-A THREAD-
.
PENDAKIAN GUNUNG SEMERU
.
#malamjumat #Ceritahoror #CeritaHororTwitter #kamistis
Cerita ini terjadi pada pertengahan Desember 2018 lalu, ketika saya dan 8 orang lainnya tergabung dalam satu tim untuk mendaki gunung tertinggi di pulau Jawa yaitu Gunung Semeru, Malang.
Tim saya terdiri dari 7 orang laki-laki dan 2 orang perempuan (Saya, Rifqi, Putri, Sonya, Yoga, Teguh, Alfi, Bang Del dan Bang Baim), dengan Bang Baim sebagai Leader/Pemimpin perjalanan
Kami berangkat dari Jakarta Jumat sore, dan sampai di Malang Sabtu pagi. Dari stasiun Malang kami pergi ke Gadang menggunakan minibus, sebelum akhirnya menuju Desa Ranupani menggunakan mobil Jeep.
Singkat cerita ternyata kami sampai di Desa Ranupani sekitar jam setengah 5 sore, dan niatnya ingin langsung melakukan pendakian. Tapi takdir berkata lain, karena loket tempat kami registrasi sebelum mendaki sudah tutup dari pukul 3 sore tadi.
Terpaksa niat kami mendaki sore kami urungkan, untuk diganti esok paginya. Dan mau tidak mau, suka tidak suka kami harus bermalam di Desa Ranupani. Saat itu kondisi desa Ranupani sedang ramai pendaki, jadi kami cukup kesulitan mencari tempat beristirahat.
Melihat semua spot peristirahatan yang disediakan pengelola setempat sudah dipenuhi para pendaki, akhirnya saya mencoba turun ke arah danau yang ada di Ranupani untuk mencari siapa tau ada tempat yang bisa dipakai untuk bermalam.
Saya menemukan sebuah spot di sisi danau, yang dimana bisa dipakai untuk ngecamp (mendirikan tenda). Namun saya tidak menemukan satu pun pendaki ada yang istirahat atau ngecamp di sisi danau, entah tidak boleh atau memang tidak ada yang mau? Entahlah...
Karena saya tidak mau ceroboh dan saya tau etika bertamu ke suatu tempat, saya putuskan untuk mencari warga sekitar dan bertanya sekaligus minta izin untuk ngecamp di sisi danau.
Kala itu saya di temani Bang Baim, saya menghampiri beberapa bapak-bapak yang sedang mancing. Saya tanya "Nuwun sewu pak, maaf mengganggu. Saya mau tanya, boleh ga ya kalo saya dan tim mendirikan tenda disisi danau?"
"Oh iya monggo mas, cuma jangan dipinggir danau banget. Disana aja tuh yang ada bangunan-bangunan (menunjuk ke sebrang danau, yang dimana terdapat beberapa bangunan seperti rumah" jawab salah satu bapak-bapak tersebut.
Mendengar jawaban bapak tersebut saya cukup senang, dan kemudian pamit (tak lupa saya bilang terimakasih karena telah diizinkan). Tanpa mikir panjang saya dan Bang Baim langsung menuju lokasi yang dimaksud bapak tersebut, saya cek ternyata lokasi cocok untuk tim kami beristirahat
Lalu untuk mempersingkat waktu Bang Baim bilang ke saya "Bonny lu tunggu sini aja, biar gua yang ke atas panggil anak-anak. Takut nanti tempatnya ditempatin orang juga kan kalo kita berdua ke atasnya", saya meng-iyakan dan bilang "Yaudah iya bang, barang gua sekalian ya".
Kemudian Bang Baim pergi meninggalkan saya sendiri di lokasi tersebut, berhubung saya penasaran. Saya coba cek sekitar lokasi dan bangunan yang terdapat tepat dibelakang tempat yang rencananya akan kami bangun tenda. Ternyata bangunan tersebut adalah bekas villa terbengkalai.
Dan sebelah bangunan tersebut terdapat pohon-pohon besar yang langsung mengarah ke air danau, namun saya tidak merasakan ke anehan atau ketakutan apapun saat itu. Kurang lebih 20 menit, Bang Baim dan teman saya yang lainnya sampai ke lokasi.
