anak seorang pedagang di pasar.
Walau berasal dari keluarga yang cukup berada, Saeful tetap tampil sederhana. Ia tak seperti kebanyakan siswa kelas atas yang jika bersekolah diantar jemput dengan mobil orang tuanya.

Saeful pun banyak di sukai oleh Siswa di sekolahku, bahkan banyak yang terang-terangan—
Menyatakan perasaan dan mengajaknya untuk sekedar makan malam bersama. Namun semua itu di tolak secara mentah-mentah oleh Saeful entah apa alasannya.
Aku menggigit bibir bawahku dan menggenggam erat tas ransel reot ku. Banyak jahitan di sisi kanan kirinya, itu karena aku belum mampu membeli tas baru. Tapi tak apa setidaknya aku masi punya tas untuk bersekolah hehe.

"Saeful, ayolah aku tak pantas berangkat sekolah denganmu."
"Loh kenapa?"

Aku menghembuskan napas kasar sembari menunduk menatap sepatu pantofel hitamku. "Aku hanya anak orang miskin Saeful. Banyak perempuan dari keluarga konglomerat yang suka padamu."

Saeful memegang daguku dengan satu tangganya.
"Kamu adalah pacarku Kina."

Aku tersenyum kikuk di buatnya. Dan seperti hari-hari sebelumnya aku berangkat bersama Saefulku.
"Beneran gak mau pegangan."

"Eh? Memangnya harus?"

"Ya harus karna kamu pacarku. Nanti kalo kamu terjatuh bagaimana?"

Perlahan aku menjulurkan tanganku dan menempelkannya pada pinggang Saeful. Duh ada apa dengan jantungku? Mengapa cepat sekali berdetak yaampun.
Detik selanjutnya Saeful langsung mengayuh sepedanya menuju Sekolah.

Saeful selalu bersikap manis padaku. Ia juga selalu mengantar jemput dan selalu menggenggam tanganku ketika kami sedang bersama.

Kami bahkan di cap sebagai pasangan teromantis di sekolah.
Hingga 4 bulan lamanya kami merajut kisah asmara. Hingga hari itu tiba, hari dimana aku di permalukan olehnya. Hari dimana aku mengetahui siapa Saeful sebenarnya.

Sore itu, dimana Saeful berani melecehkan diriku di sebuah rumah tua. Ia membawa 3 botol minuman keras.
Dalam keadaan mabuk, ia meracau tak karuan. Dan yang membuatku sakit hati adalah karena perkataan nya. Dia hanya memanfaatkan ku.

"Aku tak mencintaimu bodoh! Aku hanya berpura-pura dan aku hanya ingin mencicipi mu saja! Haha!"
Ia mendekapku dalam pelukanya. Ia merobek seragamku, ia menciumiku seperti orang kesetanan. Aku sudah pasrah tak bisa berbuat apa-apa.

Pasrah hingga akhirnya, dia mengambil mahkota yang telah kujega selama ini. Dia menyetubuhiku. Sakit, marah dan kecewa semua jadi satu.
Saefulku hanya ingin tubuhku. Aku menangis tersedu-sedu di rumah tua itu. Aku bingung harus melakukan apa. Aku tak ingin menyakiti hati ibuku.

Aku terus menangis menatap Saeful yang tak kunjung sadarkan diri.

Hingga pagi menjelang, aku merasakan dingin di sekujur tubuhku.
Hingga pukul 06.00 Saeful sudah tersadar. Ia lalu melemparkan jaket miliknya dan mengantarku pulang. Tak ada percakapan diantara kami saat itu.

Aku masih merasa takut. Aku kecewa. Aku sakit. Saat tiba di depan rumah aku pun berbicara sedikit dengan Saeful.
"Bagaimana jika aku hamil Saeful?"

"Aku akan bertanggung jawab."

Setelah itu Saeful pun berlalu pergi meninggalkanku. Perlahan aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Disana sudah ada ibu yang menungguku pulang ternyata. Dari raut wajahnya sangat cemas berkali-kali ia bertanya 'Kina kenapa?' namun aku tak menjawab pertanyaan ibuku itu.

