Orang miskin cuma dijejali cerita akhirat, tanpa keseimbangan melihat juga urusan yang dekat-dekat.
Ini yang bikin aku sendiri berang. Daerahku terlalu bangga disebut daerah paling islami, sementara kemiskinan terpampang di sana sini.
Mereka paham tentang kewajiban zakat, tetapi cuma segelintir anak-anak miskin terbantu utk sekolah tinggi² dr pendapatan zakat.
Mereka tahu zakat sbg bagian dari Rukun Islam, tetapi banyak orang miskin hidup di sana tanpa ada yang peduli.
Itu baru sebagian contoh kecil.
Islam di sana, dalam praktik sehari-hari, cuma diterjemahkan dlm seringnya bicara agama semata.
Alih-alih menjadikan Islam untuk pencerahan hingga pemberdayaan, Islam cuma dijadikan alat jualan semata; kepentingan politik dan menjadi orang terpandang. Tidak lebih.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mau ku-share hasil nguping ide-ide dari aktor di balik perubahan Banyuwangi?
Kok bisa daerah yang dulu dianggap miskin dan bahkan diremehkan krn terkenal dgn santet bisa berubah?
Sejujurnya, tanda tanya itu yang bikin aku antusias untuk berkunjung ke Banyuwangi.
Terlebih buatku, kata "perubahan" menjadi satu kata memikat. Kabupaten ini skrg bisa dibilang sbg daerah yang identik dengan kata tsb.
Terlebih lagi, dari laporan beberapa media, pemerintah setempat kabarnya sukses menaikkan pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi hingga 99 persen...