Berhubung hari sudah semakin gelap, kami putuskan untuk mempercepat mendirikan tenda dan kemudian persiapan masak untuk makan malam. Singkat cerita setelah tenda jadi, dan makan malam sudah siap kami makan sambil berbincang di iringi candaan-candaan seperti biasa.
Sampai waktu menunjukan pukul 10 malam, kami langsung bergegas istirahat mengingat besok pagi-pagi kami sudah mulai mendaki. Jadi sudah pasti, butuh istirahat yang cukup setelah lelah perjalanan dari Jakarta kemarin.
Kira-kira pukul 2 dini hari, saya terbangun karena ingin buang air kecil. Saya buka tenda, dan alangkah terkejutnya saya melihat jutaan bintang menghiasi langit (milky way) malam itu. Sejenak saya terpaku, dan kemudian saya keluar mencari tempat untuk buang air kecil.
Disini keganjilan mulai terjadi, saat saya buang air kecil. Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang jatuh dari pohon, bentuknya hitam besar. Saya kira hewan atau kayu, tapi ketika saya senter menggunakan headlamp. Ternyata tidak ada apa-apa, padahal jelas-jelas tadi ada yang jatuh
Setelah itu, ketika saya hendak menuju tenda. Tiba-tiba dari arah villa belakang tenda ada suara "ehm... ehm..." seolah memanggil saya, suaranya jelas tapi lumayan aneh. Saya kira salah satu teman saya, tapi pas saya cek semua masih dalam kondisi tidur. Heran, namun saya hiraukan
Sesampainya didalam tenda saya lanjut tidur, lalu bangun kembali menjelang subuh. Saat itu saya membangunkan Rifqi teman setenda saya, untuk mengajaknya membuat kopi karena malam itu dingin sekali. Rifqi bangun, lalu menyiapkan kompor. Serta saya mengambil air di tenda sebelah
Saat saya mengambil air, tiba-tiba mata saya tertuju ke sebrang danau. Saya melihat ada seorang perempuan mengenakan pakaian putih berambut panjang, berdiri dibibir danau. Saya lumayan bingung saat itu, pikir saya "Mana ada jam segini perempuan main di danau?"
Karena penasaran dan heran, saya langsung bergegas ke tenda dan bilang ke Rifqi. Namun ketika saya mengajak Rifqi keluar tenda, untuk melihat perempuan tersebut. Ternyata perempuan tersebut sudah tidak ada, yang ada hanya hamparan air danau dengan pohon-pohon besar disekitarnya.
Singkat cerita, ketika pagi tiba usai sarapan dan mengurus administrasi akhirnya kami mulai pendakian. Kira-kira pukul 9 pagi, kami menuju gerbang pendakian.
Disini awal pendakian dimulai, saya pribadi merasa ada yang ganjil. Teman saya Sonya, tiba-tiba drop. Yang membuat saya heran itu karna saya tau persis siapa Sonya, ini bukan gunung pertama yang ia daki.
Yang lain merasa seperti tak terjadi apa-apa, mereka pikir Sonya kelelahan saja jadi drop. Tapi tidak dengan saya, saya merasa ada yang tidak beres. Masalahnya, Sonya yang saya kenal adalah perempuan yang kuat dan mandiri. Tapi entah kenapa, disini dia terlihat lemah sekali.
Akhirnya semua itu kami hiraukan, dan perjalanan pun tetap berlanjut. Sonya berjalan lenggang (tak membawa barang apapun, selain dirinya dan tracking pole digenggamannya), sementara saya tetap memperhatikannya.
Kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di pos 1. Di pos 1, kami beristirahat hanya sebentar. Lalu kami lanjut perjalanan menuju pos 2, sebelum akhirnya sampai ke pos 3.
Perjalanan dari pos 1 ke pos 2, begitupun pos 2 ke pos 3 terasa aman-aman saja. Ketika sampai rombongan kami baru sampai di pos 3, Bang Del dan Alfi langsung melanjutkan perjalanan (karena mereka lebih dulu sampai di pos 3).
