Sering Tersenyum Bukan Berarti Bahagia
.
.
.
Self Healing ala Chandler, A Thread

Pict: Pinterest Image
Gue rasa sebagian besar orang suka dibuat ketawa. Dari mulai tebak-tebakan receh, meme di internet, nonton film dan baca buku komedi, sampai nonton stand-up comedy.

Kalau gue suka nonton sitkom. Salah satu sitkom favorit gue adalah sitkom dari Amerika judulnya Friends.
Friends bercerita tentang persahabatan enam sekawan: Monica, Ross, Rachel, Phoebe, Joey, dan Chandler.

Sejak awal, enam orang yang diceritain ini sebenarnya punya perkara yang... well, menurut gue cukup pelik.
Meski begitu, mereka gak serta merta jadi karakter yang gloomy atau depresif.

Mungkin mereka sering misuh-misuh sama masalah yang mereka hadapi, tapi pada dasarnya mereka tetap jadi orang biasa yang tetap fungsional dalam kesehariannya.

Kok bisa, ya?
Salah satu andalan dari Friends adalah lawakan yang dihasilkan dari interaksi dan reaksi tokoh-tokohnya.

Baik di situasi kasual maupun ketika merespon kejadian absurd yang dialami. Mulai dari ledek-ledekan, komentar nyinyir, sampai jokes sarkastik.
Tokoh yang paling di-notice sebagai tokoh yang paling sering bercanda adalah Chandler, yang terkenal suka bercanda dengan melontarkan komentar sarkastik.

Chandler ini punya latar belakang dari keluarga broken home. Orang tuanya cerai sejak dia berusia 9 tahun.
Bahkan, orang tuanya ngasih tau Chandler kalau mereka mau cerai tepat saat makan malam Thanksgiving.

Sejak peristiwa itu, Chandler mengembangkan humor sebagai mekanisme pertahanan dia dari perasaan negatif.

Kenapa ya, ada orang yang menggunakan humor buat menutupi kesedihannya?
Kalau mengutip dari Steve Allen, komedi adalah tragedi + waktu.

Kadang kejadian yang sedih pun seiring berjalannya waktu dapat dilihat melalui sudut pandang lain sehingga jadinya lucu.
Tapi, coba lihat Chandler. Gue tadi cerita kalo orang tuanya cerai. Seiring dia tumbuh dewasa, Chandler lambat laun bisa bikin joke dari perceraian orang tuanya. Begitu pun saat bapaknya memutuskan jadi waria, Chandler akhirnya bisa berdamai dan membuat itu sebagai candaan.
Chandler melakukan reframing, gimana dia memandang kejadian tersebut.

Buat melakukan ini, kemungkinan lo harus mengubah sudut pandang dari sebagai korban ke menjadi observer.
Sudut pandang lo jadi lebih luas sehingga bisa melihat perspektif lain.

Selain emosi lo jadi lebih positif, secara gak sadar lo akan jadi lebih objektif dalam memaknai peristiwa itu.
Tapi ya balik lagi ke rumusnya, Comedy = Tragedy + Time. Mungkin gak semuanya bisa dijadikan komedi. Entah itu tragedy-nya yang demikian buruknya atau variabel time-nya yang berbeda tiap orang.
Humor sudah dipercaya punya peran penting menjaga kesehatan fisik dan mental, terutama ketika berhadapan sama stres. Sebuah studi menemukan, kalo mereka yang punya selera humor lebih baik dalam merespon stres dan kecemasan.
Humor yang adaptif diketahui berhubungan dengan self-esteem dan kebahagiaan yang lebih tinggi.

Nah meski begitu, gue tetep menyarankan lo cari coping lain buat mendampingi si humor ini.
Coping tuh ada dua jenis, ada emotional-focused yang fokus ke mengelola emosi yang ditimbulkan dan problem-focused yang fokus ke menyelesaikan masalah penyebab stres-nya.

Pendekatan humor ini termasuk jenis emotion-focused coping.
Kalo semua masalah akhirnya cuma dibecandain doang tanpa tindak lanjutnya, bukan nggak mungkin lo malah menutup kesempatan buat menyelesaikan masalah yang sebenernya masih bisa diselesaikan.
Misalnya, Chandler bereaksi terhadap perceraian orang tuanya dengan reframing pake humor karena dia merasa gak ada yang bisa dia lakukan soal itu.

Tapi Chandler juga pakai humor buat menutupi masalah lain, misalnya insecurity ketika dia merasa dia gagal dalam mencari pasangan.
Padahal mungkin ada yang bisa dia improve dari insecurity-nya dia kalo dia pake pendekatan problem-focused.

Berhubung gaya bercandanya dia dengan komentar sarkastik, kadang akhirnya dia jadi dipandang kurang asertif dan kurang sensitif kalo ada masalah sama orang lain.
Nah kalo lo mau diskusi lebih jauh soal cara coping yang sehat, lo bisa diskusi sama orang-orang yang udah ahli di bidang itu, misalnya Mentor Satu Persen.

Lo bisa ngobrol dan nanya soal masalah lo, serta coping apa yang kira-kira efektif untuk diri lo sendiri.
Nanti lo nggak cuma dikasih tau doang, tapi juga bakal dikasih worksheet atau tugas biar coping lo lebih terstruktur dan terarah. Ada juga psikotes dan interpretasinya yang bisa bantu lo lebih memahami diri.

Kalau lo tertarik silahkan klik ke: bit.ly/mentoring-frie….
Semoga, thread ini bisa menambah wawasan lo tentang humor sebagai salah satu pilihan dalam menjalani #HidupSeutuhnya.

