My Authors
Read all threads
"Teror dan Kualat di Gunung Ungaran"

Based on True Story.

- a Thread.
#Semarang #Gunung
Mari gelar lapak dulu. Cerita saya mulai kalau sudah pada merapat

Saya tinggal ngopi dulu 😁
Oke saya mulai cerita pelan-pelan hehe
Jadi kala itu bulan Mei, 2014 saya yg baru saja lulus SMK ingin dan berencana mendaki gunung di Ungaran. Saya mendaki bareng 7 kawan saya(Ali, Annisa, Dewi, Putri, Hanif, Andre dan Tia) berangkat dari kabupaten Pati.
Hari yg kami tentukan akhirnya datang.
Kami berangkat hari sabtu pagi dari rumah Annisa, kami semua berkumpul disitu. Kami berangkat membawa motor dengan formasi saling berboncengan
Saat itu kami berangkat dengan alat seadanya, saya yg memakai sepatu converse dan pakai hodie biasa dan Andre malah membawa gitar untuk dibawa ke puncak. Tak seorang pun dari kami membawa sleeping bag, kami hanya modal jaket, celana panjang dan sarung.
Tenda yg kami bawa pun bukan tenda dome seperti sekarang, tenda yg kami bawa adalah tenda pramuka yg membutuhkan tongkat dan tali ketika hendak mendirikannya. Alas tenda pun kami menggunakan tikar gulung tikar rumahan, bukan matras pada umumnya.
Saat itu peralatan kami masih serba terbatas dan pengetahuan mengenai dunia pendakian juga masih minim karena kami masih sangat awam dalam dunia pendakian dan baru kedua kali ini mendaki gunung. Jadi mohon maaf kalau peralatan yg kami bawa sangat-sangat kurang dari kata aman
Kami berangkat pagi-pagi pukul 07.00. Singkat cerita selepas adzan Dzuhur kami tiba di basecamp pendakian gunung Ungaran via Mawar. Di tahun 2014 basecamp mawar masih belum seperti sekarang, dulu basecampnya kecil dan belum ada kavling-kavling tenda buat camping seperti sekarang.
Kami bergegas packing dan menyiapkan segala peralatan yg kami perlukan. Oiya, saat itu kami tidak ada yg membawa carier jadi tas yg kami bawa ya tas ransel sekolah. Bisa dikatakan saat itu kami mendaki tanpa pengetahuan dan modal nekat sampai ke Ungaran.
Saat kami packing salah satu kawan saya Annisa mengeluh ingin muntah, sepertinya ia mabuk akibat perjalanan jauh. Saat itu saya memberinya tolak angin agar badannya enakan dan menyuruhnya istirahat sebelum nanti memulai pendakian. Selepas packing kami mengurus simaksi pendakian,
saat itu tidak salah biayanya 5000 setiap orangnya. Selesai mengurus simaksi kami berdoa bersama sebelum akhirnya memulai pendakian. Saat kami naik keadaannya sepi pendaki, jadi kami leluasa menikmati suasana di sepanjang jalur pendakian. Jalur menuju pos 1 masih terbuka
dan agak landani hingga kurang lebih 40 menit perjalanan kami tiba di Pos 1. Kami istirahat sebentar karena banyak yg mengeluh lelah. Setelah sedikit minum kami melanjutkan perjalanan. Setelah pos 1 jalur sudah mulai masuk area hutan, di tengah jalan kami menemui aliran sungai
Pos 1 Ungaran via Mawar
pertanda jika kami sudah setengah jalan menuju pos 2. Aliran sungai ini membelah jalur pendakian, saat itu kami dibantu dengan jembatan yg dibuat pengelola dari bambu yg dianyam. Hingga kurang lebih 60 menit perjalanan kami tiba di pos 2, pos 2 letaknya sudah didalam hutan.
