Kebencian dapat kita maknai sebagai bentuk emosi yang sangat kuat. Di sana ada tekanan yang lebih spesifik atas ketidaksukaan, atau pada rasa permusuhan, juga ada unsur antipati di dalamnya.
Kebencian dapat tertuju pada seseorang, atau sebuah hal, juga pada barang tertentu, atau bahkan pada sebuah fenomena.
Kebencian juga melahirkan "rasa" ingin menghindar, menghancurkan atau juga rasa ingin menghilangkannya.
Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan bahwa mencintai produk Indonesia saja tidak cukup sehingga kampanye benci barang luar negeri harus digaungkan.
Ungkapan atas narasi cinta produk dalam negeri dan namun di sisi lain ada terselip kata "benci" (sebagai antitesa cinta) pada produk asing dapat kita artikan bahwa pak Jokowi sedang sangat-sangat jengkel.
Relevankah?
Bisa jadi malah blunder. Kenapa? Lha wong harga hp China saja ada yang dijual cuma 500 ribu dan di sisi lain kita sangat butuh barang tersebut pada era hidup saat ini masak harus beli buatan kita sendiri yang berharga jauh lebih mahal?
Artinya ada sisi realistis yang ingin kita coba abaikan. Itu pasti mustahil.
Kita dapat berdebat panjang lebar atas kemana beliau ingin bicara. Kita juga dapat mencari sisi baik atas ajakannya benci barang buatan luar sekaligus sisi anehnya.
Namun ketika pertanyaannya adalah sudahkah kita mampu baik lahir mau pun batin?
Kita akan kedodoran.
Secara lahiriah, jujur saja, sebagian besar dari kita belum sampai pada tahap itu. SDM kita, lihat saja data. Terlalu panjang debat kita demi menjelaskan hal tersebut.
Secara batiniah, lha batin kita saja sangat merana to? Ga percaya? Tanya mereka yang mau sembahyang saja dibatasi. Tanya mereka yang justru ingin "berbatin" asli Indonesia justru dinista dengan ancaman macam-macam dan sering negara tidak hadir to?
Jujur, kita adalah bangsa yang menderita secara lahir mau pun batin. Secara lahir kita pingin tampak ke Arab-araban, kebarat-baratan, kekorea-koreaan dan secara batin kita hmm.., tau sendiri to? Kita jadi seperti makhluk aneh, alien.
Padahal kekayaan melimpah yang diberikan oleh tanah ini bagi lahir kita bikin banyak bangsa melompong. Padahal kekayaan batin kita yang semesta anugerahkan pada negeri ini, bikin surga pun belajar padanya.
Sepertinya pak Jokowi harus jujur saja untuk berani berkata benci pada budaya luar yang membuat kita menjadi seperti alien. Itu ajakan yang jauh penting dan jauh akan membuat kita menjadi diri kita sendiri.
Lihat Jepang, Korea hingga China. Bermula dari bangga dan selalu mengagungkan budayanya sendiri, pada akhirnya mereka pun bangga pada buatan dan karya bangsa sendiri. Dan mereka sukses.
"Mungkin maksud pak Jokowi seperti itu kalee.., beliau kan orang santun. Tau satir ga?""
Hmm... koq jadi begini yak.... 🙄
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bukan tentang kubu yang satu lebih sah dibanding dengan kubu yang lain, sejarah sepertinya akan kembali berulang.
Kita dibawa dan diingatkan pada situasi MLB Parung Bogor dan MLB Ancol saat PKB mengalami perpecahan tahun 2008.
📷BettyJiang
Ada beberapa hal yang hampir serupa terjadi antara cerita tahun 2008 saat PKB menuju perpecahan dengan cerita KLB Demokrat kali ini.
1. PKB lama, adalah Partai dimana seorang mantan Presiden menjadi salah satu pengurusnya, demikian pula SBY yang juga pernah menjadi Presiden kini salah satu pengurus pada Partai Demokrat.
"Tahukah anda apa judul Prepres No 10 tahun 2021?"
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 10 tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.
"Bagaimana dgn Perpres Nomor 74 tahun 2013?"
Perpres nomor 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol.
Jelas sekali bahwa dalam judul Perpres no 10 tahun 2021 itu tak tertulis kata atau kalimat terkait miras atau minuman beralkohol sementara Perpres no 74 tahun 2013 secara eksplisit disebut.
"Di manakah kata alkohol disebut pada Perpres no 10 tahun 2021 disebut dan kenapa justru berakibat protes?"
Pada halaman 4 Lampiran III atas Perpres nomor 10 tahun 2021 itu. Mereka yang protes karena takut, sejatinya hanya karena tidak membaca dengan seksama.
Seandainya Presiden Afghanistan melegalkan opium diperdagangkan pada beberapa wilayah tertentu dengan alasan tertentu pula, kira-kira siapa yang akan berteriak marah?
Taliban. Itu pasti.
📷Ba-bamail
Kenapa? Apakah karena itu barang terlarang oleh agama?
Bila demo besar terjadi, pasti narasi bahwa itu merupakan barang tak baik dan dilarang bagi agama pasti akan mereka pakai.
Namun bagaimana bila pada thn 2016 saja, Taliban mendapat keuntungan lebih dari 40 triliun rupiah atas transaksi opium yg mereka perdagangkan?
Dan mereka bilang itu halal dgn alasan mereka sedang berperang. Nanti, setelah tak ada perang lagi, penjualan itu akan mereka hentikan.
Sepertinya posisi barisan pendukung Presiden Jokowi sedang berada di atas angin. Mereka yang kemarin demikian gencar menyerang kini terlihat lunglai tak berdaya.
📷Agim Sulaj
Pun bila serangan itu masih ada dan terasa, itu hanya tampak dalam sporadis cara mereka memaknai perkara dan namun tak terlihat memiliki adanya pijakan jelas. Mereka tersudut dalam keterceraiberaian. Mereka seperti tak lagi memiliki barisan yang dapat dibanggakan.
Enam tahun sudah Presiden bersama para pendukungknya mencoba mengurai kusut kita sebagai bangsa dalam persatuan. Ada proses mengurai, ada pula potong dilakukan manakala itu tak lagi mungkin. Itu sudah dilakukan.
Sporadis serangan mereka tampak dalam cara malu-malu.
Sepertinya, pemegang saham dua perusahaan minuman beralkohol milik PT Multi Bintang (MLBI) yakni produsen Beer Bintang dan PT Delta Djakarta Tbk pemegang merk Anker Beer bakal sumringah.
📷BehanceNet
Saham mereka sempat rontok sejak RUU Larangan Minuman Beralkohol dibahas sejak 2019 lalu.
Gubernur DKI, mungkin juga salah satu pihak turut sumringah. DKI memiliki saham sebesar 26.25% pada PT. Delta Djakarta tbk.
Pemegang yang lain adalah San Miguel Malaysia dengan kepemilikan 59,33% dan publik sebanyak 15,42%.