Kami adalah keluarga kaya, bahkan amat, amat kaya sekali. Bukan lebay tapi beneran super kaya. Kekayaan yang akan membuat kami bisa menjadi apa saja yang kami mau.
Kurang lebih 70 tahun yang lalu, leluhur kami telah meninggalkan warisan dengan jumlah amat sangat besar.
Saya adalah generasi ke 3, yang dalam fase memberikan kesempatan generasi berikutnya yakni ke 4 mengambil alih peran.
Kakek meninggalkan warisan dalam bentuk dana abadi.
Dana yang akan terus bergulung dengan nilai sangat fantastis dimana siapapun tak mungkin akan menyaingi kekeyaan keluarga kami.
Kami, penerima waris hanya perlu rukun satu sama lain. Jangan pernah ribut satu dengan yang lain
Beberapa kali saya menulis bagaimana FPI bisa bubar, hanya ketika Pangdam Jaya dan Kapolda Metro bersatu. Alasan sederhana rujukan adalah tahun 1999 cikal bakal FPI dibentuk oleh keduanya demi SI MPR 99.
Alasan saat pembubarannya adalah kepentingan yang sama pada saat usaha pendiriannya.
Sejak Presiden memberi sinyal pada para pemegang kekuasaan keamanan dengan dimutasinya 2 Kapolda, Pangdam jaya memaknainya dengan cara berbeda. Tegas layaknya militer jaman dulu kita kenal.
Kuasa tak langsungnya dalam teritorial sebagai Panglima Kodam di wilayah DKI digunakan dengan smart yakni berdiri di belakang Satpol PP. Pe-De para satpol PP, ternyata efektif menurunkan banyak baliho milik FPI yang diindikasikan telah melanggar banyak pasal.
Bukankah mudah kita terbawa senyum ketika semua orang di sekitar kita tertawa?
Demikian pula, mata kita pun cepat berkaca-kaca saat orang di sekitar kita menangis.
Itulah ekspresi jujur. Itu kejujuran alamiah kita tanpa harus sedikit pun usaha kita berikan ketika menghadirkannya. Keluar begitu saja dari dalam diri kita tanpa perencanaan. Sifat itu ada dalam diri kita tanpa terkecuali.
Tak terikat pada gelap kulit kita dan biru mata dia. Tak terkait apa suku kita apalagi agama. Kita sama.
Ketika bencana alam menghantam kita, seluruh dunia pun dengan cepat membantu. Skala rasa peduli sebagai sesama memancar sedemikian hebat karena penderitaan dan tangis.
JANGAN KONGO KAN INDONESIA
.
.
.
.
Indonesia tak boleh menjadi Kongo ke dua dalam konteks negara gagal gara-gara tak mampu membuat regulasi atas kekayaan alam yang dimilikinya.
Negara yang merdeka dari Belgia tahun 1960 ini dulu bernama Zaire. Kekayaan alam yang dimilikinya adalah berkah di satu sisi namun ternyata menjadi bencana di sisi lain.
Kobalt adalah salah satu hasil tambang mineral bumi yang dimiliki Kongo dan menjadi rebutan banyak pihak telah memancing para kapitalis asing. Perang saudara adalah apa yang diakibatkannya ketika persatuan rakyatnya kalah
.
.
GIBRAN VS TEMPO
.
.
.
Penjarakan Mereka Yang Pantas
.
.
.
Isu kental yang sengaja dihembuskan terhadap penangkapan Mensos Juliari Batubara adalah penggalangan dana bagi Pilkada 9 Desember yang lalu. Duit dalam jumlah besar, kabarnya dikumpulkan demi pemenangan PDIP.
Sama dengan rijik, salah satu alasan bagi kepulangannya dari Arab Saudi setelah sekian lama terdampar di sana, isu beredar adalah penggalangan dukungan dari kelompok yang sangat dekat dengannya. Sama-sama dalam konteks Pilkada.
Kalau alasan itu benar, keduanya sudah keburu lumpuh sebelum perang dijalaninya. Ibarat pertandingan, score adalah 1:1. Dua orang itu telah mendekam di penjara dengan alasan masing-masing.