Malam ini, saya akan melanjutkan pembahasan logika setan. Saya mengharapkan bantuan retweet dari sahabat-sahabat untuk menyebarkan ilmu.
Terima kasih.
1. Manusia memiliki dorongan di dalam dirinya untuk mendapatkan pengakuan sebagai makhluk terbaik dari sesamanya dan Tuhannya. Secara teknis, dorongan itu disebut nafsu. Bukti keberadaan nafsu dalam diri manusia adalah senang bila dipuji dan marah bila dicaci.
2. Ketika manusia mendapat pujian maka nafsu akan senang karena pujian itu merupakan bentuk dari pengakuan dirinya. Sebaliknya ketika ia mendapatkan cacian maka nafsu akan marah karena cacian itu merupakan bentuk dari ketiadaan pengakuan.
3. Sekarang saya akan menjelaskan kesombongan dengan kasus sederhana. Misal, A melihat B hendak mengangkat sebuah batu. A menawarkan pertolongan kepada B dengan berkata : Aku bantu mengangkatnya ya? B menjawab : Aku bisa kok!
4. Setelah tiga kali A menawarkan pertolongan kepada B dan B tetap saja berkata : Aku bisa kok! Akhirnya, A tidak jadi memberikan pertolongan kepada B dalam mengangkat sebuah batu. Mengapa A tidak jadi memberikan pertolongan kepada B? Karena B ingin menunjukkan kemampuan dirinya.
5. Bukannya A tidak mau memberikan pertolongan kepada B tapi kesombongan membuat pertolongan A tidak sampai kepada B. Dalam hal ini, perkataan B "Aku bisa kok!" dipahami oleh A bahwa B ingin menunjukkan bahwa ia bisa mengangkat sebuah batu dengan kemampuannya sendiri.
6. Selanjutnya, saya akan menulis kalimat sebagai berikut : Bukannya Allah tidak mau memberikan pertolongan kepada manusia tapi kesombongannya membuat pertolongan-Nya tidak sampai kepadanya.
7. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang menjauhkan manusia dari pertolongan Allah kecuali kesombongan di hadapan-Nya.
8. Ibn 'Athā'illāh berkata : Buktikan kelemahanmu maka Dia (Allah) akan membantumu dengan kekuatan-Nya dan kemampuan-Nya. (Al-Hikam)
9. Sebaliknya, jika manusia ingin membuktikan kekuatannya dan kemampuannya di hadapan Allah maka Dia (Allah) akan membiarkannya meraih tujuannya tanpa pertolongan dari-Nya seperti kasus B yang ingin mengangkat sebuah batu dengan kemampuannya sendiri.
10. Ketika manusia ingin menunjukkan kekuatannya dan kemampuannya di hadapan Allah maka sesungguhnya ia telah bersikap sombong di hadapan-Nya.
11. Sesungguhnya kesombongan (keangkuhan) adalah karakter dasar nafsu. Ketika nafsu bersikap sombong dan angkuh maka ia telah berubah menjadi setan dalam diri manusia. Sebab itu dijelaskan dalam Alquran bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.
12. Meski telah dijelaskan dalam Alquran kalau setan itu musuh yang nyata namun manusia tidak mengerti kenyataannya. Bagi saya pribadi, setan itu tidak lain hanyalah nafsu yang bersikap sombung dan angkuh dalam diri manusia.
13. Sekarang saya ingin menceritakan seorang yang bertanya tentang keikhlasan. Saya pun menjawab :
الإخلاص سر من سري استودعته قلب من أحببته من عبادي (القشيرية)
Keikhlasan adalah rahasia dari rahasia-Ku, Aku meletekkannya dalam hati orang yang Aku mencintainya daru hamba-Ku.
14. Pada waktu, saya tidak langsung menjawab pertanyaan itu tapi saya justru bertanya balik kepada orang itu : Mengapa Anda bertanya seperti itu? Orang itu menjawab : Selama ini saya sudah berusaha beribadah tapi saya belum bisa meraih dan menyaksikan keikhlasan itu.
15. Saya pun berkata : Jika begitu Anda selama ini sudah berusaha meraih keikhlasan dengan segenap kemampuan Anda. Ternyata Anda hingga saat ini belum bisa meraihnya? Orang itu menjawab : Betul sekali.
16. Saya berkata : Sesungguhnya pertanyaan Anda menunjukkan bahwa Anda merasa lemah dan tidak mampu meraih keikhlasan dengan kemampuan Anda. Hal itu karena Anda ingin membuktikan diri di hadapan Allah bahwa Anda bisa meraih keikhlasan dengan diri Anda sendiri.
