Meski sudah sy buat episode khusus ttg #kekuasaan di kanal #NALAR (Episode 13), saya coba sampaikan sekali lagi di sini. Khususnya merespon kegusaran sejumlah warganet mengapa rangkaian kumpul2 ribuan orang (you know who) dibiarkan, seolah negara tanpa daya mencegahnya.
Apa yang kita sebut sebagai 'Indonesia', sebenarnya adalah gagasan, konsep, cita-cita, tentang hidup-bersama yang kita idam-idamkan.

Apakah sudah terjadi/teralisasi? BELUM. Dan justru karena itu, kita tidak bisa mengandaikannya begitu saja.

#kekuasaan
Salah satu akar keputus-asaan kita terletak dlm gejala bhw tidak semua orang sepakat dengan cita2 minimal hidup-bersama itu (misalnya 'tertib', 'beragam'). Mengapa?

#kekuasaan
Memakai kata2 spt ‘Indonesia’, ‘bangsa’, ‘umum’, dsb mengandaikan adanya hidup-bersama. Tapi kita tahu itu semua sdh hilangan substansi. Selain retorik keutamaan (solidaritas, belas-kasih, dsb.), barangkali tak ada yg lbh menentukan kondisi hidup-bersama drpd dinamika #kekuasaan.
Bisa dibilang, setiap upaya me-rekonstruksi dan men-dekonstruksi hidup-bersama mengandaikan kepekaan terhadap bagaimana dinamika #kekuasaan berlangsung di masyarakat.

Apa itu #kekuasaan?
Dalam pengertian paling minim, #kekuasaan merupakan kondisi dan kapasitas A untuk membuat B melakukan

1. apa yang A kehendaki terhadap B,
2. juga seandainya B tidak menghendakinya.

Jelas kelihatan, bahwa definisi legal-formal tentang kekuasaan samasekali tidak memadai.
#Kekuasaan mewujud mll tiga proses:

1. Legal-formal: cth. otoritas Presiden mengeluarkan PerPres/PP.

2. Informal: cth. kapasitas konglomerat membeli dan mendesak aparat melakukan penggusuran.

3. Pembentukan preferensi: kapasitas kapten iklan membentuk selera/pilihan konsumen.
Masing-masing kategori tak lebih/kurang penting dibanding lainnya. Dari mana kapasitas itu muncul? Dari pemilikan-kontrol sumber-daya beserta perangkatnya secara asimetris: modal, senjata, doktrin, ketrampilan, proses administratif, dsb.

#kekuasaan
Sifat asimetri itu sendiri netral, dalam arti tidak dengan sendirinya melahirkan 'abuse'. Soal #kekuasaan baru muncul ketika praktik dan pelaksanaannya punya implikasi yang menihilkan shared-life (hidup bersama).
Dari pola-pola di atas segera kelihatan bahwa locus (pusat) #kekuasaan di masyarakat bukanlah tunggal (monocentric), tetapi jamak (polycentric).
Maka menyesatkan untuk menganggap ‘pemerintah’ sebagai satu-satunya pemegang #kekuasaan.

Kalau memang bukan tunggal, apakah siapapun punya kekuasaan? Tidak juga. Beberapa sentra kekuasaan jauh lebih digdaya dibanding lainnya.
Seorang Jokowi jelas lbh berkuasa drpd seorang buruh pabrik, tetapi seorang Michael Bambang Hartono juga lbh berkuasa drpd seorang camat.

Tentu ini bukanlah seluruh cerita. Dlm 'realpolitik', mana lebih kuat: Sinar Mas atau BPN? Riziq Shihab atau Kapolres Jkt Barat?

#kekuasaan
Dalam sosiologi, setidaknya dikenal tiga 'wilayah' yang saling bertumpang-tindih dalam praktik #kekuasaan:

1. penjaga kepentingan publik (pemerintah, parlemen, yudikatif);
2. pasar (bisnis, sektor privat)
3. komunitas (kelompok2 masy, golongan/suku)
Aktor dlm 3 wilayah itu terus memperebutkan #kekuasaan. Hidup-bersama adalah kondisi perimbangan kekuasaan antara ketiga kekuasaan itu. Jika salah satu mendominasi, hidup bersama itu akan remuk.
Pemerintah/negara yg kuat dibutuhkan untuk memastikan praktik #kekuasaan pasar (konglomerasi, liberalisasi) tidak meremuk hidup-bersama. Sama halnya, agar praktik kuasa kelompok2 komunitas (mengatasnamakan agama, suku, dll) juga tidak meremuk hidup-bersama.
Kalau dlm Omnibus UUCiptaKer byk pihak khawatir praktik #kekuasaan bisnis malah difasilitasi negara utk meremuk hidup-bersama (lingkungan, budaya, hak ekosob buruh, dll), apa yg terjadi hari2 ini adlh praktik kuasa semena2 kelompok tertentu yg tak bisa dicegah oleh negara.
Kesemena-menaan ini mahal harganya. Bukan hanya karena kepercayaan publik pada negara/pemerintah bisa anjlok, tetapi nyawa orang tak bersalah ikut jadi taruhan.

Semoga Pak @jokowi yg berjanji menghadirkan negara memahami soal ini.