Jadi pos 2 tempatnya adem dan rimbun ketika dipakai untuk beristirahat. Kami kembali istirahat agak lama disana karena Annisa mengeluh badannya tidak enak. Belum lama kami di pos 2 tiba-tiba turun hujan, padahal dari basecamp cuaca cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan
Setelah Annisa sedikit enakan kami melanjutkan perjalanan dengan mengenakan jas hujan. Jalur pendakian menuju pos selanjutnya seketika berubah menjadi sungai kecil yg dialiri air. Jalur pos 2 ke pos 3 kami lewati dengan ditemani hujan. Kurang lebih 60 menit kami tiba di pos 3.
Pos 3 dikenal juga dgn pos kolam renang. Saat itu kolam renang dalam keadaan sepi, entah sudah tidak dipakai lagi atau memang sedang sepi. Air didalam kolamnya keruh, ditambah saat itu tidak ada pendaki lain disana, menambah kesan seram saat kami singgah di pos kolam renang tsb
Pos 3 kolam renang
Kami tidak berlama-lama disana karena Annisa yg sejak tadi tidak enak badan malah banyak melamun saat di kolam renang. Kami melanjutkan perjalanan. Saat itu kami berencana singgah ke desa terakhir di gunung ungaran yakni desa promasan. Desa yg terletak dibawah puncak Ungaran.
Dari pos 3 jalur sudah terbuka, darisini kami disuguhkan luasnya kebun kopi. Agak lama berjalan kami berjalan kami tiba di perempatan. Jika ke kiri ke arah puncak dan jika lurus ke arah desa Promasan. Kami memutuskan lurus karena kami ingin ke desa promasan terlebih dahulu.
Dari perempatan kami disambut kebun teh yg terhampar luas, saat itu kami baru pertama kali melihat kebun teh. Jadi bayangkan saja betapa bahagianya kami. Setibanya kami di desa Promasan kami ke warung disana, kami disambut pemilik warung dengan hangat.
Warung tempat kami istirahat di desa Promasan
Kami makan dan sedikit menghangatkan badan di dapur warung tsb karena dapurnya masih dapur jaman dulu yg masih pakai kayu bakar.Sore jam 16.00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Ungaran.Pada saat itu mindset kami semua adalah kalau muncak ya langsung terus sampai ke puncak
dan camp diatas puncak.

Jadi kami jalan ke arah perempatan awal tadi. Kami belok kanan hingga tak jauh dari sana kami masuk kembali ke area hutan. Pendakian yg sebenarnya dimulai dari sini, trek sangat terjal dan trek dipenuhi batu-batu yg membuat kami sulit melangkah.
Saat sedang melewati terjalnya trek, tiba-tiba Annisa mengeluh berat dibadannya. "Awakku abot banget sih (badanku berat banget sih)" ucap Annisa. Kawan saya Ali yg dibelakangnya pun langsung inisiatif membawa tas Annisa dan kami terus melanjutkan perjalanan.
Anehnya lagi-lagi Annisa terus mengeluh dan sering berhenti dengan alasan yg sama yakni badannya terasa berat. Kami yg tidak berpikiran aneh-aneh hanya berhenti beristirahat agar badan Annisa enakan. Saat sudah agak lama berhenti kami melanjutkan perjalanan lagi
Setelah ini keanehan-keanehan datang satu-persatu.
Break sebentar 10 menit ya . Mau keluar sebentar hehe
Singkat cerita saat saya jalan di paling belakang saya bertemu dengan bapak-bapak setengah tua yg sedang istirahat di tepi jalur mengenakan pakaian orang desa jaman dulu dengan bekas-bekas tanah dipakaian yg dikenakannya. Reflek saya mengucapkan "amit nggeh pak, numpang lewat
(permisi pak, numpang lewat)" ucap saya sewajarnya menghormati orang tua.
Saat sedikit melewati bapak itu, saya dipanggil "Le, arep ng endi surup-surup ngene ? (Le, mau kemana gelap-gelap gini ?" tanya bapak tadi . "Bade ke puncak pak (mau ke puncak pak) jawab saya.
"Ati-ati yo le, koncomu kabeh dijogo terutama sing awake mriang kae" Ucap lagi bapak itu. Saya bingung dong, kok bapak ini tau ada satu kawan saya Annisa yg gak enak badan ? Padahal kami baru ketemu disini, dan Annisa mungkin tidak tau keberadaan bapak ini.