Cuma pesen gue, kalo lo mau mulai coping masalah dengan humor, pinter-pinter aja buat mengenali konteks dan situasi dalam menyampaikan jokes.
Gimana caranya? Lo bisa melatih empati dan menambah wawasan untuk bisa memperkirakan mana jokes yang masih appropriate di situasi tertentu.

Kalo bisa jangan sampai menimbulkan masalah deh, nanti yang ada lo mau ngilangin stres malah tambah stres.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Satu Persen - Indonesian Life School

Satu Persen - Indonesian Life School Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @satupersen_id

18 Nov
Selamat Malam Perseners! Kita mulai Anonymous Message lagi yuk~ pertanyaannya adalah kondisi apa yang sekarang membuat lo jadi khawatir sama masa depan lo?

Boleh kirim pesan untuk curcol, kasih semangat, atau apapun itu, nanti gue post! Langsung aja👇
twitter.com/messages/compo…
#1 Membandingkan diri dengan orang terdekat membuat khawatir. Hal ini memang gak ada habisnya dan mungkin sulit untuk dikontrol. Bisa juga karena kita menilai diri kita, namun menggunakan standar penilaian orang lain. Kalian semua berharga & berada di jalan unik masing-masing ☺
Jadi.. jangan khawatir. Kita gak "ketinggalan", kok. Tanpa kita sadari, tiap hari kita belajar & ber-progress, loh! Terkadang kita hanya menyadari hasil akhir dari pencapaian orang lain.
Gak apa. Gue tetep yakin kalau lo semua punya kelebihan unik. Terus gali & ber-progress ya😉
Read 9 tweets
17 Nov
Kenapa Semua Makanan Yang Nggak Sehat Itu Enak?
.
.
.
Seri Logika Sehari-hari, A Thread
Pict: Andrea Piacquadio
Kenapa semua makanan yang gak sehat itu enak?

Penasaran?

Buat mulai menjawab, gue mau kelompokin dulu semua makanan yang ada di hidup gue.
Misalnya, makanan nggak enak tapi sehat ada jamur shirataki, makanan yang enak dan sehat ada gado-gado, makanan nggak enak dan nggak sehat ada bakwan goreng yang lo coba bikin tapi gagal, dan ada makanan enak tapi nggak sehat misalnya mie instan.
Read 17 tweets
14 Nov
Perfeksionis Penyebab Depresi?
.
.
.
Gagal Itu Wajar

Pict: Andrea Piacquadio
Pernah gak lo merasa semua yang dilakukan harus perfect? Semua yang lo lakukan nggak ada yang pernah sempurna, karena hidup memang nggak ada yang sempurna, jadi ya lo harus marah berulang-ulang ke diri lo sendiri. Kondisi seperti ini disebut perfectionism.
Perfectionism, diartikan sebagai sifat yang menetapkan standar performa kelewat tinggi dan berhubungan dengan kecenderungan untuk melakukan kritik diri secara berlebihan.

Hidup dalam perfectionism bisa memicu depresi karena lo cenderung menetapkan standar terlalu tinggi.
Read 18 tweets
12 Nov
Motivasi Sukses
.
.
.
Menghadapi Quarter Life Crisis, A Thread

Pict: Demeter Attila Image
Usia 20-an adalah usia persimpangan dari masa-masa remaja yang indah menuju realita usia dewasa.

Banyak tuntutan dan pertanyaan yang muncul tiba-tiba, mau kerja apa? Gimana caranya bisa kaya? Gimana caranya biar bisa bahagia? Kapan nikah? Dan lain sebagainya.
Belum lagi, muncul insecurity ketika membuka media sosial. Melihat teman udah nikah, udah jadi manajer, dan lainnya.

Inilah, quarter life crisis terjadi. Ketika muncul krisis dan ketidakpastian di dalam diri lo tentang arah dan kualitas hidup yang lo jalani.
Read 12 tweets
10 Nov
Ketika Merasa Marah Harus Ngapain, Ya?
.
.
.
Cara Mudah Kelola Emosi
Gue rasa hampir semua orang pernah atau bahkan suka dengerin musik. Apalagi buat yang punya lagu atau genre favorit, bisa lo ulang terus tanpa henti.

Pernah gak sih misalnya mood lo lagi berantakan, terus lo setel musik, selagu dua lagu dan somehow lo ngerasa enakan gitu?
Mungkin lo pernah denger kalo musik selain bisa jadi sarana hiburan, juga sering dipake buat coping sampe mengelola emosi.

Yup, emotion-focused coping. Itu adalah salah satu prinsip coping stres yang fokusnya mengelola emosi negatif yang muncul akibat dari stres.
Read 16 tweets
9 Nov
Halo, Perseners! Mumpung udah malam nih, gimana kalau gue kasih tantangan? Coba lo ungkapin perasaan lo ke orang yang membuat lo terkesan bulan ini.

Masih nggak berani? DM aja deh, biar gue yang sampaikan!
twitter.com/messages/compo…
Mari kita mulai dari pesan pertama! Hati-hati, DM berikut mengandung bawang karena teringat usaha keras seorang Ibu yang membesarkan anaknya.... Saran gue sampaikan langsung atau lewat doa, deh.

Ada juga kah yang Ibunya strong single parent?💪
DM kedua! Siapa nih yang merasa jadi abangnya? :)) disisi lain, memiliki seseorang untuk diajak bercanda memang nikmat banget, apalagi kalau benar-benar nyambung.

Semoga lo dapat kepastian ya. Atau jangan nunggu kepastian, lo sendiri yang buat semua hal menjadi pasti.
Read 7 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!