JALAN PANJANG DEMOKRASI KITA
.
.
.

Ketika kamu lelah, istirahatlah. Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, bukalah lebih lebar pintu hatimu dengan apa itu makna teman.
Ketika penat melanda pikiranmu, ketika semua peristiwa tampak seolah menyatu dalam rumit tumpang tindih jejak yang lagi mudah diurai, mundurlah.
Seperti ketika kita berada dalam pusaran air, di sana, hanya ada dinding berputar tertampak dan kita lalu terjebak pada pengulangan dan pengulangan. Selalu dan selalu, dan hanya peristiwa-peristiwa itu saja yang hadir dalam putaran waktu kita dan kita merasa hilang.
Kita terjebak...
Menjauhlah...meski hanya sejenak.

Ya.. sepertinya kita butuh menjauh meski hanya sejenak dari riuh suasana kita dalam debat tak berkesudahan atas esensi menjadi lebih baik menurut kita
dan makin jelek bagi saudara kita yang lain atas kemana arah kita sedang akan melangkah.
.
.
Kita butuh meski sesaat demi sejenak berhenti, pun bila perlu mundur setapak dan kemudian menengok kembali di mana titik kita mulai melangkah sebagai pengingat telah sejauh apa kita sudah berjalan.
Soekarno Presiden kita pertama, adalah satu dari sekian banyak para "founding fathers" kita Indonesia. Indonesia sebagai rumah amat sangat besar milik kita bersama dibangun dan didirikan pada eranya.
Tak terlalu berlebihan bila gelar sebagai pendiri rumah besar itu kita sematkan padanya.

Jendral Soeharto dengan kekuatan militernya datang dan kemudian menggantikannya. Dia mengisi dan kemudian tampak berusaha membangun rumah itu.
Tigapuluh dua tahun dia lakukan dan bila apa yang tampak terbangun dengan cukup rapi hanyalah halaman depan rumah kita saja, itu adalah apa kata banyak saudara kita yang tinggal di belakang dan di samping kanan kiri rumah. Mereka merasa tak tersentuh oleh pembangunan tersebut.
Jawa sentris membuat wajah Indonesia seolah hanya Jawa saja. Anehnya, saat dia harus mundur dan diganti oleh Habibie, ruangan tempat dia dan keluarganya tinggal, terlihat sangat rapi bahkan amat sangat mewah dibandingkan dengan ruangan sebelah mana pun juga.
Ternyata dia juga senang dengan kesibukan membangun bagi dirinya sendiri.

Reformasi 1998 memaksa Jendral sepuh itu mundur.
Wiranto sebagai Panglima Abri saat itu memberi jaminan pada pak Harto dan keluarganya dari marah dan balas dendam para musuh politiknya saat kemundurannya dijadikan polemik. Pak Harto aman, ruangan mewahnya pun tak tersentuh hukum.
Reformasi '98 di mana ujung tombaknya adalah mahasiswa, tak mungkin dipisahkan dengan peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996. Dualisme kepengurusan PDI Soerdjadi dan Megawati Soekarno memancing pemerintah jaman Orde Baru terlibat di dalamnya.
Intinya, pemerintahan Soeharto lebih senang dengan PDI Soerdjadi dan maka Megawati harus diganjal. Menjadi masalah, karena kantor pusat PDI di jalan Diponegoro 58 harus direbut.
Di sana pun, mahasiswa terlihat sebagai pihak berdiri paling depan. Mimbar bebas sebagai istilah menjadi sangat terkenal pada saat itu.

