Fadli Zon itu dibayar terus dianugerahi bintang Mahaputra, tak terlalu berlebihan adalah untuk menjadi oposisi pemerintah. Hal baik dan benar agar selalu ada pagar bagi pemerintah.
Bahwa soal kualitas kritiknya sering asbun, itu masalah yang berbeda. Masalah kapasitas ruang kepala dan pengalaman hidupnya. Teks dan konteks sering tak nyambung. Dangkal, mungkin istilah paling tepat dapat kita gunakan.
Berharap dapat feedback bermutu dan lalu ada debat positif atas celotehnya, wasalam dah. Ga usah terlalu berharap. Baru kita mulai gali, langsung ketemu dasarnya.
Fadli Zon menyoroti video rekaman yang memperlihatkan pasukan khusus TNI berada di sekitar markas FPI di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta.
Fadli mempertanyakan alasan TNI melakukan hal tersebut. Menurut dia, tindakan tersebut bisa membuat rusak nama baik TNI.
Apalagi, jika tujuannya untuk menakuti-takuti rakyat.
Fadli ga mungkin ga tahu bahwa yg datang adalah Koopssus, pasukan khusus gabungan 3 matra pasukan elit dari 3 angkatan yg lahir sebagai jawaban atas UU no 5 tahun 2018 tentang pelibatan TNI dalam penanggulangan terorisme.
Seragamnya saja sudah sangat jelas, hitam dengan baret merah maroon.
.
.
Komando Operasi Khusus Tentara Nasional Indonesia (Koopssus TNI) merupakan salah satu unit komando pasukan elit TNI yang merupakan bagian
dari Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) secara struktural komando langsung di bawah Panglima TNI, dan baru bergerak atas perintah Presiden.
.
.
Sangat clear, itu pasukan baru bergerak kalau Panglima TNI yang memberi perintah, atas persetujuan Presiden.
Artinya, kalau bergerak, ga ada yang boleh tahu kecuali 2 pribadi tadi, Pangab dan Presiden. Bahkan Pangdam sebagai pemilik wilayah saja ga harus dan perlu diberitahu.
Lha koq dia bilang nakuti rakyat kan ga masuk akal. Itu pasukan ga akan senang tampil dan terlihat di muka umum karena kerahasiaannya yang harus selalu dijaga. Mereka yang beruntung bisa melihat kehadiran pasukan itu adalah mereka yang kebetulan berpapasan saja.
"Terus kenapa berhenti di markas petamburan dan membunyikan sirine kalau bukan mo pamer?"
PSYWAR. Tapi jelas bukan ditujukan untuk markas Petamburan. Pasukan itu hanya sesaat tampak dan infonya hanya 1 video beredar & katanya dari mereka pulalah yang merekam dan memyebarkannya.
Sangat mungkin ada yang menyamar dan merekam kejadian tersebut dan mengedarkannya sebagai satu kesatuan maksud psywar iti sendiri.
Dengan keluarnya pasukan ini, dapat dipastikan bahwa skala kegentingan atas peristiwa Petamburan bukan hanya seperti yang kita lihat.
Ada sesuatu yang sangat kuat sedang bermain, dan Koopssus membunyikan sirine di depan markas itu adalah pesan bagi siapa di belakang Petamburan. Koopssus ingin bilang "HEY..., ADA GW. KALIAN SERIUS?"
Ketika dikonfirmasi oleh wartawan, Komandan Koopssus yang juga mantan Wadanjen Kopassus ini mengatakan konvoi kendaraan tersebut terlihat berhenti, hal itu merupakan bagian dari protap.
”Kalaupun terlihat berhenti, itu merupakan protap konvoi kendaraan berat untuk cek kondisi kendaraan dan rangkaian. Atau jalanan macet,” ujarnya.
"Masa cuma ribut Petamburan saja sampai melibatkan pasukan elitnya elit?"
Masa Presiden dan Pangab harus cerita ke kita apa itu skala genting? Satu hal yang pasti, video itu sengaja disebar sebagai pesan sekaligus diplomasi negara bahwa terorisme ada di balik semua ini dan Koopssus hanya ingin bilang, "lo jual, ane beli..!!".
"Maksudnya, koopssus membuat berita melalui video itu?"
Namanya juga pasukan elit, ga akan ada elitnya kalau mudah di tebak. Kita tak akan pernah tahu siapa perekam itu. Yang jelas video itu beredar dan banyak orang jadi tahu ada kejadian tersebut.
