Thread by @__MV_llestari__

Ketika aparat Kepolisian tak lagi mampu menghandel sendirian, militer adalah solusinya. Tidak selalu harus diterjemahkan dengan militeristik karena melibatkan peran tentara, ada aturan hukum yang melandasinya.

Sama dengan di Indonesia, di bawah komando Kepolisian sebagai pemilik wilayah hukum militer diperbantukan.

Tiga matra darat, laut dan udara pun dilibatkan. Tiga Pasukan Khusus dari masing-masing angkatan diterjunkan.

Bukan kekhususannya adalah "nggebuk" demonstran, efek gentar seringkali adalah apa yang diharapkan. Itu apa yang sering kita saksikan bila kejadiannya di Indonesia.

Berbeda dengan tentara Amerika yang ga pernah kenal dwifungsi, tugas teritorial dalam arti Koramil hingga Kodam masih efektif di tempat kita. Tugas kamtibmas masih memerlukan kehadiran militer sebagai aparat babinsa misalnya. Mereka kenal dengan baik wilayah dan penghuninya.

Maka, untuk kasus-kasus tertentu, mendatangkan pasukan dari luar kota ketika demo besar terjadi di Jakarta, sering kita saksikan.

Di datangkan khusus dari luar Jakarta, tentu punya maksud.

Paling tidak, atau justru hal paling penting adalah, para komandan Bataliyon tiap pasukan tak kenal secara pribadi dengan para pimpinan pendemo misalnya.

Ewuh pakewuh tak akan terjadi. Sikat siapa pun menghalang jalan di depannya, itu sungguh akan dilakukannya.

Tugasnya sangat spesifik yakni menghalau demo.

Washington DC, kini dijaga militer. Tentara turun kejalan. Siapa saja melawan, siap-siap konsekuensinya.

Bukan hanya Indonesia yang sering harus terpaksa menurunkan militer demi demo ngawur warganya, Amerika pun melakukannya bahkan diturunkan di Ibu Kotanya.

Demokrasi sedang menemukan jalan bersilang dan kita diminta berbenah. Itu mungkin adalah pelajaran kita atas peristiwa ini.
.
.
.

- NitNot- @Andita_4