GIBRAN VS TEMPO
.
.
.
Penjarakan Mereka Yang Pantas
.
.
.
Isu kental yang sengaja dihembuskan terhadap penangkapan Mensos Juliari Batubara adalah penggalangan dana bagi Pilkada 9 Desember yang lalu. Duit dalam jumlah besar, kabarnya dikumpulkan demi pemenangan PDIP.
Sama dengan rijik, salah satu alasan bagi kepulangannya dari Arab Saudi setelah sekian lama terdampar di sana, isu beredar adalah penggalangan dukungan dari kelompok yang sangat dekat dengannya. Sama-sama dalam konteks Pilkada.
Kalau alasan itu benar, keduanya sudah keburu lumpuh sebelum perang dijalaninya. Ibarat pertandingan, score adalah 1:1. Dua orang itu telah mendekam di penjara dengan alasan masing-masing.
Ketika jalur formal tak berujung memuaskan, jalur non formal pun dipilihnya. Formalitas dalam bentuk protes hingga mem WTO kan Indonesia oleh EU dalam hal kebijakan Nikel tak pernah membuat Indonesia mundur.
Bahkan ketika sawit dijadikan sanderaan, kita pun hanya menoleh dengan tatapan aneh. Tak ada ekspresi takut komoditas itu jadi tak laku dan kita kawatir.
Jerman sebagai salah satu negara terdepan pada kelompok negara-negara super kaya dan maju yang tergabung dalam Uni Eropa harus bertindak dengan cara seperti itu karena mereka benar-benar terancam.
Mbok Jilah kini selalu sumringah. Tak ada lagi wajah ditekuk gegara dagangannya gak laku apalagi sisa.
Dulu, jam 8 pagi, seperempat dagangannya selalu masih tertata di amben atau lincak atau apalah namanya meja dari bambu dengan tengahnya berlubang dan mbok selalu duduk disana saat beraksi.
Kini, jam 7 pagi, semua bersih. Tak tersisa sedikitpun, dan mbok Jilah gak berusaha nambahin jumlahnya alih-alih mencegah pesaing, dia menyarankan tetangganya turut berdagang.
DRUN... INI PESAN DARI JAKARTA UNTUK INDONESIA
.
.
.
POLRI & TNI BERTINDAK TEGAS PADA KEBRUTALAN .
.
.
.
Terima kasih Pada Kapolda Metro Jaya & Pangdam Jaya
yang telah tegas membubarkan aksi 1812 hari ini.
BRAVO TNI & POLRI
MEMAKSAKAN KEHENDAK ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN KADRUN
.
.
. #ProvokatorBahlul
MENJADIKAN IBU-IBU SEBAGAI GARDA TERDEPAN UTK DIBENTURKAN DENGAN APARAT
.
.
.
.
Sampahhhhh....
.
.
Bodoh, tak peka, minim kretivitas atau ndableg, entahlah. Seringkali, mereka hanya akan bicara apa yang ingin dibicarakan. Melihat apa yang benar-benar ingin dilihat saja.
Peristiwa Sigi tak mampu dilihat dari sisi pantas sebuah peristiwa dilihat dari sudut pandang yang lebih masuk akal yang seharusnya dilakukan oleh Komnas Ham. Mereka tak bersuara.
Kenapa peristiwa tewasnya 6 orang pengawal rijik demikian mudah mereka caption? Itu sisi pandang mudah dan maka cepat dia berteriak lantang. Ada indikasi kekerasan negara pada rakyatnya. Ada korban meninggal atas akibat peluru milik aparat.
Pangdam Jaya, Mayjend Dudung pada awalnya dianggap keluar dari tupoksinya sebagai pejabat militer dengan berdiri di belakang pencabutan banyak baliho milik efpei yang terkesan sangat sakti. Tak ada satu pun aparat berani mengambil peran itu.
Protes keras para esjewe bermulut bau dan berhati busuk langsung memenuhi banyak laman medsos. Mereka membuat banyak narasi memojokkan Pangdam.
Bukan mundur aparat dibuatnya, Kapolda Metro Irjend Fadil justru melangkah sangat jauh, bahkan pada titik mustahil bagi para skeptis yang tak lagi berharap muluk, dia mengandangkan seorang brizieq, pentolannya pentol efpei.