kalong Profile picture
26 Feb, 50 tweets, 6 min read
Pekikan nama itu sampai membangunkan ku. Terjaga dengan rasa terkejut, kini termenung menyaksikan kengerian mimpi yang baru saja terlintas. Sungguh gambaran yang membuatku bergidik ngeri, juga merinding.
Kemana raja genderuwo itu menyeret simbok ku? Hah, mungkin hanya bunga tidur saja, ku tepiskan prasangka yang mengganjal di hati. Sebuah ucapan untuk mengesampingkan tanya didalam benak ini.

****
Pagi itu aku yang janjian dengan mbak Tuti pengacara menuju ke kantor polisi untuk wajib lapor juga menjelaskan tujuan maksud kami. Dengan kesepakatan akhirnya aku membayar ke pihak kepolisian sebesar seratus juta untuk memudahkan pengurusan bebas dari jeratan hukum.
Setelah itu sebelum siang aku juga diajak menuju rumah jaksa dengan maksud sama-penyuapan. Semua beres terkendali dengan membayarkan uang seratus lima puluh juta.
Kami berdua pun melanjutkan obrolan disebuah cafe untuk menyelesaikan transaksi dgn pengacara itu. Aku memberikan uang dua ratus juta untuk jasa yg ia lakukan utk membantu ku.

"Bereskan mas, jgn kuatir kalau masalah seperti ini biar saya atasi asal pelicinnya sesuai." Katanya.
"Iya mbak, terimakasih banyak, nanti kalau benar-benar vonis bebas sudah disahkan pengadilan, saya tambahkan bonus buat mbak Tuti." Berharap akan lancar.

"Waduh terimakasih loh mas Bams, malah repot gitu." Ucapnya dengan tatapan penuh arti.
"Jangan sungkan mbak, jangan kuatir soal uang." Kataku sedikit menyombongkan diri.

Obrolan ke sana kemari pun berakhir karena mbak pengacara ada kesibukan lain, lalu dia berpamitan dengan membawa segepok uang yang aku berikan.
Sebuah senyum sumringah terpancar dari wajah manusia yang sama memiliki hati iblis.
Aku yang masih sendirian di cafe, tanpa sengaja melihat wanita yang sedang asik bermesraan disudut ruangan dengan seorang laki-laki.

"Surti." Kataku lirih.
Pelan aku melangkah untuk meyakinkan, mendekati dua manusia yang sedang berciuman itu.

"Wow hebat kamu ya, dibelakang ku begini rupanya." Bentak ku, mengagetkan mereka berdua.

"Mas Bams." Ucap Surti terkejut.
"Kenapa kaget begitu? Heran aku berdiri disini?" Nada ku emosi.

"Aku bisa jelaskan mas, sabar." Kembali Surti berucap.
Namun penjelasan itu sama sekali tanpa arti untuk ku, malah semakin jijik menyaksikan nya. Ditambah laki-laki disampingnya yang hanya diam tertunduk. Lalu aku pergi tanpa berkata apa pun lagi, meninggalkan perselingkuhan itu.
Terang, luka itu ada meski cintaku hanya main-main dengan nya, saat hampir mekar tunas cinta itu kini harus luruh dan mati.

****
Kematian, bukan berarti usai bakti seorang anak kepada orang tua nya, hanya air mata doa lah yang mampu menyemayamkan dan menghantarkan orang tua yang telah tiada disisi kita.
Jangan pupus kan harapan kedua orang tua dengan meratap duka di alam sana, memandang jalan hidup buah hatinya yang jauh akan ajaran beliau semasa hidup.
Ritual demi ritual sudah terjadi, semakin kaya juga semakin banyak kemewahan yang sudah terbeli. Melewati masa persidangan dengan mulus, terlepas dari jeratan hukum; walau ada banyak manusia yang tersakiti oleh ketidakadilan ini.
Berbagai kekuatan ganjil juga dengan sangat mudah aku lakukan dengan bantuan lelembut.