Mimbar bebas adalah sarana bagi siapa pun yang ingin menyampaikan pandangan politiknya.
Panggung itu dibuat dan didirikan di kantor sebuah partai politik yakni Kantor Pusat PDI jalan Diponegoro no 58 Jakarta Pusat. Tak ada hal salah atas kegiatan ini bukan?
Sejak Soeharto merasa sah memerintah negara ini dengan hanya berdasarkan selembar kertas berjudul Supersemar, cara memerintah layaknya kepemimpinan diktator militer dia terapkan. Sejak saat itu, sulit bagi rakyat Indonesia menemukan jejak demokrasi.
PKI sebagai salah satu partai politik sah saat itu dibuat dan digambarkan menjadi setan, dan maka para pengikutnya harus dimusnahkan. Dan benar sehari setelah Supersemar, perintah atas pembantaian pada rakyatnya sendiri pun terjadi.
Bukan 1000 atau 10.000, ada jutaan rakyat dibantai, puluhan ribu rakyat dipenjara tanpa peradilan dan ribuan yang lain tiba-tiba kehilangan kewarganegaraannya.
Mereka adalah kaum terpelajar yang sedang menerima beasiswa dari negara dan bersekolah banyak negara asing demi masa depan Indonesia yang Soekarno cita-citakan.
Bukan kita sedang berdebat tentang pantas tidaknya PKI dijadikan tertuduh, hukum secara jelas telah dan masih menyatakan PKI adalah organisasi terlarang. Kita harus patuh atas posisi itu.
Bukan pada organisasi PKI nya yang kemudian dibubarkan dan maka kita marah, pada jutaan rakyatnya sendiri yang dibantai & kemudian memilih sikap represif bagi pemerintahannya hanya karena jargon PKI setan & kemudian membuat demokrasi kita mati itulah yang membuat rakyat bangkit.
Sejak saat itu siapa pun yang tak sejalan dengan pemerintah, serta merta, predikat PKI akan disematkan. Demokrasi mati. Rakyat takut bersuara.

Di sinilah mahasiswa sebagai kaum terdidik hadir.
Nama Hariman Siregar kemudian kita kenal sebagai tokoh dan aktivis mahasiswa pada peristiwa Malari 1974. Dia adalah Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia.
Dia dituduh dan dijadikan kambing hitam atas Jakarta yang terbakar saat itu dan kemudian dijatuhi hukum 6 tahun penjara oleh PN Jakarta Pusat.

Petisi 50 yakni sekelompok jendral dan berwarna nasionalis yang baru muncul tahun 80-an pun tak banyak memberi tekanan pada Soeharto.
Kelimapuluh orang tersebut justru dicekal dan bahkan akses perbankan hingga banyak hal dalam hidup privat mereka dibuat rusak.
Kasus Marsinah tahun '93 melalui jalur buruh dan Wiji Tukul sang seniman yang tak lagi terdengar kabarnya sejak 1998 memberi daftar tambahan atas korban kegilaan Orde Baru.

Peristiwa Priok tahun 1984 dengan warna agama runtuh.
Demikian pula peristiwa dukun santet di Banyuwangi 1998 adalah cara pamerintah Orde Baru meredam NU sebagai kekuatan organisasi Islam terbesar di mana Gus Dur adalah salah satu sosok ancaman bagi Soeharto.
Pun Megawati dengan PDI nya harus dibuat runtuh melalui peristiwa kudatuli '96.

Ada yang berbeda pada peristiwa 27 juli 96 ini, yakni bersatunya mahasiswa dan politisi. Ini sebuah kebaruan.
Seorang Budiman Sudjatmiko dan kawan kawan aktivis mahasiswa yang kritis saat itu mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD) di tahun '96 dan langsung membaur dalam satu panggung di Jln Diponegoro no 58.
Budiman, sama dengan banyak mahasiswa angkatan 80-90 an di mana sikap kritisnya dipaksa harus lahir akibat adanya kesenjangan pada masyarakat dan matinya demokrasi.

Dapat dikatakan, bahwa mereka terlahir sebagai angkatan mahasiswa "gelap".
Ketika ingin mendapat bacaan politik, mereka harus mencari di ruang-ruang gelap dan dari pemasok yang gelap pula. Siapa pun pada saat itu punya buku "beraroma gelap", dia pasti masuk ruang gelap dalam arti sebenarnya.
Ketika ingin berdiskusi politik, mereka harus mengunci rapat-rapat pintu ruang kampus mereka dengan main gelap-gelapan pula dari dosen dan apalagi rektor.

Tak ada seorang pun dosen siap menjadi "pembimbing" secara terang-terangan pada diskusi seperti itu.
Pun tak ada rektor yang akan memberi ijin salah satu ruangan di kampusnya boleh dipakai kegiatan seperti itu bila tak ingin keesokan harinya panser masuk kampus.

Mereka berkembang menjadi produk militan bagi lahirnya demokrasi karena keadaanlah yang meminta mereka.
Mereka menjadi pintar dan kritis karena hanya demi mendapat saja, ancaman penjara sudah menanti mereka.

Mereka lahir dan tumbuh karena perjuangan.