Seharian aku tak makan dan minum. Hanya di kamar merenung. Aku malu menanggung semua ini.
Hingga 3 bulan berlalu, dan kini aku benar-benar hamil. Saeful sudah meninggalkanku ia tak bertanggung jawab.

Pernah aku meminta pertanggung jawaban darinya, dan itu hanya berujung ribut saja.

Berkali-kali aku di tampar. Dia menyebutku 'Wanita murahan.'
Aku mulai frustrasi sekarang. Tak ada pilihan lain. Aku harus mengakhiri semua ini.

Sepulang sekolah aku bergegas menuju salah satu toko obat, aku membeli obat untuk penggugur janin yang ku beli dengan uang tabunganku.

Saat itu, obat penggugur masih lumrah dan dapat di beli
Walau dengan harga yang agak mahal. Kemudian akupun bergegas menuju toilet umum yang letaknya tak jauh dari toko obat tersebut.

Setelah masuk, aku langsung meminum obat itu dengan sekali teguk. Sakit itu yang aku rasakan. Aku menangis sejadi-jadinya.
Aku melihat darah mengucur deras membasahi kaki ku. Aku melemas dan tiba-tiba...

Aku melihat diriku tergeletak di lantai kamar mandi. Aku bisa menembus tembok toilet ini...

Aku telah tiada... Namun dendamku kian membara....

Jasadku tergeletak di toilet selama 3 hari lamanya.
Hingga akhirnya, sang petugas kebersihan toilet membuang jasadku di hamparan rumput. Baru lah beberapa hari kemudian ada salah satu warga yang melihat keberadaanku, dan dia mrlaporkan penemuan jasadku kepada pihak yang berwajib.

Ibuku sangat hancur mengetahui aku telah tiada.
Terlebih saat mengetahui aku tengah mengandung saat itu.

Sedangkan Saeful? Ia merasa takut bukan main. Di pemakaman, aku melihat dia menangis dan berkali-kali meminta maaf.

Tapi semua sudah terlambat Saeful...

Aku terlanjur kecewa padamu...

Aku sudah menaruh dendam padamu...
Dan kini, aku akan membalaskan dendamku. Dendam karena aku dan janinku harus mati dengan tragis. Dendam karena ibuku menjadi kehilangan akal.

Aku tak akan memaafkanmu Saeful... Sampai kapanpun... Aku akan tetap menghantuimu mulai malam ini dan hingga kau mati...
Aku terus meneror Saeful dari mulai memperlihatkan diri dengan wjah yang buruk rupa, mengubah makanan lezatnya menjadi belatung serta darah...

Bahkan aku membuatnya seperti orang gila, berkali-kali ia ketakutan melihat wujudku tapi aku tak peduli...

Semua ini salahmu!
Hingga akhirnya, pada satu malam saat Saeful sedang jalan seorang diri hendak membeli peralatan sekolah, aku menampakan diri.

Aku melayang-layang diatasnya... Aku tertawa... Menangis dan juga memanggil namanya.

Saeful terus berlari kencang menghindariku.
Hingga tak ia sadari, ada mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi tepat di depan Saeful... Ia pun bersimbah darah.

Ia sudah mati. Keluarganya pun sudah hancur di tanganku...

Semua keluarganya sudah ku teror dan ku buat gila hingga meregang nyawa...
Namun dendamku belum berakhir Saeful...

Kamu sudah terlalu menghancurkan diriku, kamu sudah membuat ibuku mati, dan kamu membuatku tak bisa kembali ke alam sana....

Aku membencimu Saeful...
[K I N A P O V OFF]

----------Flashback Off----------
"Semua sudah binasa karenamu, lalu sekarang apalagi yang kamu mau Kina?" tanyaku pada Kina.

Sejak tadi ia bercerita, wajahnya terus memancarkan amarah, tangisnya tak bisa ia bendung dan kurasa hatinya sangat hancur.