Namun hidup merasa belum ada keberuntungan karena selalu gagalnya dalam urusan percintaan.
Mimpi yang datang setiap malam tentang siksaan orang tua ku yang dilakukan oleh raja genderuwo itu, aku abaikan bagai bunga tidur.
Hari ini setelah kembali ritual keempat, dua kali Purnama, membuat kamar kini penuh dengan uang yang bertumpuk. Hingga ada keinginan untuk melihat kembali kampung halaman, menunjukan kalau aku sekarang bukan aku yang dahulu, susah dan jadi gunjingan warga.
Meski dikampung sudah tidak memiliki apa pun, hanya sepetak bekas gubuk yang terbakar, juga pekarangan kebun kecil.
Dengan mengajak dua sahabat ku, siang ini melihat kembali tanah kelahiran, yang sudah hampir satu tahun setengah aku tinggalkan.

****
Kampung masih terlihat sama tanpa banyak perubahan dari semenjak waktu itu. Bahkan banyak wajah-wajah anak kecil berlarian yang tidak aku kenali lagi, entah anak siapa mereka.
Terbayang dimana waktu menginjak usia belia seperti mereka; hidup ku sudah harus bergelut dengan kesusahan juga kemiskinan.
"Iki dusun'e pean mas?"
(Ini desamu mas?)
Tanya sahabatku yang sedang menyetir.

"Hooh kang, blas ra ono rubah'e, panggah pancet koyo kolo semono."
(Iya kang, sama sekali tidak ada perubahan, tetap sama saja seperti waktu dulu.) Balasku.
"La umahe pean sebelah ngendi mas?"
(Terus rumah kamu sebelah mana mas?)
Kembali pertanyaan dari salah satu sahabatku.

"Wes ga ono omah neng kene kang, ludes kobongan kok."
(Sudah engga ada rumah disini kang, habis terbakar kok.)
Tanpa sautan tanya lagi, hanya diam dan kembali hening suasana kami, cuma musik dangdut koplo melantun dari sound mobil. Tak lama kami sudah sampai, tanah kosong dengan sisa kayu terbakar yang mulai ditumbuhi semak belukar.
"Mandek kang, iki biyen omah ku."
(Berhenti kang, ini dulu rumah ku.)
Suruh ku, lalu mobil ia parkirkan.

Kami bertiga turun mobil, dgn disaksikan beberapa tetangga ku. Dgn agak sedikit heran mereka menatap kearah ku, seakan tak percaya jika aku datang dgn perubahan saat ini.
Penglihatan ini hanya mampu menerawang kosong ke hamparan tanah dihadapan sana. jika dibangun rumah lagi, cukup luas tersambung dengan perkebunan itu. Malah akan melebihi rumah-rumah penduduk lain nya. Fikirku yang saat ini melintas secara tiba-tiba.
Terbayang sudah untuk membangun rumah mewah disini, walau nanti hanya terbiarkan kosong, setidaknya agar mereka semua tau dan tidak lagi memandangku sebagai manusia yang hidup dari belas kasihan tetangga.
Akan ku balik kehidupan yang dahulu, derajat ku lebih tinggi dari siapa pun dikampung ini.

"Weh mas Bambang." Sapa salah seorang yang aku kenal.

"Kang Gembul, piye kabare?"
(Kang Gembul, bagaimana kabarnya?)
Aku bertanya basa-basi.
"Apik mas, wes suwe ora tilik mrene loh pean, bali wes bedo saiki."
(Baik mas, sudah lama tidak melihat kesini loh kamu mas, pulang sekarang sudah lain.)
Uncapnya memuji.
"Podo wae kang, panggah aku sing biyen. Mung wes ora susah maneh."
(Sama saja kang, tetap aku yang dahulu. Cuma sudah tidak susah lagi.)
Kesombongan ku mulai keluar.
Lalu terlihat wanita itu, dengan daster warna biru kedodoran, perutnya besar. Nurhayati yang sedang hamil, mukanya tetap ayu meski terlihat pucat. Ia hanya memadang dari depan rumahnya, sambil memegangi perut. Dengan sama beradu pandang terlihat senyumnya menyambut.
"Hah, kamu dek Nur, sudah milik orang, kini hamil." Batinku.

