OVERWORKED & UNDERPAID : And Why Exploitative Workplace Should Never Be Glorified
Tiap pekerja tentu pernah sesekali kerja sampe harus lembur. Wajar aja, bukan? Namanya jg kerja.
Tapi gimana kalo lembur ini seringkali terjadi dan upah yg Anda dapatkan ndak sebanding?
بسم الله الر خمن الر حيم.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Seperti biasa, sebelum masuk bahasan utama, saya pengen survey pendapat dulu.
Apa problem di tempat kerjamu yg bener-bener membuatmu mentally and physically exhausted??
Hasil riset dari 35 negara member OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) yg dilakukan @StatistaCharts menunjukkan :
- Belanda, Denmark, Prancis merupakan negara dengan index work-life balance terbaik.
- Turki, Mexico, dan Israel jd yg terburuk.
Merujuk pasal 77 ayat 1, UU no. 13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan, jam kerja diatur :
a). 7 jam kerja per hari dan 6 hari masuk alias libur minggu doang.
Atau
b). 8 jam kerja per hari dan 5 hari masuk alias sabtu minggu libur.
Diluar jam itu, pekerja berhak dpt upah lembur.
Sleep Junkie melakukan riset ttg bahaya overworking dan kurangnya istirahat.
Di Amerika, 54% orang kerjanya mencapai 40-49 jam per minggu. Hanya 9% yg kerjanya sampe 60 jam per minggu.
Diantara kelompok ini, mereka yg kerja sampe 60 jam merasa dirinya udah overworked (77%).
Sebanyak 37% mereka yg kerja sampe 50 jam ini dari kalangan blue collar (pekerja lapangan). 31% dari kalangan white collar (pekerja kantoran).
Bagi freshgraduate yg baru bekerja, mereka butuh waktu setidaknya lima bulan untuk bisa terbiasa dengan jam kerja panjang seperti itu.
Meski kerja sampe 50 jam, namun 80% dari mereka merasa itu worth it. 66% orang kerja selama itu ya krna mereka harus gitu. Krna tagihan udah menanti.
Kelompok yg kerja sampe 60 jam lebih termasuk yg paling concern sm tagihan bulanan. Mereka gak mau potong gaji demi kerja 40 jam.
Lamanya kerja ini kemudian berdampak pada personal life mereka. Semakin lama jam kerjanya, makin gak bahagia sebetulnya.
Salah satu sebabnya makin berkurangnya waktu free time.
79% orang merasa lamanya jam kerja mereka kemudian berdampak pd waktu quality time sama anak2nya.
Karna terbatasnya waktu buat free time, ini kemudian berdampak pada fisik dan mental pekerja.
Semakin lama jam kerjanya, semakin mereka ngerasa capek semua badannya.
Begitupun sama aspek mental emosional mereka. Makin lama kerjanya, makin terasa lelah jiwa nya.
Ketika fisik dan mental udah terasa lelah, akan muncul permasalahan yg terkait kesehatan dan safety mereka di tempat kerja.
Apalagi kalo mereka kerja di tempat yg beresiko tinggi. Makin rawan mereka mengalami kecelakaan kerja akibat efek lelah dan stress nya.
Bahkan gak cuman kecelakaan kerja, di Jepang, overworking bisa menyebabkan pada kematian dan aksi bunuh diri.
Berikut data yg dilansir dari @Reuters. Sejak tahun 2000, angka kematian karna overworking (Karoshi) bisa dikatakan sangat tinggi meskipun angkanya fluktuatif.
Makin nyesek ketika Anda udah overworked, eh ternyata underpaid pula.
Setidaknya itu yg diakui 46% pekerja di Amerika menurut @bizjournals. Sebanyak 49% mengaku upah yg mereka terima masih fair. Hanya 5% yg mengaku dapet upah diatas standarnya.
Banyak sebetulnya kasus eksploitasi pekerja di Indonesia. Gak sedikit yg sampe berurusan sampe gugatan di pengadilan.
Namun saya gak bisa sebutkan contoh kasusnya karna ntar ada UU ITE taik anjing yg bisa menjebakku kapan saja. Jadi mending no mention. Cukup cari tau sendiri. 😝
@Investopedia menyebutkan ada lima pertanda kita mengalami overworked, diantaranya :
1. Gak Bisa Rileks
Kerjaan menuntutmu harus selalu stand by. Bahkan saat malem atau pun weekend misalnya. Ini membuatmu selalu ngerasa gak tenang, bahkan untuk sekadar rebahan aja.