Pada akhirnya, menjadi masuk akal bila panggung Diponegoro 58 selalu penuh saat itu.
Ada banyak orasi bermutu dan mencerahkan akan kita dapat dari mereka para kritis dan pintar. Ada gelegar suara terdengar seperti nada marah namun tak ada kebencian di sana.
Istilah oligarki, rezim, diktator, fasis, anarki, proletar hingga borjuis dan birokrat terdengar begitu fasih dan merdu ketika keluar dari mulut mereka. Mereka inilah sedikit dari jumlah kaum terpelajar dan kritis yang rela menyumbangkan idealismenya.
Apa yang terjadi adalah Budiman dan PRD-nya memulai suatu cara yang memiliki unsur kebaruan. Mahasiswa bergabung dengan politisi yang sejalan dengan idenya dan menggunakan momen itu sebagai cara bagi mereka berjuang.
Gema mimbar bebas yang diinisianya memberi gaung pada apa itu makna demokrasi. Mereka yang muda dan sekaligus melek ilmu informasi dan komunikasi pun memanfaatkan internet yang masih sangat terbatas pada saat itu dan ini membuat Diponegoro 58 pun semakin cepat mendunia.
"Pantaskah Soeharto khawatir?"

Melalui Kodam Jaya yakni pejabat Kasdam yang saat itu dijabat oleh Brigjen Susilo B Yudoyono, negara masuk. Paling tidak, ini adalah apa kata rekomendasi Komnas Ham.
Sekelompok orang berbadan tegap, berambut cepak dengan sikap sigap, namun terlihat aneh karena mengenakan seragam dalam bentuk kaos PDI berwarna merah seolah mewakili PDI Soerdjadi, mereka menyerbu. Tak butuh waktu lama kantor PDI itu langsung luluh lantak.
Tak butuh waktu lama, Budiman Soedjatmiko dan kawan-kawan dijadikan kambing hitam atas terbakarnya lebih dari 4 gedung dan puluhan kendaraan umum di Jakarta pusat.
Minggu, 11 Agustus 1996 malam, Budiman Sudjatmiko dan empat aktivis Partai Rakyat Demokratik Petrus Hari Hariyanto, Iwan, Ignatius Pranowo, dan Soeroso, diciduk di sebuah rumah di kawasan Depok, Jawa Barat.
Tak terlalu berlebihan bila premis "hanya demi menjegal seorang pemuda berumur 26 tahun, pemerintahan Orde Baru harus membuat Jakarta membara dan seorang jendral pun diterjunkan, harus diambil" adalah benar.
Paling tidak, itulah bunyi putusan terkait perkara tersebut. Budiman Sudjatmiko dan kawan-kawan divonis 13 tahun penjara karena dianggap MENDALANGI kerusuhan 27 Juli 1996.

Dan seperti biasa, agar semua rakyat maklum, sebutan PKI pun disematkan pada PRD.
Bukan Megawati jatuh, beliau justru mendapat simpati luar biasa besar dari rakyat atas kasus kudeta 27 Juli itu. Benar adanya Megawati harus menerima kalah saat Soerdjadi dimenangkan tapi hal itu membuat lahirnya PDIP
dan panen dukungan padanya berbuah 33,7% suara rakyat dan memantapkan PDIP sebagai partai dengan perolehan suara terbanyak pada pemilu '99.
.
.

Reformasi dengan ujung tombak mahasiswa dapat meruntuhkam dominasi orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun.
Namun suka tidak suka, pengkhianatan padanya langsung terjadi.

PDIP sebagai partai pemenang pemilu digembosi di tengah jalan. Amin Rais saat yang bersangkutan masihe menjadi ketua umum PB Muhamadiyah yang selalu tampak bersama Gus Dur sebagi ketua PBNU dan Megawati,
justru menjadikan dirinya sebagai batu sandungan.

Dengan Poros Tengahnya, dan posisi dia sebagai Ketua MPR, dia mampu membuat manuver menggagalkan Megawati menjadi Presiden.
.
.

Demikian pula dengan Gus Dur yang harus memerima getah atas manuver bebas Amin Rais.
Almarhum Gus Dur dipaksa mundur setelah berkuasa 2 tahun.

Habibie, Gus Dur dan Megawati memang sempat menempati posisi kepala rumah tangga pada rumah besar tersebut namun terlalu singkat.
Apa potensi hebat dari beliau bertiga dapat lakukan terhambat oleh singkat dan cepatnya waktu yang para penghuni rumah itu berikan.

Gus Dur sempat memberi kemenangan pada warna keberagaman dan reposisi Militer dan Kepolisian.
Megawati juga sudah harus disibukkan dengan jadwal pembayaran hutang dari rentenir bernama IMF.

