Perfeksionis Penyebab Depresi?
.
.
.
Gagal Itu Wajar
Pict: Andrea Piacquadio
Pernah gak lo merasa semua yang dilakukan harus perfect? Semua yang lo lakukan nggak ada yang pernah sempurna, karena hidup memang nggak ada yang sempurna, jadi ya lo harus marah berulang-ulang ke diri lo sendiri. Kondisi seperti ini disebut perfectionism.
Perfectionism, diartikan sebagai sifat yang menetapkan standar performa kelewat tinggi dan berhubungan dengan kecenderungan untuk melakukan kritik diri secara berlebihan.
Hidup dalam perfectionism bisa memicu depresi karena lo cenderung menetapkan standar terlalu tinggi.
Lo akan kritik diri sendiri dengan sangat keras. Semua pencapaian lo abaikan, tapi satu aja kegagalan, lo akan respon dengan banyak kata “seharusnya”.
Pertanyaan berikutnya adalah kenapa lo bisa terbelenggu perfectionism dan jadi seorang perfectionist?
Lo punya persepsi bahwa nggak ada orang yang menerima lo apa adanya. Akibatnya, lo sangat mengejar achievement karena lo menganggap achievement itu jadi alasan lo layak diterima, dicintai, dan dihargai. Padahal nggak gini juga, lo tetap berharga walaupun nggak sempurna.
Lo juga selalu menetapkan standar dengan menggunakan kata-kata “harus selalu” atau “tidak pernah”.
Contohnya: “gue harus selalu olahraga setiap hari” kemudian sekalinya lo sibuk dan nggak bisa olahraga, lo langsung merasa program lo gagal dan memutuskan berhenti olahraga.
Latar belakang keluarga yang punitif terhadap kegagalan.
Seorang anak punya dorongan untuk menyenangkan orang tuanya, kalau orang tua lo gampang mengkritik kesalahan atau menghukum kegagalan, bisa jadi pengalaman itu terekam, dan lo jadi selalu ingin tampil sempurna.
Lo harus belajar menerima bahwa kegagalan itu hal yang wajar.
lo harus mulai belajar mengubah sudut pandang kalau gagal itu adalah jalan sebelum lo mencapai target yang ingin lo raih.
Untuk mengurangi ketakutan akan kegagalan, lo bisa melakukan antisipasi di depan. Misalnya dengan mulai menulis “kalau (............) tidak berhasil, maka yang akan terjadi adalah………dan yang akan gue lakukan adalah………”
Kalau kegagalannya sudah terjadi, coba lakukan refleksi terhadap proses dengan menanyakan pertanyaan ini ke diri lo sendiri.
“Hal-hal apa saja yang sudah gue lakukan dengan baik dalam proses ini? (What went well?)”, terus
“Apa yang tidak bekerja dengan baik di proses ini, ya?(What went wrong?)”, terakhir tanyakan juga “Apa yang bisa gua pelajari dari kegagalan ini? (What can I learn from this?).
Lo bisa tulis di jurnal lo, pikiran-pikiran perfeksionis lo yang suka muncul. Misalnya, “Gue harus belajar sampai larut setiap hari biar bisa dapat A”.
Pas pikiran ini muncul lagi, lo bisa atasi dengan bereksperimen untuk nggak ngikutin jalan pikiran lo.
Melatih Self – Compassion.
Self-compassion merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, terbuka dan aware mengenai penderitaan yang kita alami, serta sikap non judgemental terhadap kekurangan atau kesalahan yang kita perbuat (Neff, 2003).
Gampangnya, saat teman lo gagal atau membuat kesalahan lo akan menghibur mereka dengan kata-kata yang menenangkan sekaligus menyemangati kan? Kata-kata itu lah yang harus lo katakan juga ke diri sendiri. Dengan kata lain, lo harus belajar jadi baik sama diri sendiri.
Contohnya, ketika lo gagal mencetak rekor pribadi di sebuah event lari, daripada misuh-misuh ke diri lo sendiri mendingan bilang ke diri sendiri ”terima kasih ya sudah berusaha sejauh ini, tapi memang ada hal yang nggak bisa kita kendalikan, next time kita akan coba lagi.”