Kurang lebih setelah istirahat 5 menit di pos 3, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan menyusul Bang Del dan Alfi. Namun sebelumnya saya ajak teman-teman saya, saya bilang "Ayo ada yang mau lanjut ga?". Mereka bilang "Duluan aja Bonny", akhirnya saya lanjut sendiri.
Dari tanjakan terjal setelah pos 3, kurang lebih 15 menit dari situ saya break di pinggir trek (dengan posisi dibelokan). Saya duduk bersandar di pohon dan belakang pohon itu langsung jurang.
Saya tidak mengira akan terjadi sesuatu diluar nalar, yang menimpa saya pada saat itu. Setelah 5 menit saya istirahat sambil minum air mineral yang saya bawa, tiba-tiba dari jauh saya melihat Teguh dan Putri terlihat menghampiri saya.
Namun ada yang aneh dari mereka, Putri tidak seperti Putri yang saya kenal (Putri yang saya tau orangnya cerewet, kali itu hanya senyum kearah saya). Mereka berdua pun tidak berenti, melainkan hanya melewati saya. Dan disitu teguh bilang "yuk lanjut", ajaknya.
Saat itu saya tidak berpikir apa-apa, saya menolak ajakannya karena memang masih lelah. Bukan karena saya merasa ada yang aneh dengan mereka, atau saya tau bahwa sesuatu akan menimpa saya. Saya bilang ke mereka "Duluan aja duluan, gua nunggu yang lain"
Selang beberapa menit kemudian, saya berniat untuk melanjutkan perjalanan. Namun tak disangka-sangka, saya dibuat terkejut tiba-tiba saya melihat Putri dan Teguh lewat lagi dari pos 3 menuju pos 4.
Seperti biasanya, disitu Putri bertanya dengan nada cerewetnya "Bonny lu sama sendiri doang? Bang Del sama Alfi mana? Ko lu ga sama mereka?". Saya masih bingung sama apa yang terjadi, bagaimana tidak? Baru sekitar beberapa menit yang lalu saya liat Teguh dan Putri sudah lewat
Tapi kenapa sekarang mereka berdua lewat lagi? Lalu tadi siapa yang lewat pertama? Entahlah saya masih bingung sama apa yang terjadi, tapi saya tidak menunjukkan didepan mereka. Saya jawab pertanyaan Putri "Iya gua sendiri, gatau dari tadi ga ketemu Bang Del sama Alfi"
Setelah itu Putri bilang ke saya "Lu mau lanjut ga bonny?", "Lu berdua duluan deh, gua nunggu yang lain aja, masih cape banget" jawab saya. Lagi-lagi saya menolak, bukan karena takut atau tidak percaya kalo yang ini bukan teman saya.
Tapi memang karena saya masih bingung sekaligus tak percaya, sama kejadian yang baru saja saya alami. Sambil mencerna apa yang terjadi, saya cukup stress sampai menjambak rambut dan mengetuk-ngetukan kepala saya ke pohon (tempat saya bersandar).
Tak lama dari situ, 4 teman saya yang lain tiba-tiba sudah sampai dihadapan saya. Mereka bertanya hal yang sama, seperti yang ditanyakan Putri "Bonny ko lu sendirian? Bang Del sama Alfi mana?". "Gatau dah gua, dari tadi ga ketemu. Barusan cuma ada Teguh sama Putri lewat"
Mendengar ucapan saya barusan mereka berempat bingung, dan bertanya "Teguh sama Putri? Bukannya mereka masih ngopi di bawah?". Loh saya makin heran kan, dalam hati "Masa iya mereka masih dibawah? Gua udah 2 kali liat mereka lewat sini".
Lalu saya bilang "Udah lewat barusan, bener deh. Ga lama, paling sekitar 5/10 menit yang lalu", mendengar jawaban saya beberapa dari mereka seperti tidak percaya karena menurut mereka Teguh dan Putri masih ngopi dipos 3.