"Oh nggih pak maturnuwun, bapak ajeng ting pundi ? (iya pak terimakasih, bapak mau kemana ?) tanya saya. "Bapak meh muleh le, omahe bapak ning cedak kebun ngisor kae (bapak mau pulang le, bapak rumahnya dibawah didekat kebun sana)" jawab bapak itu.
"Yowes le, bapak tak muleh sik yo, ojo lali pesene bapak (Yasudah, bapak pulang dulu ya, jangan lupa pesan bapak)" seru bapak. Saya yg mendengarnya hanya mengangguk dan mempersilahkan bapaknya turun pulang. Dari kejauhan terdengar teriakan kawan saya diatas
"Yu, ayo kowe ki ngopo ng kono (Yu, kamu itu ngapain disitu)"
"Oh iyo tunggu (Oh iya tunggu) jawab saya. Saya yg masih menyimpan tanya kembali melanjutkan perjalanan menyusul kawansaya. 30 menit berjalan akhirnya kami tiba di puncak Ungaran. Saat kami sampai keadaan puncak sepi
dan hanya ada rombongan kami karena memang kami sampai selepas maghrib. Setibanya di puncak kami langsung mendirikan tenda tidak jauh dari tugu puncak Ungaran. Kami masak dengan kompor spirtus dan parafin yg kami bawa, benar-benar alat kami dulu masih seadanya.
Sementara yg lain istirahat menikmati malam. "Kae annisa kenopo ngelamun terus? (itu Annisa kenapa ngelamun terus)" tanya saya. Saat menyadari Annisa yg bertingkah aneh beberapa kawan perempuan saya menghampirinya dan menemani. Annisa sedari tadi melamun melihat ke arah belantara
arah ke jalur gedong songo."sa,sa" ucap kawan perempuan saya yg menghampiri Annisa sambil menepuk pundaknya.Annisa hanya diam dan tetap melamun melihat ke arah belantara sana.Setelah berkali-kali mencoba menyadarkannya akhirnya Annisa sadar dan menjawab sautan kami dgn nada lemas
"Kenapa sa ? kowe ndelok opo ? (kenapa sa ? kamu lihat apa ?" tanya Dewi salah satu kawan perempuan saya. "Mau ono mbah-mbah wedok ng kono (nunjuk ke arah tugu), aku dijak lungo melu karo mbah-mbah kui tapi aku emoh (tadi ada nenek-nenek disitu,
aku diajak pergi ikut sama nenek-nenek itu tapi aku menolak)"jawab Annisa. Semua kawanku yg mendengar jawaban Annisa diam dan saling tatap.Siapa yg dilihat Annisa ? Kami tidak melihat siapapun disini. Ali mengecek ke arah yg dimaksud Annisa tapi Ali tdk melihat seorang pun disana
Keadaan mulai tegang dan mencekam, kawan-kawan perempuan saya terus menemani Annisa didalam tenda dan sambil terus mengajaknya bicara. Singkat cerita jam sudah menunjukan pukul 10.00 kami bersiap tidur. Kami tidur hanya berselimut sarung dan selimut kain yg kami bawa.
Kami semua tidur dan tidak terjadi apa-apa. Hingga seperti nya jam 02.00 Sinta bangun dan keluar tenda, Tia yg tidur disampingnya menyadari kalau Annisa bangun pun ikut bangun dan mengikuti Annisa. "Meh nang ndi sa ? (Mau kemana sa?)" tanya Tia.
"Meh rono kae ono sing ndundang aku (Mau kesana , disana ada yg memanggilku)" jawab Annisa. Tia yg menyadari kalau annisa kumat akhirnya membangunkan kami semua. Saya Ali dan Dewi langsung menghampirinya dan Tia menjelaskan apa yg sedang terjadi.
"Wes mlebu tenda wae, ng kono ra ono opo-opo (sudah masuk tenda aja, disitu gak ada apa-apa)" ucap saya. "Ora, kui mbah-mbah wedoke sing ngundang aku ng kono (Enggak. Itu lho ada nenek-nenek yg memanggilku disitu)"
jawab Annisa dgn tetap ngeyel jika ada yg memanggilnya dari arah belakang tugu puncak. Akhirnya Annisa mau dan nurut diajak kembali ke dalam tenda. Di dalam tenda Annisa diberi minum hangat dan diberi minyak angin agar badannya tetap sadar.