Dengan mendekatinya untuk melihat lebih dekat, mengurai rindu, sambil berbasa-basi untuk bertamu.

"Dek Nur, bapak Ada?"
Kataku sambil menjabat tangan nya.
"Wonten mas, monggo pinarak."
(Ada mas, silahkan masuk.)
Sambutnya masih terlihat santun.

Kami bertiga pun masuk, dan disambut oleh pak Sarwidi, ayah dari kekasih hati yang telah disunting orang lain.
"Wealah kok ra ono angin, ora udan, sampean tilik mrene, kepriye kabar.e?"
(Waduh kok tidak ada angin, tidak hujan, kamu melihat kembali, bagai mana kabarnya?)
Sambutan hangat dari pak Sarwidi.

"Kabar sae pak Sar, njih niki mumpung liburan."
(Kabar baik pak Sar, iya ini mumpung libur.)

"Sampean kerjo neng ngendi mas Bambang?"
(Kamu kerja dimana mas Bambang?) Tanya Pak Sarwidi
"Kulo sampun gadah bisnis pak, mboten glidik tumut tiang."
(Saya sudah ada bisnis pak, tidak nguli ikut orang.)
Ujarku menjelaskan.

"Ealah, bisnis opo slirane?"
(Waduh, bisnis apa kamu?)
Ucapnya bertanya.
"Batu bara, restoran, hotel."
Aku berbohong.

"Masa'allah, Wes dadi wong sugih slirane."
(Masa Allah, sudah jadi orang kaya kamu.)
Puji Pak Sarwidi.
Memang berbeda ketika manusia melihat perubahan ini, yang sangat cepat menjadi orang bergaya lain, terpaan pujian juga sanjungan itu menghanyutkan. Hingga semakin menimbulkan rasa sombong. Memandang mereka semua tidak ada apa-apa nya dibandingkan aku saat ini.
"Dadi ngeten pak, kulo bade mbangun griyo wonten mriku maleh, tulung mangkeh pak Sar mang atur. Kulo gaji pak Sarwidi dugi griyo kulo rampung."
( begini pak, saya mau bagun rumah disitu lagi, tolong nanti pak Sar atur semuanya. Saya gaji pak Sarwidi sampai rumah saya selesai)
"Ohh yo mas, ojo kuatir nek kui, tak golekke tukang, sak matrial. La kok digaji barang loh!"
(Ohh iya mas, jangan hawatir kalau itu, nanti aku carikan tukang, juga bahannya, kok digaji segala loh!)
Seru Pak Sarwidi.
"Pun tenang mawon, sampean atur, total pinten, kulo gaji njenengan limang juta sak wulan nipun."
(Sudah tenang saja, kamu atur saja, total berapa, saya gaji kamu lima juta perbulannya.)
Jelas ku memberi kesepakatan.
Dengan rundingan yang panjang, lalu aku berikan uang muka untuk dimulai nya pembuatan rumah sebanyak empat ratus juta. Dengan itu sudah dimulai kesepakatan kami. Lalu malam itu juga aku pulang, dengan meneruskan kabar melalu telphone saja.
Sesudah kembali ke rumah, dikamar yang biasa dingin karena AC tetap terasa panas tubuh ini, haus juga lapar tidak tertahan lagi. Dengan minum air dingin, juga makan banyak, tetap tidak membuat ku puas dan kenyang. Semua isi dapur hampir aku lahap tanpa sisa.
Sosok yang ada dalam diriku keluar dan meminta darah Gagak.

****
Manusia tidak akan pernah tau apa yang di mau astral dari balik kegelapan. Maka jangan pernah bersinggungan atau memperdulikannya. Buang rasa penasaran atau ingin tau tentang mereka, karena tipu dayanya hanya menyeret diri dalam kesesatan.
Sosok setan itu menatap tajam dengan mata merah menyala menatap lekat kearah ku, liurnya menetes dari sela taring panjang disudut bibir hitamnya. Berat suaranya meminta sebuah persembahan, keinginannya untuk meminum darah gagak.
"berikan aku darah gagak, maka kau akan ku buat semakin sakti." Pintanya.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with kalong

kalong Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @cerita_setann

26 Feb
Ingin bertanya tapi malas.

Terdengar suara pintu di ketuk.
Aku kira suruhan ku sudah datang mau memberikan kabar, namun suara motornya tidak terdengar, suara pagar depan juga tidak terdengar di buka.