Bang Baim bilang "Kalo mereka lewat, ya kita pasti liat lah. Orang jelas-jelas mereka masih ketawa-ketawa dibawah, si Teguh ngopi si Putri makan semangka", terus Rifqi menyambutnya "Emang ada jalur lagi selain ini?"
Terus Yoga bilang "Gatau sih, cuma trek dari pos 3 itu kan setelahnya tanjakan tuh belok ke kanan tadi. Gua liat kalo lurus masih ada jalan lagi, tapi gatau itu trek apa bukan?", "Iya sih emang ada jalan, tapi emang nyambung ke trek?" tanya Bang Baim karna dia sudah pernah kesini
Terjadilah perdebatan-perdebatan kecil diantara kami berlima, yang akhirnya kami memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju Ranu Kumbolo. Kurang lebih jam 1 siang, kami sampai di Ranu Kumbolo dan istirahat sekaligus makan siang disana.
Cukup lama kami beristirahat disana, menjelang sore hari kami lanjutkan perjalanan menuju Cemoro Kandang. Namun sebelum sampai kesana, kami harus melewati tanjakan cinta dan hamparan ladang verbena (Oro-Oro Ombo).
Setelah bersusah payah kami menggapai tanjakan cinta, dengan mitos "Tidak boleh nengok kebelakang" akhirnya kami sampai diatas bukit antara tanjakan cinta dan oro-oro ombo. Disana kami beristirahat sambil bercanda mengenai kesulitan menanjak dengan mengikuti aturan mitos yg ada.
Baru setelah beberapa menit istirahat disana, kami melanjutkan perjalanan menuju oro-oro ombo. Sesampainya di oro-oro ombo, Sonya kembali drop dan tidak bisa jalan normal.
Sementara itu teman-teman yang lain lanjut jalan menuju Cemoro Kandang, karena mereka tidak tau kalo Sonya kembali drop. Lain halnya dengan saya, yang memang berjalan dipaling belakang rombongan. Saya tetap mendampingi Sonya berjalan perlahan, sampai menuju Cemoro Kandang.
Singkat cerita akhirnya saya berdua Sonya sampai juga di Cemoro Kandang, walaupun waktu tempuh kita berdua, jauh lebih lama dari teman-teman yang lain. Kurang lebih pukul setengah 5 sore, rombongan kami berada di Cemoro Kandang.
Seketika saya terngiang pesan dari seorang teman yang sudah pernah ke gunung Semeru, karena sebelum berangkat saya sempat berbincang dan bertanya-tanya perihal Gunung Semeru (jauh sebelum melakukan pendakian).
Dia bilang "Kalo nanti lu ke Gunung Semeru, usahain sampe di Cemoro Kandang sebelum jam 4 sore. Kalo lebih, gua saranin mending lu ngecamp semalam disitu baru besoknya jalan lagi", karena penasaran saya tanya "Kenapa gitu?"
"Selain jarak tempuh Cemoro Kandang ke Jambangan yang memang jauh dan memakan waktu lama, disitu juga disebut-sebut titik paling rawan di Gunung Semeru. Gua pun ngalamin sendiri, kejadian diluar nalar dipertengahan jalan antara Cemoro Kandang menuju Jambangan" katanya,
Mengingat itu, saya langsung coba berdiskusi sama Bang Baim. Saya bilang "Bang ini udah jam setengah 5, apa ga sebaiknya kita stay semalam disini? Baru besoknya jalan lagi, soalnya gua denger-denger dari Cemoro Kandang ke Jambangan itu masih singit (kental mistisnya) bang"
Dia bilang "Yah gabisa Bonny, estimasi waktu pendakian kita mepet. Ini aja udah mundur 1 hari kan, gara-gara kemaren kita ngecamp di Ranupani", saya tanya lagi "Lu yakin bang? Ini Sonya drop juga loh, apa ga bahaya?"
