Framing seolah Presiden adalah antek asing atau China dengan mudah dilekatkan hanya karena investasi China yang cenderung lebih aktif. Padahal investasi Amerikapun tak kalah banyak.
Framing tak sehat itu kini semakin dibuat heboh. Perlawanan terhadap pemerintah yang sah diungkit dan ditampakkan secara benderang. Kesalahan Jokowi benar-benar ditunggu hanya untuk digunakan sebagai senjata.
Tak pernah ada seorang Presiden yang terpilih secara demokratis dimanapun yang pernah mendapat penolakan dari rakyatnya sendiri segila dan semasif Presiden Indonesia kali ini
YAQUT CHOLIL MENTERI AGAMA HANYA LULUSAN SMA.
.
.
.
Ape loe... ape loe
.
.
.
Beliau adalah wakil Presiden 1977-1983. Beliau juga pendiri Asean tahun 1967. Tahun 1963 beliau menjabat Menteri Perdagangan pada jaman Presiden Soekarno.
Jabatan sebagai Ketua DPR pun pernah diraihnya. Adam Malik namanya, jangankan kuliah, SMP pun tak pernah dilaluinya.
Kurangkah kapasitasnya hanya karena tak pernah kuliah?
Dahlan Iskan, Susi Pujiastuti juga pernah menjabat Menteri dan keduanya tak lulus kuliah. Tak ada hal salah dengan keduanya, bahkan hebat dimata banyak orang.
Bob Sadino dan Eka Tjipta Wijaya pun mampu menjadi orang terkaya di Indonesia tapi tak pernah kuliah bukan?
Kami adalah keluarga kaya, bahkan amat, amat kaya sekali. Bukan lebay tapi beneran super kaya. Kekayaan yang akan membuat kami bisa menjadi apa saja yang kami mau.
Kurang lebih 70 tahun yang lalu, leluhur kami telah meninggalkan warisan dengan jumlah amat sangat besar.
Saya adalah generasi ke 3, yang dalam fase memberikan kesempatan generasi berikutnya yakni ke 4 mengambil alih peran.
Kakek meninggalkan warisan dalam bentuk dana abadi.
Dana yang akan terus bergulung dengan nilai sangat fantastis dimana siapapun tak mungkin akan menyaingi kekeyaan keluarga kami.
Kami, penerima waris hanya perlu rukun satu sama lain. Jangan pernah ribut satu dengan yang lain
Beberapa kali saya menulis bagaimana FPI bisa bubar, hanya ketika Pangdam Jaya dan Kapolda Metro bersatu. Alasan sederhana rujukan adalah tahun 1999 cikal bakal FPI dibentuk oleh keduanya demi SI MPR 99.
Alasan saat pembubarannya adalah kepentingan yang sama pada saat usaha pendiriannya.
Sejak Presiden memberi sinyal pada para pemegang kekuasaan keamanan dengan dimutasinya 2 Kapolda, Pangdam jaya memaknainya dengan cara berbeda. Tegas layaknya militer jaman dulu kita kenal.
Kuasa tak langsungnya dalam teritorial sebagai Panglima Kodam di wilayah DKI digunakan dengan smart yakni berdiri di belakang Satpol PP. Pe-De para satpol PP, ternyata efektif menurunkan banyak baliho milik FPI yang diindikasikan telah melanggar banyak pasal.
Bukankah mudah kita terbawa senyum ketika semua orang di sekitar kita tertawa?
Demikian pula, mata kita pun cepat berkaca-kaca saat orang di sekitar kita menangis.
Itulah ekspresi jujur. Itu kejujuran alamiah kita tanpa harus sedikit pun usaha kita berikan ketika menghadirkannya. Keluar begitu saja dari dalam diri kita tanpa perencanaan. Sifat itu ada dalam diri kita tanpa terkecuali.
Tak terikat pada gelap kulit kita dan biru mata dia. Tak terkait apa suku kita apalagi agama. Kita sama.
Ketika bencana alam menghantam kita, seluruh dunia pun dengan cepat membantu. Skala rasa peduli sebagai sesama memancar sedemikian hebat karena penderitaan dan tangis.