Hidup itu udah keras, perfectionism bikin hidup terasa jauh lebih sulit. Iya, lo harus mengusahakan terbaik buat diri lo, tapi jangan lupa kasih ruang buat kemungkinan gagal.
Kesimpulannya, perfectionism itu bisa lo alami karena lo menetapkan standar yang terlampau tinggi. Sifat perfeksionis bisa berdampak buruk buat kesehatan mental, karena lo akan terus-terusan mengkritik diri dan meremehkan apa yang sudah lo capai.
Jika dirasa sifat perfeksionis lo sudah sangat mengganggu, lo butuh bicara dengan ahlinya.
Satu Persen punya mentor-mentor terlatih, yang siap membantu permasalahan lo di link ini, ya! bit.ly/mentoringtwt
Motivasi Sukses
.
.
.
Menghadapi Quarter Life Crisis, A Thread
Pict: Demeter Attila
Usia 20-an adalah usia persimpangan dari masa-masa remaja yang indah menuju realita usia dewasa.
Banyak tuntutan dan pertanyaan yang muncul tiba-tiba, mau kerja apa? Gimana caranya bisa kaya? Gimana caranya biar bisa bahagia? Kapan nikah? Dan lain sebagainya.
Belum lagi, muncul insecurity ketika membuka media sosial. Melihat teman udah nikah, udah jadi manajer, dan lainnya.
Inilah, quarter life crisis terjadi. Ketika muncul krisis dan ketidakpastian di dalam diri lo tentang arah dan kualitas hidup yang lo jalani.
Mari kita mulai dari pesan pertama! Hati-hati, DM berikut mengandung bawang karena teringat usaha keras seorang Ibu yang membesarkan anaknya.... Saran gue sampaikan langsung atau lewat doa, deh.
Ada juga kah yang Ibunya strong single parent?💪
DM kedua! Siapa nih yang merasa jadi abangnya? :)) disisi lain, memiliki seseorang untuk diajak bercanda memang nikmat banget, apalagi kalau benar-benar nyambung.
Semoga lo dapat kepastian ya. Atau jangan nunggu kepastian, lo sendiri yang buat semua hal menjadi pasti.
Keluar Dari Kesedihan
.
.
.
Cara Mengatasi Kesedihan, A Thread
Sebenarnya, ada satu kata yang lebih tepat lagi untuk
menggambarkan perasaan sedih.
Apa itu? Kata itu adalah grieving atau perasaan
berduka.
Grieving atau berduka adalah perasaan sakit yang mengiringi peristiwa
kehilangan.
Perasaan inilah yang akan lo rasakan ketika orang terdekat lo ninggalin lo.
Perasaan sakit ini mewakili attachment/keterikatan emosional kita terhadap
orang tersebut. Ini juga mewakili perasaan kita terhadap
orang yang meninggalkan kita.
Lagkah Awal Memperbaiki Hidup
.
.
.
Mindset Hidup Lebih Baik
Kalo lo pernah mau mengubah hidup lo abis-abisan, beneran dari dasar dan banyak bgt yg lo mau ubah sekaligus, gue cukup yakin lo pas itu gagal.
Kenapa?
Well, karena emg basically manusia itu nggak suka disrupsi.
Perubahan yang terlalu banyak itu rasanya nggak nyaman. Rasa nggak nyaman ini pastinya buat beberapa org bisa jd motivasi, tp kalau kebanyakan yg ada jd terlalu banyak resistensi dalam diri.
Cara Mengenal Kepribadian Diri
.
.
.
Tes Kepribadian MBTI, A Thread
“Oh pantes aja gue ekstrovert, soalnya kan golongan darah gue O,”
“Gue virgo sih, jdnya realistis bgt orangnya."
Pernah gak lo denger orang sekitar lo ngomong gitu? Ternyata, menurut penelitian kepribadian gak ada hubungannya loh sama golongan darah maupun bulan lahir.
Kira-kira, udh seberapa jauh sih lo kenal kepribadian lo sendiri?
Padahal, dampaknya negatif bgt loh kalo lo gak kenal secara mendalam apa kepribadian lo.
Bisa jadi lo nyesel di tengah jalan karena salah ambil jurusan atau tempat kerja yg gak cocok.