"Bismillah aja Bonny, semoga ga ada apa-apa. Kita ngecamp langsung di Kalimati aja, biar kalo mau summit lebih deket" katanya meyakinkan saya, mendengar sang leader sudah membuat keputusan. Saya coba mengikuti arahannya, lagi pula dia kan juga udah pernah kemari (pikir saya).
Kurang lebih jam 5 sore, kami serombongan melanjutkan perjalanan. Namun tetap, lagi-lagi Bang Del dan Alfi sudah jalan duluan meninggalkan kami.
Jujur baru kali itu, hati saya tak pernah tenang selama perjalanan. Jalur dari Cemoro Kandang menuju ke Jambangan, entah kenapa membuat saya merasa cemas dan was-was.
Dan benar saja, setelah beberapa lama kami berjalan. Tiba-tiba yoga bilang kalau dia lelah, "Eh istirahat dulu, gua cape banget. Tuh disitu aja tuh, ada pos. Banyak pendaki juga disana, yuk kesana aja" sambungnya. Sontak kami serombongan heran, karena kami tidak melihat ada pos
Melainkan hanya hutan belantara, sedangkan dikanan kiri hanya ada tebing dan bukit-bukit disekitarnya. Kami yang bingung, hanya saling memandang satu sama lain. Tiba-tiba "Lu gila ya yog? Mana ada pos? Ini hutan semua, jangan ngaco lu. Wah udah ga beres nih" celoteh Rifqi.
Saya liat wajah yoga pucat, dan dia juga nampak linglung. Seiring hari semakin gelap, kami mempercepat perjalanan. Tibalah waktunya saat magrib, kami berhenti sejenak dan mulai mempersiapkan headlamp.
Setelah waktu magrib usai, kami lanjut jalan. Namun kini tempo perjalanan tak lagi santai, beberapa dari kami saling mendahului (mungkin karena takut). Kondisi sekitar sudah benar-benar gelap gulita, pencahayaan yang ada hanya dari headlamp rombongan kami.
Awalnya saya berada dibarisan kedua paling belakang, dibelakang saya masih ada Bang Baim sebagai sweeper. Tapi entah kenapa, sudah dikit lagi mau sampai Jambangan. Tiba-tiba Bang Baim mendahului saya dan bilang "Bonny lu dibelakang gapapa kan?", saya heran ada apa dengannya?
Tapi yang saya liat, muka Bang Baim pucat juga berkeringat. Akhirnya saya iyakan, dan kini saya berada dibarisan paling belakang. Yang saya rasakan seperti ada yang mengikuti kami, tapi saya tak berani melihatnya.
Tak lama kemudian sampailah kami di pos jambangan, namun ternyata jambangan jauh diluar ekspektasi kami. Kami pikir disini ramai pendaki, atau setidaknya ada yang beristirahat disana. Tapi nyatanya jambangan sepi sekali, gelap gulita dan terasa lebih mencengkam.
Yang saya rasakan saat itu hanya ingin buru-buru pergi dari tempat itu, lebih baik istirahatnya nanti saja di Kalimati sekalian. Karena menurut saya aura disana sudah tak lagi bersahabat, pengap dan badan sulit sekali di gerakkan.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan, namun belum jauh kami beranjak dari pos jambangan. Tiba-tiba saya mendengar banyak suara anak kecil dari sebelah kanan saya (seperti sedang main lari-larian), entah yang lain dengar juga atau tidak? Tapi ketika saya nengok tidak ada apa-apa
Tidak jauh dari situ, saya melihat ada sosok hitam besar (setara dengan pepohonan disebelah kiri saya) mengamati rombongan kami. Saya agak takut dan mempercepat langkah kaki, tiba-tiba terdengar suara "brukk, srek...srekk..srekk...". Ternyata teman saya Teguh terjatuh
Namun jatuhnya pun tak wajar, dia terpelanting sampai terguling-guling. Padahal kondisi jalan yang kami lalui tak ada apapun, hanya pasir dan hamparan ladang edelweis.
Teguh merintih kesakitan, dan itu cukup membuat tingkat panik dan khawatir rombongan kami bertambah dua kali lipat. Bang Baim bertanya "Gimana guh? Masih kuat jalan ga? Kalo engga dibopong aja?", Dia bilang "Bisa bang, ayo lanjut lagi". Saya tau dia memaksakan, tapi mau gimana?