17. Pernahkah Anda merenungkan sikap Anda di hadapan Allah ingin meraih keikhlasan dengan kemampuan diri Anda sendiri? Bukankah sikap itu menunjukkan kesombongan diri dan keangkuhan diri. Bukankah seharusnya beribadah itu menunjukkan kelemahan diri di hadapan Allah?
18. Kemudian saya mengutip pendapat salah seorang ulama bahwa tanda keikhlasan itu tiga. Pertama adalah sama saja dipuji dan dicaci. Kedua adalah lupa memandang amal. Ketiga adalah lupa balasan amal di akhirat.
19. Setalah itu, saya memberikan analogi dengan anak umur 9 tahun yang senang mandi di sungai. Sang ayah memerintahkan anak itu pergi ke sungai tiap hari dan diperintahkan pulang dengan membawa sebuah batu sebesar kepalan tangannya.
20. Saya bertanya kepada orang itu : Bagaimana hati anak itu pada saat pergi ke sungai? Orang itu menjawab : Tentu saja bahagia dan senang. Lalu saya berkata : Jika begitu lakukanlah perintah Allah seperti anak 9 tahun itu diperintah oleh ayahnya pergi ke sungai.
21. Orang itu berkata : Berarti saya harus melakukan perintah Allah dengan hati bahagia?! Saya pun berkata : Benar, lakukan saja perintah Allah dengan hati bahagia!
22. Saya pun melanjutkan penjelasan tentang anak 9 tahun itu yang setiap hari pergi ke sungai dan pulang membawa batu sebesar kepalan tanganya. Suatu hari ia beruntung membawa sebuah batu sebesar kepalan tangannya karena batu itu ternyata berlian.
23. Mengetahui hal itu, sang ayah melakukan tiga tindakan. Pertama, sang ayah menyimpan berlian itu sehingga anak itu tidak lagi melihatnya. Kedua, sang ayah tidak memberitahukan kepada anak itu kalau batu itu berlian karena kuatir anak itu tidak bisa menjaganya.
24. Ketiga, sang ayah akan memberikan batu berlian itu jika anak telah dewasa nanti. Sesungguhnya batu berlian itu perumpamaan dari keikhlasan. Lakukan saja perintah Allah dengan hati bahagia seperti anak 9 tahun itu pergi ke sungai setiap hari.
25. Jika Anda beruntung maka Anda akan menemukan keikhlasan seperti anak 9 tahun menemukan batu berlian sebesar kepalan tangannya.
26. Ketika Anda telah beramal dengan ikhlas maka Allah akan mengambil amal itu dan menyimpan di sisi-Nya sehingga Anda tidak lagi melihatnya dan Anda pun lupa akan amal itu. Selain itu, Allah takkan memberitahukan kalau amal Anda itu ikhlas karena Anda takkan sanggup menjaganya.
27. Kelak Allah akan memberikan amal dengan ikhlas bila Anda sudah kembali kepada-Nya. Sebab itu, keikhlasan akan terus menjadi rahasia dari rahasia Allah. Dia (Allah) merahasiakan keikhlasan demi kebaikan manusia. Sekarang apakah Anda ingin bertanya lagi tentang keikhlasan?
28. Orang itu menjawab : Saya tidak lagi mengingin jawaban bagaimana keikhlasan tapi saya akan melakukan setiap perintah Allah dengan hati bahagia.
29. Sekarang Anda berprasangka baik kepada Allah bahwa Dia (Allah) telah merahasiakan keikhlasan dalam sebuah amal Anda dan Dia (Allah) menyimpannya dengan baik di sisi-Nya.
30. Jika Anda sanggup berprasangka baik kepada Allah seperti itu tanpa mengetahui wujud keikhlasan itu maka Anda benar-benar beriman dengan-Nya.
31. Namun jika Anda masih ingin mengetahui wujud keikhlasan dengan bertanya kepada orang-orang sementara itu Allah merahasiakannya maka Anda sedang berusaha mengungkap rahasia-Nya. Sesungguhnya sikap Anda adalah kesombongan di hadapan-Nya.
32. Kesombongan (keangkuhan) adalah karakter dasar nafsu. Ketika nafsu bersikap sombong dan angkuh maka ia adalah setan.
33. Selanjutnya, saya akan kultwit tentang nafsu. Mohon retweet untuk sebarkan ilmu. Terima kasih.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Dan makna "Asyahadu an la ilaha illa Allah" adalah aku tahu, aku beriktikad dengan hatiku dan menerangkan kepada selainku bahwa tiada sesembahan yang benar dalam wujud kecuali Allah.
