Melihat videonya, perempuan itu memang tampak sekali ingin mati. Tak ada tampak rasa takut dan maka dia tak terlihat sedikit pun berstrategi demi banyak korban ingin diperoleh.
Dia berada di tengah para profesional yang biasa menangani tindak kejahatan. Tentu ada banyak jago tembak di tempat itu apalagi si perempuan juga kabarnya hanya menggunakan airsoft gun.
Tembak pada bagian melumpuhkan sehingga tak tewas dan kemudian dapat diminta keterangan, sepertinya lebih pantas. Bukankah mati adalah keinginannya?
Semoga perempuan itu belum tewas dan negara dapat mengambil keterangan darinya. Kabarnya, 1 orang yang lain yang sempat kabur dan berjenis kelamin laki-laki telah pula tertangkap.
Tapi, apa pun ceritanya, ini bentuk perlawanan benderang terhadap kepolisian. Ini juga seperti tak lagi butuh jatuhnya korban banyak dan efek mati s*hid ingin mereka sebarkan.
Saatnya aparat Kepolisian terutama mereka yang berbaju dinas hati-hati di mana pun mereka berada. Ter*ris ini sudah pada titik asal sikat dan polisi adalah target.
.
.
.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Haruskah kita masih denial terhadap pengaruh radikalisme agama yang melahirkan tindak terorisme dan menjadikan sebagian dari saudara kita terjerumus?
Masihkah kita ragu bahwa 3 saudara kita yang kemarin melakukan tindakan pengecut itu adalah juga bagian dari kesalahan kolektif kita sebagai bangsa?
Lama sudah kita tak lagi terbiasa dengan suka bertanya pada nurani kita. Terlalu lama kita tak lagi senang menengok ke dalam sebelum kita bicara. Entahlah... kita bahkan sudah terperosok sejauh itu dan namun kita pun masih tak juga mengerti.
Ketegasan mutlak harus datang dari negara dan pemerintah. Tak boleh lagi ada tawar menawar apalagi sekedar retorika.
Sudah 3 orang tewas dengan usia yang relatif masih sangat muda karena teracuni paham radikal dan itu hanya dalam rentang waktu 2 hari saja.
Jangan melihat hanya dari sisi mereka adalah ter*ris. Mereka sekaligus adalah korban atas lalai negara terlalu lama membiarkan paham gila itu beredar di negeri ini. Tak bijak kita berdebat hanya karena mereka salah guru,ada peran negara membiarkan guru semacam itu bebas mengajar.
Acung jempol pada Polisi atas cepat reaksi mereka pada kejadian atau peristiwa bom gereja Katedral di Makasar. Pelaku sudah teridentifikasi.
Sungguh disayangkan pelaku ini masih sangat muda, masih golongan milenial. Dia lahir tahun 1995 dan baru menikah 7 bulan.
Istrinya pun dikabarkan terlibat atau ikut pada pengeboman ini. Keduanya meninggal saat itu juga.
Informasi dari mana bom itu berasal, kabarnya dirakit sendiri. Dibuat secara online dengan instruktur yang mendampinginya. Bagaimana bahan-bahan didapatkan, tidak secara rinci kepolisian menyebut.
Siapa tak malu ketika tubuhnya panuan? Itu tentang eksistensi kita. Itu tentang bagaimana orang lain juga akan menilai jorok dan bersih keseharian kita.
Atau, kita justru takut pada perasaan akan dijauhi teman kalau itu terlihat? Takut akan dianggap sebagai si penular?
Pertama-tama, jamur dalam panggilan panu memang hanya akan tampak seperti bercak-bercak putih dan tipis, membulat dan tersamar.
Tumbuh dan kemudian berkembang pada tempat tersembunyi dan lembab pada lipatan-lipatan kulit tubuh kita, dan maka sulit terlihat. Dan maka kita tak sadar itu ada.
Dia hidup dalam senyap pada tempat tersembunyi. Dia tumbuh karena ada dan tersedianya media yang cocok baginya.