Setelah Annisa normal kami tidur kembali. Baru 1 jam tidur kami semua terbangun karena suara tangisan Annisa. Annisa menangis sambil mengatakan "Ojo gowo aku, aku meh muleh (Jangan bawa aku, aku mau pulang)" berkali-kali . Kami semua berusaha memebangunkan dan menyadarkannya.
Berkali-kali kami membangunkan tapi Annisa belum bangun juga dari tidurnya. "Pie iki? (Gimana ini ?)" tanya Dewi.
"Kabeh ndongo moco Ayat Kursi karo sholawatan (Semua berdoa baca ayat kursi dan baca sholawat)" Seru hanif kepada kami semua. Kami mulai membaca dan
perlahan Annisa bangun dan sadar. Saya dan Ali memberinya air hangat yg sebelumnya sudah kami buat. Saat itu Annisa masih sedikit menangis dan mengatakan jika dirinya takut. Kamu berusaha terus mengajaknya bicara agar Annisa tetap sadar hingga akhirnya adzan subuh berkumandang
Kami langsung bergegas shalat subuh berjamaah. Selesai shalat keadaan sudah kembali normal, Annisa sudah tidak lagi bertingkah aneh. Paginya kami masak, foto-foto dan saling bercanda. Tidak seorang pun dari kamu yg mengungkit masalah apa yg terjadi semalam.
Annisa pun juga terlihat sehat dan sudah bisa bercanda dengan yg lainnya. Singkat cerita kami turun dan tiba di sungai diantara pos 2 dan pos 1. Sebelum sampai sini yg laki-laki sudah sepakat mau mandi di sungai itu karena saat berangkat kami tergoda melihat sungainya yg segar
Setibanya di sungai kami menepi di bebatuan di tepi sungai tsb. Saya, Ali, Andre dan Hanif langsung bersiap mandi. Kami yg laki-laki sedikit naik mencari lokasi kami mandi agar tidak terlihat kawan kami yg perempuan (malu cuy kalau dilihat wkwk)
Kami sampai di aliran sungai yg agak luas dan ada air terjunnya kecil disana. Tanpa pikir panjang kami semua mandi disitu. "Seger cuy" ucap Andre. "Iya kihh seger pol (Iya nih seger banget)" tambah Ali. Emang bener-bener seger air disana.
Mandi sambil minum air pun juga bisa karena saking segarnya air disana. Kami mandi, membersihkan badan, gosok gigi semuanya hingga bersih. Kurang lebih 40 menit kami kami kembali ke kawan-kawan kami perempuan.
Saya lihat yg perempuan hanya istirahat dan ada yg mainan air disana. "Suwe banget (Lama banget)" ucap Putri sedikit sebal. "Maaf, soale seger banget ning kono( Maaf, soalnya seger banget disana)" jawab Hanif
Setelah kami semua bersiap kami melanjutkan perjalanan turun melewati pos 1 hingga tiba di basecamp kurang lebih pukul 11.00. Sampai basecamp kami istirahat, bersih-bersih dan shalat dzuhur berjama'ah. Saat semua sudah siap, pukul 13.00 kami mulai turun perjalanan pulang
Keanehan datang satu persatu saat kami pulang. Belum jauh dari basecamp kami terhenti karena Hanif merasa kehilangan dompetnya, ia cari disemua pakaian yg ia kenakan dan didalam tas tidak ada. Padahal saya masih ingat betul sebelum jalan tadi Hanif masih mengeluarkan dompetnya
Misal jatuh dijalan pun seharusnya saya tau karena posisi saya berada dibelakang kendaraannya. Hanif bingung karena semua kartu pentingnya juga ikut hilang. Setelah agak lama mencari tetap tidak ketemu akhirnya Hanif mengikhlaskan
dan meminta kami langsung melanjutkan perjalanan pulang. Saat tiba di Semarang ban motor Ali tiba-tiba meletus padahal sebelum berangkat ke Semarang ban motornya baru saja diganti, peristiwa itu sempat membuat kami berpikiran yg tidak-tidak.