Di balik kata kerja (verba) aku bersaksi tersimpan tiga macam kata kerja. Pertama adalah aku tahu. Kedua adalah aku beriktikad. Ketiga adalah aku menerangkan. Ketiga kata kerja (aku tahu, aku beriktikad dan aku menerangkan (membentuk makna aku bersaksi.
Malam ini, saya mau membahas konsep berpikir dalam pandangan Al-Ghazali.
Saya mohon bantun retweet buat sebarkan ilmu.
Terima kasih.
قال الغزالي : وأما ثمرة الفكر فهي العلوم والأحوال والأعمال ولكن ثمرته الخاصة العلم لا غير نعم إذا حصل العلم في القلب تغير حال القلب وأذا تغير حال القلب تغير أعمال الجوارح فالعمل تابع الحال والحال تابع العلم والعلم تابع الفمر فالفكر إذا هو المبدأ والمفتاح للخيرات كلها (أحياء)
وقال أيضا فهاهنا خمس درجات : أولاها التذكر هو إحضار المعرفتين في القلب وثانيتها التفكر وهو طلب المعرفة المقصودة منهما والثالثة حصول المعرفة المطلوبة واستنارة القلب بها والرابعة تغير حال القلب عما كان بسبب حصول نور المعرفة والخامسة خدمة الحوارح للقلب بحسب ما يتجدد له من الحال.
Siang ini, sembari duduk di teras rumah, saya akan mulai membahas perkataan "Aku lebih baik daripada orang itu". Iblis telah melontarkan perkataan semacam itu di hadapan Allah sebagaimana dicatat dalam Al-Qur'an.
Mohon diretweet untuk sebarkan ilmu!
1. Saya mengandaikan X berkata : Aku lebih baik daripada Y. Perkataan itu mengandung dua macam pengetahuan. Pertama adalah pengetahuan X tentang dirinya sendiri. Kedua adalah pengetahuan X tentang diri Y. Jadi, perkataan itu merupakan kesimpulan dari dua macam pengetahuan.
2. Begitu juga perkataan iblis "Aku lebih baik daripada ia, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan ia dari tanah" mengandung dua macam pengetahuan. Pertama adalah pengetahuan iblis tentang dirinya. Kedua adalah pengetahuan iblis tentang Adam.
Assalamu alaikum wr wb,
Malam ini, saya akan membahas logika setan. Saya mengharapkan bantuan retweet dari sahabat-sahabat untuk menyebarkan ilmu.
Terima kasih.
1. Istilah logika setan terdiri dari dua kata. Kata pertama adalah logika. Sedangkan kata kedua adalah setan. Dalam pembahasan ini, kata logika diartikan sebagai cara berpikir. Sedangkan kata setan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata الشيطان dalam bahasa Arab.
2. Ibn Fāris dan Muhammad al-Fayyūmī menjelaskan bahwa kata الشيطان berasal dari الشين والطاء والنون yang berarti jauh dari kebenaran dan rahmat. Mereka berdua mengatakan bahwa setiap yang sombong dan angkuh dari binatang, manusia dan jin maka ia adalah الشيطان.
Penjelasan itu mengingatkan saya mengenai Imam Alghazali yang banyak merujuk hadis-hadis daif dalam karya-karyanya terutama kitab Ihya. Selain itu, Yusuf al-Qardawi juga menulis الغزالي بين مادحيه وناقضيه. Dlm buku itu dibahas persoalan hadis di kalang ulama hadis dan para sufi.
Pernah saya berfantasi lalu membayangkan berdialog dengan Imam Alghazali mengenai penggunaan hadis-hadis daif dalam kitab-kitabnya. Saya mengajukan satu pertanyaan kepada Imam Alghazali : Wahai Imam, mengapa Anda menggunakan hadis-hadis daif dalam karya-karya Anda?
1. Pertama-tama, kita memahami manusia terlebih dahulu. Seperti dijelaskan oleh Imam Alghazali dalam Kimiya as-Sa'adah bahwa manusia terdiri dari sesuatu yang berasal dari alam penciptaan (عالم الخلق) dan sesuatu yang berasal dari alam kekuasaan (عالم الأمر).
2. Bagian manusia yg berasal dari alam penciptaan disebut tubuh. Sedangkan bagian manusia yg berasal dari alam kekuasaan disebut ruh. Dalam pandangan Alghazali, kata ruh, akal, hati dan jiwa merupakan kata-kata yg mengacu pada bagian manusia yg berasal dari alam kekuasaan.