2. Waktu Terasa Kurang
Biasanya ini terjadi ketika ada temenmu resign/PHK. Tugasnya dia kemudian dilimpahkan ke kamu.
Yang tadinya kerjaan selalu selesai bahkan sebelum jam pulang, sekarang gak bisa. Pulangmu bahkan molor lebih malam krna waktunya kurang buat kerjain tugas.
3. Jobdesc Makin Nambah
Udah waktunya kerasa kurang, yg dikerjain pun makin buanyak. Belom lagi kalo supervisor atau kolegamu melempar kerjaan yg mestinya jd tanggungjawabnya ke kamu.
Makin kelabakan lah itu kamu, fresh graduates dari kampus terbaik. :))))
4. Selalu Ngerasa Tertinggal
Meskipun hari ini kamu udah plan serapi dan se-efisien mungkin, tapi realisasinya tetep ada ajaaa yg bisa bikin kerjaan itu tertunda.
Yang kamu target kelar jam 15.00, malah dikomplain departemen lain krna kamu baru kelar jam 16.30 :)))
5. Kesehatanmu Drop
Gimanapun juga, tubuh manusia juga punya limit. Komputer aja bisa nge-freeze kalo running program gede secara bersamaan. Manusia pun ya sama.
Kita mulai terserang gangguan2 pada kesehatan tubuh kita. Mulai dari yg ringan sampe yg parah.
Ada artikel bagus di @LinkedIn yg menjelaskan fenomena ini.
1. Nobody Wins
Baik pekerja atau pemberi kerja sama2 rugi disini.
Pekerja bisa resign dan pindah tempat lain yg lebih appreciate dia. Dan bosnya kehilangan salah satu talent yg capable dibidangnya.
2. Calculate Your Worth
Kadang kita perlu menakar ulang potensi dan pengalaman yg ada dalam diri kita.
Apakah aku layak dibayar sekian? Belom kalo ditambah kena overworked. Berapa semestinya aku dibayar dengan beban dan tanggungjawab sebanyak itu?
3. Take Action
Ketika mengalami overworked dan merasa imbalan yg didapat gak sebanding, saatnya take action.
Bisa dengan nego kenaikan gaji misalnya. Memang ndak semua perusahaan mau kasih Anda gaji lebih. Maka, ya ndak ada salahnya mempertimbangkan opsi lain.
Terlepas apapun alasan perusahaan enggan memberikan pekerjanya apresiasi yg layak, aku selalu meyakini satu hal.
Kalo sampe kamu kenapa-kenapa dan sakit karna terus dipaksa bekerja, yang sedih nanti keluargamu. Orang yg mencintaimu.
Perusahaan tar tgl buka lowongan lagi.
Apalagi ini tar ada Omnibus Law. Yg jd banyak perdebatan krna dianggap terlalu berpihak pada pengusaha.
Jalan ke depan akan semakin berat, kawan. Semoga Allah selalu berkenan memberikan kita kekuatan dan kesehatan.
Panjang umur perjuangan.
[THREAD - END]
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
September gak kerasa tinggal seminggu lagi. Berarti tuntas masa kuartal III ekonomi kita.
Bu Sri Mulyani sudah warning sejak beberapa waktu lalu kalo kita udah diambang bahaya resesi.
Yuk dibahas sambil makan siang..
Secara singkat, resesi ekonomi dipahami sbg turunnya aktivitas ekonomi secara signifikan.
Patokan umum yg dijadikan standar untuk menentukan apakah sebuah negara mengalami resesi atau ndak, adalah dengan melihat GDP yg growth nya minus selama dua kuartal berturut-turut.
National Bureau of Economic Research (NBER), berpendapat bahwa gak perlu liat GDP untuk nentukan suatu negara resesi.
Pokoknya aktivitas ekonomi keliatan drop sampai beberapa bulan. Yg bs dilihat dari real income, angka pengangguran, produksi manufaktur, dan penjualan retail.
Krna ini lewat TL ku dan bahas soal marketing, aku jd tergelitik buat nanggepin.
BTS diundang untuk bicara ttg Global Health Security, dimana mereka fokus sama struggle yg dialami anak muda. Justru menurutku itu udah revelan sama brand self love yg mereka bawa.