"A-aku ingin janinku Zeya... " ujarnya sembari memegang perut.
"Bantulah aku menemukan janinku hiks hiks... "

Aku menatap Kina. Jelas aku tak bisa menolongnya, dia seperti ini karena ulahnya sendiri dan dia harus menanggung semua akibatnya sendiri.

"Aku tidak bisa Kina. Maaf."

"Kenapa tidak bisa?"
"Ini kesalahanmu. Cobalah ikhlas menerima semua yang sudah terjadi singkirkan rasa dendammu." Kina menggeleng kuat. "Aku sakit hati Ze, dia menghancurkan masa depanku."

Aku tersenyum tipis kearahnya. "Iya Saeful memang salah. Tapi lupakah kamu kalau dia pernah membahagiakanmu?"
"Tapi dia jahat! Dia membuat ibuku tiada! Membuat aku seperti ini! Dan aku kehilangan janinku!"

"Lalu apa bedanya kamu dengan Saeful?! Kamu membunuhnya! Kamu meneror keluarganya! Keluarga Saeful telah binasa! Binasa karena ulahmu kina!" sarkas ku.
Sungguh aku benar-benar tak habis pikir dengan Kina. Sebenarnya ia adalah anak yang baik tapi karena dandamnya ia menjadi seorang ublis pembunuh yang keji.

"Kalau begitu, bisakah kamu mengurangi rasa sakit ku ini?"

Aku menggeleng lemah sembari tersenyum. "Kamu harus ikhlas."
"Kina, semua yang terjadi itu sudah menjadi takdir tuhan. Kalo kamu ingin pulang ke alam sana, tidak merasakan sakit lagi di tubuhmu dan bertemu dengan ibumu maka cobalah untuk menerima semua. Jangan lagi menakut-nakuti orang. Aku percaya dulu kamu anak yang baik," jelasku
"Apakah jika aku sudah tak menyimpan dendam aku tak akan merasakan sakit lagi? Apakah aku bisa bertemu ibuku di sana?"

Aku mengangguk pasti. "Iya, kuncinya ada pada dirimu. Kamu harus bisa menerima semua ini."

"Tapi bagaimana dengan bayiku Zeya?" tanyanya. Sungguh aku tak tega.
"Dia sudah bahagia bersama Tuhan diatas sana. Jadi kamu tak perlu berlarut-larut dengan kesedihanmu." Aku mencoba meyakinkan Kina yang makin tersedu.

"Tapi aku bukan ibu yang baik Zeya.. "

"Iya kamu memang bukan ibu yang baik. Tapi kalo kamu kaya gini terus malah bikin bayimu—
Sedih dan kamu masih tertahan di dunia manusia ini. Kamu gak mau terus-terusan di sini kan?" Kina mengangguk lemah.

"Makanya coba ikhlasin ya. Dan coba juga untuk berbuat baik. Kamu pasti gamau kan di manfaatin buat ngelakuin hal-hal yang jahat dan kamu semakin lama disini?"
Lagi Kina mengangguk sembari tersenyum. "Terimakasih Zeya."

"Sama-sama."

"Boleh aku menjadi temanmu?"

Aku mengangguk. Dan mulai hari itu, Kina tak lagi berbuat jahat. Perlahan ia juga menerima kenyataan bahwa ia harus meninggalkan dunia secara mengenaskan.

—T B C—
HALOOO GAISSSSS AKU UP LAGI NI HEHEHHE

Gimana ceritanya? Feelnya dapet gak???

Maaf ya kalo banyak keaalahan diatas sana. Aku masih amatiran hehe.

Semoga sukakkk gaisss💙💙💙

Jangan lupa Rep, Like dan Rt nya ya gaisss💙💙💙

Follow juga biar gak ketinggalan kalo aku up💙
See u in the next part gaisss💙💙💙💙
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with 𝒁𝒖𝒍𝒇𝒂𝒂🦄

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!