Lima tahun usia reformasi yang penuh drama memberi dampak tak baik. Rakyat seperti tak sabar apalagi puas.
Rasa bahwa kepimpinan dari sosok militer seperti Soeharto tampak lebih menggiurkan, kembali menguat.

Paling tidak, rasa tak puas pada PDIP langsung terlihat dari pencapaian partai itu yang turun drastis pada Pemilu 2004.
PDIP hanya memperoleh 18,5%. Golkar tampil sebagai pemenang dengan 21,58% menjadi yang tertinggi.

Susilo Bambang Yudhoyono dengan sosok miiternya benar terpilih. Lima tahun periode pertamanya cukup menjanjikan dan maka dia kembali terpilih.
Paling tidak Demokrat yang pada tahun 2004 hanya memperoleh 7,45% suara, namun pada pemilu berikutnya justru menjadi partai pemenang pemilu dengan perolehan suara 20,85%.

Soeharto benar telah diturunkan. Namun ketika pengaruh adalah ukurannya, jelas dia masih sangat perkasa.
SBY tak mungkin menang tanpa adanya kekacauan 5 tahun pertama reformasi. Para politisi terlihat tak mampu mempertahankan apa yang menjadi perjuangan mahasiswa. Para politisi juga terlihat seperti tak mampu mempertahankan apa yang rakyat pernah perjuangkan pada '98.
Bandul sepertinya justru kembali pada dia yang dekat dan akrab dengan Orde Baru. Tak ada yang salah. Rakyat sebagai pimilik suara telah menentukan pilihannya. Itulah demokrasi.
Periode ke-2 SBY kembali membuka mata sang pemilik suara. Ramai-ramai mereka kembali meninggalkan apa yang pernah mereka pikir baik. Korupsi adalah kata kuncinya. Kader Demokrat yang dalam kampanyenya selalu berkata "katakan tidak pada Korupsi" justru sebaliknya.
Perolehan suara Demokrat pada 2019 yang hanya sebesar 7,7% adalah bentuk terjun bebas atau dengan kata lain rakyat secara serentak langsung meninggalkannya adalah bukti telak atas itu semua.
Entah dari mana berita itu bermula, kabar bahwa di luar sana ada lilin kecil menyala terdengar. Seorang rakyat biasa memegang dan menyalakan api itu.
Kabar itu diberitakan dan diulang terus menerus melalui sosial media, melalui jari rakyat dan menyebar hingga pelosok negeri. Bukan oleh media maistream.

Bu Mega mendengarnya.

Redup dan tak terlalu bermakna bila terang yang dihasilkannya adalah apa yang menjadi ukuran.
Namun, dia yang membawanya adalah takyat biasa seperti kita.

Seperti ngengat, kita mengerubunginya.

Dari Solo api itu sengaja dibawa ke Jakarta dan terang itu pun benar adanya. Kini benderang cahaya itu telah bersama dalam keseharian kita.
Itu hanya sebuah kiasan tentang siapa pun dia yang meskipun berasal dari rakyat biasa dan bekerja seperti rakyat apa adanya, pasti akan diterima.

Itu juga tentang hakekat demokrasi dan itu bisa terwujud karena jasa mereka para pahlawan demokrasi.
Mereka yang gugur dan dipenjara karena peristiwa 27 Juli hingga reformasi '98 terjadi. Tugas kitalah menjaga dan melindungi api reformasi itu tetap menyala.
Seorang tukang kayu menjadi Presiden, itu bisa terjadi KARENA SEBAB REFORMASI dan itu adalah yang sudah menjadi kesepakatan kita bersama. Itu adalah pilihan bagi cara kita hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Itu juga tentang hakekat demokrasi dan itu bisa terwujud karena jasa mereka para pahlawan demokrasi. Mereka yang gugur dan dipenjara karena peristiwa 27 Juli hingga reformasi '98 terjadi. Tugas kitalah menjaga dan melindungi api reformasi itu tetap menyala.
.
.
.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with NitNot ❘

NitNot ❘ Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @__MV_llestari__

18 Mar
JOKOWI 3 PERIODE?
.
.
.

Dalam sepak bola kita kenal dengan istilah bola liar. Seharusnya, di mana pun bola berada adalah hasil sebuah perencanaan. Hasil dari sebuah strategi atas dibangunnya serangan atau justru tuntutan untuk bertahan. Image
Bola yang lepas dari rencana akibat satu dan lain hal dan atas kejadian acak di lapangan tak lagi memiliki nilai strategis. Bisa merugikan sekaligus menguntungkan. Bisa jadi gol bunuh diri atau sebaliknya memberi gol.
Bola liar yang sama adalah cerita tentang isu amandemen atas UUD ‘45 yang telah bergulir sejak 2019 silam.