Setelah ban motor Ali diganti kami kembali melanjutkan perjalanan. Saat sampai Demak tanpa disangka gantian motor saya mogok, mati entah kenapa. Padahal sebelum berangkat saya sudah cek dan servis untuk persiapan perjalanan tapi kenapa sekarang mogok.
Terpaksa kami semua lagi-lagi berhenti mencari bengkel terdekat. Kami sempat bingung bengkel mana yg buka malam hari, namun agak lama kami mencari akhirnya kami menemukan bengkel di salah satu desa di dekat jalan. Singkat cerita setelah beres kami kembali melanjutkan perjalan.
Sampai di Kudus tak jauh dari jembatan selamat datang gantian motor Andre yg mati. Setelah dicek ternyata bensinnya habis. Padahal nih ya, saat kami baru masuk di kabupaten Demak kami semua mengisis bensin termasuk motor Andre. Saat itu semua motor di isi penuh.
Tapi kenapa belum jauh perjalanan kok motor Andre kehabisan bensin ? Hanif inisiatif cek mesin motornya barangkali bensinnya bocor darisitu. Tapi ternyata tidak, semuanya normal. Untungnya tak jauh darisitu ada pom bensin jadi tidak lama kami mencari.
Saat semuanya sudah normal kami semua langsung melanjutkan perjalanan pulang. Jam 20.00 kami tiba di rumah Annisa tempat kami berkumpul saat berangkat. Kami menceritakan apa yg terjadi dgn Annisa saat mendaki semalam.
Usut diusut ternyata Annisa mempunyai bawaan atau semacam jimat yg diberi oleh orang tuanya untuk menjaga Annisa dari gangguan semacam itu. Dari situ kami semua berpikir kalau kejadian semalam pasti ada sangkut pautnya dengan jimat yg dibawa Annisa.
Terlepas dari semua itu alhamdulilah kami selamat tiba di rumah kami masing-masing. Sesampainya dirumah saya bersih-bersih dan cerita dgn bapak saya soal kejadian yg menimpa kami saat perjalanan pulang ke rumah. Kejadian yg menimpa kami satu persatu
"Kalian melakukan apa waktu turun gunung? Kalian mengambil apa disana?" tanya bapak saya. Saya diam berpikir.
"Kami gak melakukan apa-apa pak, kami juga tidak mengambil apapun. Cuma waktu turun gunung kami yg laki-laki sempat mandi di sungai di dekat jalur pendakian" jawab saya.
"Nah itu. Bisa jadi itu sebabnya kalian waktu pulang mendapay musibah" jawab bapak Saya
"Kalian mengotori sungai itu, air itu kan mengalir ke bawah untuk menghidupi orang-orang dibawah" tambah bapak saya. "Kalian permisi gak waktu mandi disitu?" tanya bapak saya lagi.
"Tidak pak, kami langsung mandi saat sampai sana" jawab saya
"Nah, lain kali jangan diulangi. Kalian kalau mendaki jangan meninggalkan apapun dan jangan mengotori. Beri salam atau permisi saat datang ke tempat baru dan jangan diulangi" ucap bapak saya menasehati.
Darisini saya berpikir dan mulai menghubungi semua kawan saya. Saya meminta mereka untuk minta maaf dalam hati mereka masing-masing karena telah berbuat seenak kami saat di sungai itu entah saat kami mendaki dan turun gunung.

Tamat.
Pelajaran yg bisa saya ambil dari perjalanan kali ini adalah sopan santun adalah hal yg utama saat kita bepergian. "Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung" . Gunung ibarat rumah dan kita pendaki adalah tamu jadi selayaknya tamu, sopan adalah hal yg paling utama
Hamparan kebun teh dan desa Promasan bila di lihat dari atas puncak
Jalur pendakian sebelum tiba di puncak
*Foto yg saya cantumkan berasal dari berbagai sumber di internet.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Wah. 🇮🇩

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!