Thread by @__MV_llestari__

T S T
.
.
.

Acung jempol pada Polisi atas cepat reaksi mereka pada kejadian atau peristiwa bom gereja Katedral di Makasar. Pelaku sudah teridentifikasi.

Sungguh disayangkan pelaku ini masih sangat muda, masih golongan milenial. Dia lahir tahun 1995 dan baru menikah 7 bulan.

Istrinya pun dikabarkan terlibat atau ikut pada pengeboman ini. Keduanya meninggal saat itu juga.

Informasi dari mana bom itu berasal, kabarnya dirakit sendiri. Dibuat secara online dengan instruktur yang mendampinginya. Bagaimana bahan-bahan didapatkan, tidak secara rinci kepolisian menyebut.

Data lain, menurut ibu mertua, tersangka atau mantunya ini, pekerjaan hariannya adalah pedagang online. Putrinya yang masak, dan menantunya antarkan dagangan tersebut.

Pertanyaan muncul adalah segampang gampangnya orang membuat bom pasti butuh skill bukan?

Butuh banyak hal yang tak mudah kita prediksi satu persatu. Ada keharusan mengenal hal-hal bersifat elektrikal, material peledak, timer hingga pemicu.

Anggap anak ini jenius sekaligus sangat berani dan berwawasan meskipun sehari-harinya hanya sibuk dengan antar pesanan, di sana juga ada instruktur yang mendampingi secara online. Sulitkah mencari jejak siapa sang instruktur? Harusnya tidak.

Peralatan canggih milik polisi kita sudah cukup terkenal. Sulit mencari lawan tangguh bagi penyidik kepolisian kita ketika kejahatan siber adalah ukurannya.

Buktinya dalam waktu singkat telah tertangkap sejumlah tersangka yang lain.

Benar sudah ditangkap cukup banyak orang terkait kelompok J*D, namun bila mereka cuma kelas céré, atau penggembira tentu ini bukan kabar gembira.

Aktor besar di balik semua ini, seharusnya tak sulit bila keterangan bahwa mereka terkait satu dengan yang lain secara online. Jaringannya akan mudah diurai.

"Yakin akan ada biang besar tertangkap?"

Mencermati heboh pemblokiran 92 rekening milik jaringan efpei yang kabarnya sudah digelar perkaranya sejak 2 februari 2021 dan hingga hari ini tak ada kabar, sepertinya cerita ini pun hanya akan meninggalkan jejak yang sama. Akan berhenti begitu saja.

Kerja keras PPATK yang informasinya juga hebat, ternyata tak memiliki dukungan dapat dilihat dalam kasus ini.

Namun percaya atau tidak, itu tak serta merta akan membuat kita ragu dan tak percaya pada pemerintah. Eforia yang lain akan segera menutup kecewa kita hari ini.

Kabar gembira entah dalam bentuk masuknya investasi asing atau peresmian tol atau waduk sudah cukup bagi kita menjadi cara berpaling.

Seperti kita menulis buku, 500 halaman sudah kita tulis, namun tidak setiap halaman memiliki arti tuntas.

Selalu menggantung dan keseluruhan halaman buku itu bukan tentang sebuah cerita berurut. Itu lebih mirip dengan buku wacana.

Selalu dan akan hanya selalu seperti itu ketika indikasi adanya keterkaitan orang besar dan kuat di belakang cerita itu berkembang.

Bukankah kompak kita bersama dari akar terbawah hingga pucuk tertinggi pohon telah sepakat dan seragam dengan pemahaman bersama bahwa ini adalah peristiwa tak terkait dengan hal yang rawan dan maka jangan dihubung hubungkan? Bukankah itu kode?
.
.
.