Bermula dari pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada 13/10/2019, ide itu keluar. Image
Read 31 tweets
17 Mar
2024 MILIK SIAPA?
.
.
.

Siapa yang akan diuntungkan atas tak ada pemilu daerah 2022 dan 2023 nanti, jelas partai penguasa atau pemerintah. Image
Artinya, siapa pun calon Plt Bupati, Walikota dan Gubernur di 2022 dan 2023 nanti sudah bisa ditebak banyak akan berasal dari PDIP atau paling tidak adalah mereka yang sangat dekat.
Itu baru dari satu sisi. Kecil dan bukan poin utama. Ada yang jauh lebih besar. Yang jelas, itu akan mengubah peta persaingan perebutan kekuasaan pada 2024 nanti. Image
Read 10 tweets
15 Mar
KOQ KEJAKSAAN,? MANA KPK?
.
.
.

Pernah memperhatikan apa yang diresepkan oleh dokter saat badan kita panas ?

Biasanya, tiga macam obat diberikan. Vitamin, obat flu dan batuk (bila kita flu), dan terakhir antibiotik. Image
Diantara tiga macam obat itu, salah satunya selalu tertulis harus dihabiskan?

Dijamin, itu adalah antibiotiknya. Kadang tiga hari, kadang lima hari tergantung pertimbangan dokter.
Fungsi antibiotik adalah membantu membunuh atau memperlemah virus yang membuat badan kita terinfeksi dan indikasinya adalah suhu tubuh kita naik. Tubuh kita sumeng.

Jenis antibiotiknya apa, seberapa dosisnya dan berapa lama harus kita konsumsi, adalah wilayah dokter. Image
Read 21 tweets
14 Mar
JANGAN BIARKAN KERETA ITU LEWAT
.
.
.
Revolusi Industri 4.0
.
.

Kereta malam Jakarta Jogja akan harus sudah berangkat pada pukul 20.00 WIB dari stasiun Gambir Jakarta Pusat. Tak ada regulasi atau tawar menawar dalam bentuk apa pun terkait dengan jadwal tersebut.
Selalu tepat waktu, dan bila delay terjadi pasti karena masalah teknis. Pasti bukan karena sebab menunggu seseorang yang terlambat misalnya.

Kereta itu berjadwal ketat demi sebuah kepastian. Ada sebuah keharusan yang nilainya lebih dari apa pun selain keselamatan.
Siapa yang boleh ikut, tentu dia yang memenuhi syarat dan ketentuan. Dia yang memiliki dokumen, dia yang juga sudah beli ticket, dia yang sudah reservasi sebelumnya, dan dia yang datang tepat waktu.
Read 48 tweets
13 Mar
MENCARI JIWA YANG HILANG
(BUDAYA)
.
.
.

Berbusana daerah dengan segala perniknya seringkali menjadi jawaban kilat kita atas kegelisahan akan kuatnya penetrasi budaya asing yang kini tampak mengkhawatirkan.
Segregasi budaya dan kepercayaan lokal masayarakat itu telah memancing munculnya gerakan perlawanan dari masyarakat. Tentu ini adalah semacam gerakan demi perlindungan diri.

Otomatisasi pola kerja otak dihias emosi sesaat inilah yang melahirkan budaya artificial, budaya dadakan.
Yang penting secara kasat mata dan instan, itu langsung tampak.

Lama sudah kita lupa bahwa kita adalah Indonesia. Sebagian dari kita sudah bangga dengan kebaratannya, dan lebih besar lagi dan sangat mengkhawatirkan adalah ke Arabannya.
Read 15 tweets
10 Mar
DIBALIK AGENDA AS DI ASIA, ADA INDONESIA
.
.
.
.

*Utas panjang
.
.

Pada tahun 2020 lalu, ternyata AS telah mengerahkan 375.000 pasukan dan 60% kekuatan armada perangnya di kawasan Asia-Pasifik.
Kemajuan pesat China diberbagai bidang dan berujung pada meningkatnya kemampuan dalam bidang militer yang berpotensi bagi sebab lahirnya kutub baru kekuatan dunia bukan tak mungkin menjadi salah satu penyebab.
Ketegangan antara dua negara superpower ini tampak meningkat di berbagai bidang dan terasa semakin memanas sejak Donald Trump berada di pucuk kekuasaan pada 2017.
Read 65 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!