S A K I T ATAU P E S A K I T A N
.
.
.
Ehhh, ntar dulu DUL
.
.
.
Entah bodoh atau kebelet pingin ribut, tapi caranya justru semakin menjauhkannya dari umat. Umat dipastikan akan mengambil jarak dan tak lagi menengok.
Lon*e sebagai tema kotbah sudah sangat melukai, kini umat dibawa pada kesan bahwa penggal kepala adalah bagian normal dari agama.
Ancaman penggal kepala saja sudah sangat brutal dan jauh lebih dari cukup menggeretnya pada pidana.
Menyebut peristiwa Perancis sebagai rujukan (hal bagus), sama dengan menyetujui kebrutalan yang terjadi di Perancis dan ini tentang kredibilitas negara.
Dua perkara sekaligus dalam satu frame video.
Sepertinya, tak ada ruang lagi baginya lolos. Tak ada alasan negara tak bertindak.
Kemarin, kapolda sudah diganti gegara dianggap tak tanggap. Tak mungkin Kapolda baru tak tanggap atas peristiwa ini.
Kemarin, yang terluka adalah rakyat Jakarta karena khawatir penularan Covid akan semakin menggila di Jakarta dan berawal dari Petamburan.
Hari ini, bukan hanya orang Jakarta akan terluka, umat Islam! Islam di sudutkan pada cara barbar yang tidak pernah menjadi miliknya.
Tak layak dia mati karena Covid, seharusnya hukum yang mengambilnya.
.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dulu, becanda soal agama, sepertinya bukan hal tabu. Berbicara dan bahkan kritik adalah hal lumrah. Yang penting, bukan menghina apalagi menista.
Menjadi sulit ketika tiba-tiba kaum fanatik muncul menguasai publik dan kita bingung mana batasan kritik dan menghina. Yang jelas, banyak sudah korban dipenjara gegara ngomong masalah agama.
Dulu, mengkritik pemerintah, negara, hmm..., besok hilang atau paling tidak gak akan bisa tidur nyenyak, apalagi berbicara mengganti dasar negara. Makar dan Nusa kambangan menanti dengan awal bonyok-bonyok.
Ga tau maksudnya apa Panglima tanya-tanya sama bang sniper. Setahuku bahasa Indonesianya adalah penembak runduk.
Dalam samaran sempurna, dia bisa berada di mana saja tanpa seorangpun tahu posisinya. Pokoknya, tiba-tiba "dorr..!!" matek sudah orang yang dibidiknya tanpa pernah tahu siapa yang cabut nyawa dari raganya.
KEMANA MEREKA YANG SEHARUSNYA BERSAMA PRESIDEN?
.
.
.
.
.
Nggumunan" (mudah dibuat kagum) itulah penyakit kita.
Kita mudah dibuat kagum dengan apa yang kita lihat, apa yg kita dengar. Lebih parah lagi, kita melihat dan mendengar hanya yang kita ingin.
📁Artsy
Brizieeq pulang (diusir), bukan esensi logis kepulangannnya karena faktor harus, kita berpikir. Kita lebih senang dengan memaknainya dengan teori konspirasi di belakangnya, dan maka penyambutan pada kepulangannya luar biasa besar.
Bukankah ketika tak ada lagi tempat dapat dituju, rumah adalah satu-satunya tempat pulang? Maka persepsi jujur media Australia yang bingung, seharusnya menyadarkan kita.
Dia pernah menjadi Kasat III Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya, hingga Direskrimsus Polda Metro.
Saat menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal khusus itulah perkara Risieq dalam kasus chat mesum itu, status tersangka di sematkan padanya.
Keduanya, (berikut lawan tandemnya) dipersangkakan dengan Pasal 4 ayat 1 juncto Pasal 29 dan atau Pasal 6 juncto Pasal 32 dan atau Pasal 8 juncto Pasal 34 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
AKHIRNYA... KELAR HIDUP LO GAN!!
.
.
.
AH MASA??
.
.
.
Bagi sebagian orang yang keburu tak suka padanya, kata "PENCEGAHAN" mereka jadikan KATA KUNCI
"Seharusnya itu bisa di cegah. Baik peristiwa di bandara, kabupaten Bogor dan Petamburan Jakarta Pusat. Kalau pemerintah mau, sejak awal itu dapat dicegah. Lihat akibat kelalain mereka. Penularan semakin massive.
Sia-sia pamer bisa bertindak tegas bila akibatnya sudah menjadi sedemikian parah."
Dulu kota ini sangat ramah dan hidup. Warna warni lampu dan harumnya bunga ditaman selalu menyambut setiap orang yang berkunjung disana.
Mudah kita jumpai warga duduk ditaman kota, anak-anak kecil berlarian dengan teriakannya dan canda tawa warganya terdengar menyusup diantara dedaunan hijau yang segar.
Lima tahun yang lalu saya mengunjungi kota ini sebagai jurnalis yang mendapat kesempatan mewawancarai seorang peraih nobel perdamaian.
Sekarang kota ini ini benar-benar telah berubah.
Tidak dengan gedung dan bangunannya. Masih tetap sama, masih tetap tidak berubah.