Lalu kami kembali berjalan, kurang lebih 15 menit perjalanan. Kalimati sudah terlihat di kejauhan, lampu-lampu tenda bertebaran (pertanda bahwa disana sangat ramai pendaki.
Kemudian kami bertemu trek menurun, wajar karna memang dari tadi kita mengitari bukit-bukit. Namun seketika kami melihat dibawah sana ada beberapa tenda berdiri (saya taksir, kurang lebih 5 tenda), melihat itu kami semua makin senang dan bersemangat melanjutkan perjalanan.
Namun alangkah terkejutnya kami, ketika kami telah sampai dibawah ternyata tidak ada tenda yang berdiri satu pun. Yang terlihat hanya pohon-pohon besar, dan semak-semak disekitarnya. Lalu kami semua heran, hanya diam melihat kondisi sekitar.
Tiba-tiba suara putri memecah keheningan kami, dia bilang "Lah, perasaan tadi diatas kita liat ada beberapa tenda disini. Ini ko gaada?". Kata-kata putri membuat rombongan semakin ga karuan, muka panik dan bingung terlihat hampir di semua wajah teman saya.
Tak mau ambil resiko, tiba-tiba Bang Baim bilang "Udah lanjut aja, gausah dipikirin. Itu Kalimati udah keliatan, bentar lagi kita sampe!". Tanpa pikir panjang, kami lanjut berjalan.
Tak sampai 15 menit, kami pun keluar dari rimbanya hutan. Yang ada dihadapan kami, hanya ladang Savana luas dengan dihiasi tenda-tenda disetiap sudutnya. Kurang lebih pukul setengah 8 malam, kami sampai di Kalimati.
Dikejauhan terdengar suara Bang Del dan Alfi memanggil kami, ternyata mereka sudah disana duduk didepan tenda pendaki lain. Teman-teman saya pun langsung menghampirinya, namun berbeda dengan saya. Saya sengaja menjatuhkan carriel saya, lalu tiduran sambil memandang langit.
Saya bersyukur akhirnya bisa sampai Kalimati, setelah melewati banyak rintangan dan teror yang sulit dicerna dengan akal manusia.
Sedang asik-asiknya memandang langit dan memikirkan apa yang baru saja terjadi, tiba-tiba Rifqi menghampiri saya. Dia bilang "Hayu Bonny langsung gelar tenda aja, abis itu makan terus istirahat. Kan niatnya mau summit", saya langsung meng-iyakan ajakannya.
Kemudian saya dan teman-teman langsung membangun tenda, dilanjutkan makan malam. Lalu pukul 9 malam, saya tidur duluan karena sudah kelelahan.
Di lanjut part 2 ya, biar ga kepanjangan...

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with D E W A B I R U

D E W A B I R U Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rembulanbulat

Jan 16
-A THREAD-
.
Teror di Gunung Prau (Jilid 2)
.
#malamjumat #kamistis
#ceritahoror #hororstory
@bacahorror #bacahorror
@IDN_Horor
oke, jadi gua mau lanjutin cerita dari thread sebelumnya. untuk yang belum tau, disarankan baca thread sebelumnya (biar tau jalan ceritanya dari awal)
di part 2 ini gua akan menuturkan cerita berdasarkan pengakuan dari lukman, karna apa yang lukman alami dengan apa yang gua, rifqi dan dinda alami sangat-sangat berbeda.
Read 54 tweets
Nov 11, 2021
-A THREAD-
.
Teror di Gunung Prau
.
#malamjumat #kamistis
#ceritahoror #hororstory Image
Cerita ini dimulai saat saya dan kelima teman saya berangkat menuju dieng untuk mendaki gunung prau
Tim kami beranggotakan 6 orang, yang terdiri dari 4 laki-laki dan 2 perempuan (yaitu; saya, dinda, rifqi, arul, lukman dan ana). Image
Read 64 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(