“Kapan seseorang dikatakan buruk?”
Rasulullah ﷺ menjawab,
“Saat ia menyangka dirinya seorang yang baik.”
At-Taisiir bisyarh Al-Jaami’ as-Shoghiir 2/606)
Jangan merasa diri kita “Baik"
Walaupun kita Sholat 5 Waktu sehari semalam serta tepat pada waktunya.
Jangan merasa diri kita "Baik"
Walaupun kita bersedekah setiap hari malah lebih banyak nilai disedekahkan.
Jangan merasa diri kita "Baik"
Walaupun hari-hari kita banyak memberi nasehat dan menegur orang lain yang berbuat khilaf.
Jangan merasa diri kita "Baik"
Walaupun kita sudah pakai jubah, bersorban, berhijab menutup aurat dengan sempurna.
Jangan merasa diri kita"Baik"
Walaupun setiap Malam kita melakukan Sholat tahajud, Witir, Hajat dan Sunnah lainnya.
Jangan merasa diri kita "Baik"
Walaupun hari-hari kita ke Masjid atau surau untuk beribadah dan menambah ilmu.
Jangan merasa diri kita "Baik"
Walaupun setiap saat update status motivasi nasehat dan dakwah.
Jangan merasa diri kita "Baik"
Walaupun setiap saat kita menolong orang lain.
Allah ﷻ berfirman didalam Al Qur'an, surah An Najm, ayat 32:
فلا تزكوا أنفسكم هو أعلم بمن اتقى
"Janganlah kamu menganggap diri kamu Suci (orang Baik)
karena Allah-lah yang lebih mengetahui siapa yang benar-benar bertaqwa."
Karena kita takkan pernah tahu Dimanakah dan bilakah saat HATI kita IKHLAS
melakukan amalan-amalan sholeh, menasehati orang serta beramal ibadah lain yang bakal diterima oleh Allah ﷻ.
Kita tak tahu amal manakah yang Allah ﷻ terima.
Selalu letakkan diri kita dalam keadaan:
"Aku banyak kekurangan dan kelemahan, semua orang lain lebih baik dari aku, karena hati manusia masing-masing hanya diketahui oleh Allah swt”
"Akulah yang paling buruk dikalangan manusia.
Aku sedang memperbaiki diriku dan mencoba bantu orang lain untuk menjadi lebih baik."
Karena Allah hanya memandang isi HATI hamba-Nya.
Tidak merasa diri sebagai orang baik hendaklah ada sehingga dia menghembuskan nafas yg terakhir.
Wujud KEIKHLASAN atau sekedar penuh RIYA' dan HASAD.
Jadi, laksanakanlah sesuatu kebaikan hanya karena mengharapkan RIDHO ALLAH SWT.
Karena orang yang terus beramal sambil memperbaiki diri dan memeriksa niatnya akan ditarbiah oleh Allah akan hatinya.
Dengan cara ini, seseorang itu akan melatih dirinya untuk bersifat TAWADHU' dan
Menjauhkan dirinya dari penyakit UJUB (merasa kagum terhadap diri sendiri) dan TAKABBUR.
Di samping itu, kita senantiasa berusaha memperbaiki diri sendiri serta orang lain dengan kelembutan dan kasih sayang.
Shadaqallahul adzim 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ada sebagian orang yang begitu ruwetnya memahami ibadah. Pokoknya semuanya harus sesuai dengan apa yang Rasulullah contohkan, dan kita harus konsisten mengikuti ajaran Rasulullah.
Baginya, hanya ada satu kebenaran, yaitu yang sesuai dengan contoh dari Nabi.
Saya tanya: “Apa yang harus kita baca di saat kita ruku’ dan sujud dalam sholat?”
Sebelum orang itu menjawab, saya sodorkan perbedaan bacaan yang dilakukan oleh Nabi dari Hudzaifah ra :
Hadis pertama menceritakan bahwa Nabi membaca : “Subhana Rabbiyal A’zim” ketika ruku’ dan “Subhana Rabbiyal A’la” ketika sujud
Hr an Nasa’i
Akan tetapi Aisyah ra meriwayatkan hadis lain dalam riwayat Muslim, Abi Dawud, Nasa’i. Dalam hadis ini, diriwayatkan bahwa Rasul membaca :
Ngaji Maljum, mblo boleh juga nyimak buat nanti kalau udah halal🤪🤣☕️
بسم الله الرحمن الرحيم
Mereka yang gemar membicarakan atau menceritakan soal persenggamaan dengan suami atau istri tidak mengetahui tentang hukumnya
Dianggapnya hal tersebut biasa-biasa saja, bahkan mendatangkan kebanggaan tersendiri ketika dirinya dianggap hebat dalam urusan jima’ seperti itu.
Pentingnya pembahasan hukum menceritakan hubungan suami istri ini, hampir setiap kitab fiqh yang berbicara tentang pernikahan dan keluarga tak lupa pula membahasnya. Bahkan ada yang menempatkannya dalam sub bab tersendiri seperti pada Fikih Sunnah.
Kita awali dari satu hadist, hadist mauquf dari jalan periwayatan Ibnu Abbas ra dibawah ini menjadi dalil Ihtisan (sesuatu yang baik meski oleh yang lain diangap tidak)
Dalam madzhab Hanafiyah :
ما رآه المسلمون حسنا : فهو عند اللهِ حسن، وما رآه المسلمون سيئا فهو عند الله سيئ
“Apa saja yg dipandang kaum muslimin merupakan kebaikan maka ia di sisi Allah juga merupakan kebaikan.
Dan apa saja yang dipandang kaum muslimin merupakan keburukan maka ia di sisi Allah juga merupakan keburukan”
(Hr Abu Hanifah, disahihkan imam Ahmad dalam musnadnya).
Kisah Nabi Muhammad ﷺ
Mempersilakan Penganut Kristen Melakukan Kebaktian di Masjid Nabawi
Rasulullah ﷺ pernah mengizinkan para penganut Kristen untuk melakukan kebaktian di Masjid Nabawi.
Peristiwa tersebut tercatat dalam kitab sejarah seperti Târîkh al-Umam wa al-Muluk, Sîrah Ibn Hisyam, (Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, II/158) al-Sirah Ibn Ishaq.
قال ابن إسحاق: وحدثني محمد بن جعفر بن الزبير، قال: قدموا على رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة
فدخلوا عليه مسجده حين صلى العصر، عليهم ثياب الحبرات: جبب وأردية في جمال رجال بني الحارث بن كعب، قال: يقول بعض من رآهم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم: ما رأينا بعدهم وفداً مثلهم، وقد حانت صلاتهم، فقاموا في مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلون، فقال
Peristiwa Penumpasan Kaum Khawarij, (Cikal Bakal Teroris) Oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam sebuah wasiatnya Rasulullah SAW bersabda : "Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak,
maka wajib atas kalian mengikuti sunnahku dan sunnah al Khulafaur (4 khalifah) yang mendapat bimbingan dan petunjuk, pegang eratlah sunnah itu dan gigitlah dengan geraham-geraham kalian.”
(Hr Ibnu Majjah)
Nasihat ini ternyata tidak dihiraukan oleh orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, kaum Khawarij misalnya. Meski mereka orang yang rajin ibadah, tekun berzikir bahkan jidat-jidat mereka hitam terluka karena banyaknya shalat malam,