"Siapa?"
Tanya ku.
Namun sama sekali tidak ada jawaban.
Tak lama, kembali pintu diketuk, kali ini agak keras terdengar.

"Sabar."
Kata ku, sambil berjalan membuka pintu.
Saat pintu aku buka sama sekali tidak ada orang, bahkan mencari di samping rumah, juga garasi tidak menemukan siapa pun. Apa aku salah dengar!
Mengabaikannya, lalu kembali masuk. Baru saja pintu ditutup sudah digedor lagi.

"Kampret, kang ojo guyon ta."
Kata ku, kesal.
Read 137 tweets
22 Feb
A THREAD

"PESUGIHAN SATE GAGAK"

#bacahoror #bacahorror @bacahorror Image
HALO.
Nanti malam saya akan bagikan cerita dari salah satu team kami. Yaitu mas Iphend Alzikra @IAlzikra . Yang kemarin juga ada threadnya yang sudah saya bagikan disini.
Dalam cerita ini bukan untuk di contoh ya, melainkan untuk pembelajaran saja. bahwa kadang kita manusia ingin menjadi sempurna, sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai kesempurnaan itu tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada diri kita sendiri dan sekitar kita.
Read 305 tweets
20 Feb
A THREAD

"SI MANIS GUNUNG CIKURAY"

@bacahorror #bacahoror
#bacahorror
#threadhorror
HALO.
Malam ini saya akan membagikan lagi cerita dari mbak Nesia. Gamblangnya saya menyalin lagi cerita ini dari Facebook yang sudah di ijinkan oleh mbak @NesiaFitri tentunya. Oiya bagi kalian yang ada Facebook jangan lupa gabung ke grup PENA HITAM.
Read 226 tweets
18 Feb
A THREAD

- SUMANTENAN-
10 Hari di Alam Lelembut

#bacahorror #bacahoror #threadhorror #malamjumat Image
Assalamu'alaikum
Kali ini saya akan membagikan cerita dari mbak @NesiaFitri . Sebuah kisah nyata yang dialami oleh kakek dari narasumber yaitu Mbak Nisa.

Sebelum menuju ke cerita jangan lupa RT ya biar rame.
Kelamaan keburu subuh.

***
Read 106 tweets
30 Jan
A thread
Creepy horror story

"GUNUNG DEMPO"

#bacahorror #bacahoror #threadhorror
Story of Jerri Ramdanu

Assalamuallaikum
Kembali dengan saya Iphend Alzikra, akan mengangkat sebuah kisah pendakian horor.
Gunung beselimut kabut, menghias memutih menjadi sebuah keindahan yang menyembunyikan misteri nya. Dempo, gunung yang Indah di Sumatra selatan berdiri dengan gagah menjulang langit.
Read 198 tweets
29 Jan
Halo Sobat Horor 🖖

Yuk ikuti dan ramaikan sayembara "Menulis Cerpen Horor" Caranya mudah kok.

#lombamenuliscerpenhoror
#bacahorror @wahyuariyantn_
@ceritaht @RestuPa71830152 @Desyprayogo1 @BulanPurnama0 Image
Persyaratan Umum
- Gabung denga grup FB Pena hitam
- Tag teman-teman kalian sebanyak-banyaknya. Min 5 org.
- Share postingan ini ke media sosial kalian
- Dan yang paling penting temanya HOROR ya.

*BEBAS MAU DARI KISAH NYATA ATAU FIKSI.*
*NASKAH CERITA BERBENTUK DOC ATAU PDF YA* (WAJIB)

Kriteria penilaian
1. Menulis sesuai dengan ketentuan panitia.
2. Cerita ditulis dalam bahasa Indonesia yang literer (indah, menarik, mengalir) serta komunikatif.
Read 16 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!