Tuhan melindungi negeri ini dan kita semua.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Yanuar Nugroho

Yanuar Nugroho Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @yanuarnugroho

10 Oct
Saya mengikuti proses pengesahan #UUCiptaKerja kemarin serta protes publik yang menyertainya. Sempat tertegun: semasif itu reaksinya. Saya bukan pakar hukum, saya hanya ingin mengungkapkan kegelisahan sebagai seorang yang sedikit mempelajari dinamika pembuatan kebijakan publik.
Saya berefleksi panjang atas tanggapan/reaksi publik atas #UUCiptaKerja ini. Lepas dari substansi dan politik hukumnya (baca artikel Bivitri di @hariankompas), UU ini dikritik karena tergesa-gesa, tanpa konsultasi publik yang mencukupi, bahkan pembahasan yang tertutup.
Nah, kini setelah mendengarkan penjelasan Presiden @jokowi kemarin, dan membaca mandat UU ini, saya bertanya: bagaimana semua peraturan turunan dari #UUCiptaKerja ini bisa 'dikebut' dalam tiga bulan?
Read 14 tweets
21 Sep
Hari ini, Senin 21 September 2021, saya diundang menjadi penanggap @benjaminbland dalam Webinar @iseas "Understanding @jokowi's Leadership Amidst COVID19 Crisis". Sesuai janji, saya akan twitkan tanggapan saya. Khususnya bagi yg tadi tidak bisa ikut 😁

Sebuah utas
.@benbland menyampaikan paparannya, bagaimana pak @jokowi memimpin Indonesia, menggunakan lensa yang dipakainya saat menulis buku Jokowi: Man of Contradictions. Paparan yg amat menarik. Intinya, tidak gampang memahami kepemimpinan pak Jokowi yang kontradiktif.
Menurut @benjaminbland, pak @Jokowi memimpin 'through personality, not processes; focuses on the people, not the process'. Maka bagi pak JKW, proses, birokrasi relatif lebih tidak penting ketimbang orang, rakyat. Ben benar. Pak JKW selalu mengutamakan rakyatnya.
Read 33 tweets
27 Aug
Tadi sore sy diundang dlm acara "Ngobrol @tempodotco" bareng mas @DamarJuniarto @safenetvoice, Dirjen Aptika @SPangerapan, mb Asfinawati @YLBHI dimoderatori bli @WahyuDhyatmika. Topiknya "Pembungkaman Kritik di Masa Pandemi".

#tribalisme

Rekamannya di facebook.com/TempoMedia/vid…
Terhadap fenomena ini, saya tegaskan sekali lagi: bahwa kita saat ini tengah dalam situasi sentimen #tribalisme. Artinya, "salah atau benar, pokoknya kelompok saya." Ini berkembang dan jadi gelombang besar. Dan ini menjadi semacam 'vicious logic' dari kondisi politik saat ini.
Mengapa #tribalisme terjadi? Pada mulanya adalah keragaman (bhinneka). realitas itu bhinneka. dan ini asumsi dasar politik. karena bhinneka, maka pasti ada konflik kepentingan. itu wajar. tapi meski ada konflik kepentingan ini, kita mau ada tatanan, agar bisa berdampingan (ika).
Read 14 tweets
22 Aug
Setelah rame soal peretasan medsos individu & organisasi, sy mau nerusin ttg urgensi ekosistem pengetahuan inovasi dan integrasinya dlm kebijakan di Indonesia. Mengapa penting?

Retas-meretas ini salah satu indikasi pengetahuan tdk berakar di republik ini. #inisiatifpengetahuan
Pertama, soal kebijakan. Apa kebijakan itu?

Kebijakan adlh pilihan pemerintah utk melakukan atau utk tidak melakukan sesuatu.

Pemerintah tdk bisa menyelesaikan semua masalah. Maka hrs memilih, memprioritaskan: mana yang mendesak, mana yang paling berdampak.
Di dalam membuat kebijakan, ada hasil yg memang diinginkan (intended outcomes), tapi juga ada dampak yg tidak dimaksudkan (unintended consequences).

Pada prakteknya, unintended consequences ini yang sering kali luput atau tidak menjadi pertimbangan saat kebijakan dibuat.
Read 18 tweets
28 Jun
Menyimak video yg ramai hari ini, sdh lama skl rasanya tdk mendengar pak @jokowi semarah ini. Bagi orang Jawa, ini marah, bukan cuma tegas. Lantas apa implikasinya?

Arahan Tegas Presiden Jokowi pada Sidang Kabinet Paripurna, Istana Negara, 18 Juni 2020

Tadi siang, saya diundang teman2 di @thinkpolicyid bersama prof @ChatibBasri dan @Afutami memberikan catatan mengapa kita semua mesti peduli pada kebijakan publik. Apa kaitannya kepedulian pada kebijakan publik dgn video pak @jokowi tadi?

antaranews.com/berita/1578126…
Sebelumnya, saya diundang Prof Sulfikar Amir dari NTU @sociotalker untuk berbincang2 tentang apa yg bisa menjelaskan kesan lambannya kebijakan pemerintah RI menghadapi #COVID19 ini. Dan saya jawab tegas, rendahnya kapasitas negara (state capacity).

Read 19 tweets
23 Apr
saya dengar dari media dan WAG ttg ditangkapnya @raviopatra. saya kenal pribadi ravio karena slm beberapa saat dia bekerja cukup dekat dgn saya dan saya anggap dia 'anak didik' atau mentee saya. jadi saya akan cerita tentang itu saja. tidak untuk hal-hal lain dulu sementara ini.
saya kenal @raviopatra lewat Open Government Partnership (OGP) ketika saya menjabat sebagai deputi 2 @KSPgoid. indonesia pendiri OGP tahun 2011 bersama 7 negara lainnya. saat ini anggota OGP sudah sekitar 80 negara dan indonesia adalah anggota steering committee (SC).
.@raviopatra saat itu adalah peneliti independen yg menulis tentang capaian keterbukaan pemerintah di indonesia. ini laporannya. silakan dibaca.

opengovpartnership.org/wp-content/upl…
Read 8 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!