Bukankah pesan selalu terkait dengan media? Entah kertas, rekaman suara bahkan video, itu hanya cara mereka meniggalkan pesan itu.
"Trus dimana lebay-nya Fadli?"
Itu kata menakuti rakyat. Dan dengan demikian merusak nama TNI. Fadli pun, berbicara karena video yang dia lihat.
Bukan laporan masyarakat yang heboh atas kehadiran pasukan itu.Sekali lagi, pasukan itu tak ingin dilihat oleh siapapun. Kalau Fadli dan yang lain melihat dari video, itulah pesan sengaja yang ingin disampaikan.
Kecuali Fadi bisa membuktikan bahwa video itu berasal dari rakyat yang secara kebetulan merekam.
Atas hadirnya pasukan super elit ini, tak berlebihan bahwa kita pun diajak mengerti oleh pemerintah bahwa ada potensi yang tak ringan atas peristiwa Petamburan, dan namun di sisi lain pemerintah juga mengabarkan bahwa tak perlu terlalu khawatir.
NEGARA HADIR!
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Setelah terbentuk Pam Swakarsa, Wiranto terlibat pertemuan yang mengkoordinasikan pergerakan pasukan milisi itu.
Pada 9 November 1998, sekitar pukul 09.00-10.00, dilakukan rapat di rumah dinas Wiranto di Kompleks Menteri, Jalan Denpasar Raya, Jakarta.
Hadir dalam pertemuan itu antara lain: Pangab Jenderal Wiranto, Pangdam Jaya Mayjen Djadja Suparman, Kapolda Metro Jaya Mayjen Noegroho Djajoesman, dan Mayjen Kivlan Zen.
Dulu, becanda soal agama, sepertinya bukan hal tabu. Berbicara dan bahkan kritik adalah hal lumrah. Yang penting, bukan menghina apalagi menista.
Menjadi sulit ketika tiba-tiba kaum fanatik muncul menguasai publik dan kita bingung mana batasan kritik dan menghina. Yang jelas, banyak sudah korban dipenjara gegara ngomong masalah agama.
Dulu, mengkritik pemerintah, negara, hmm..., besok hilang atau paling tidak gak akan bisa tidur nyenyak, apalagi berbicara mengganti dasar negara. Makar dan Nusa kambangan menanti dengan awal bonyok-bonyok.
Ga tau maksudnya apa Panglima tanya-tanya sama bang sniper. Setahuku bahasa Indonesianya adalah penembak runduk.
Dalam samaran sempurna, dia bisa berada di mana saja tanpa seorangpun tahu posisinya. Pokoknya, tiba-tiba "dorr..!!" matek sudah orang yang dibidiknya tanpa pernah tahu siapa yang cabut nyawa dari raganya.
KEMANA MEREKA YANG SEHARUSNYA BERSAMA PRESIDEN?
.
.
.
.
.
Nggumunan" (mudah dibuat kagum) itulah penyakit kita.
Kita mudah dibuat kagum dengan apa yang kita lihat, apa yg kita dengar. Lebih parah lagi, kita melihat dan mendengar hanya yang kita ingin.
📁Artsy
Brizieeq pulang (diusir), bukan esensi logis kepulangannnya karena faktor harus, kita berpikir. Kita lebih senang dengan memaknainya dengan teori konspirasi di belakangnya, dan maka penyambutan pada kepulangannya luar biasa besar.
Bukankah ketika tak ada lagi tempat dapat dituju, rumah adalah satu-satunya tempat pulang? Maka persepsi jujur media Australia yang bingung, seharusnya menyadarkan kita.
S A K I T ATAU P E S A K I T A N
.
.
.
Ehhh, ntar dulu DUL
.
.
.
Entah bodoh atau kebelet pingin ribut, tapi caranya justru semakin menjauhkannya dari umat. Umat dipastikan akan mengambil jarak dan tak lagi menengok.
Lon*e sebagai tema kotbah sudah sangat melukai, kini umat dibawa pada kesan bahwa penggal kepala adalah bagian normal dari agama.
Ancaman penggal kepala saja sudah sangat brutal dan jauh lebih dari cukup menggeretnya pada pidana.
Menyebut peristiwa Perancis sebagai rujukan (hal bagus), sama dengan menyetujui kebrutalan yang terjadi di Perancis dan ini tentang kredibilitas negara.