Mpu Tantular memulai tubuh-cerita Puruṣādaśānta (Kakawin Sutasoma) dengan menjelaskan latar di mana cerita ini dimainkan.
Kakawin ini bukan sekadar cerita, tp sebuah mandala, yantra. Cerita ini terjadi di dalam diri kita semua. #NgajiSutasoma
Permaisurinya, Dewi Prajñādharī, dicintai [kāsiḥ] dan dipuja-puji seluruh negeri [pinuji riṅ rāt] karena "kahayvan"-nya.
Hastina memiliki 4 pintu masuk, masing-masing dihias dgn emas, bersinar seperti gunung berapi menyala-nyala [murub lvvir gunuṅ bahni muntab].
Pertama, nama sang raja. Ketu berarti bendera, umbul-umbul, lambang otoritas. Mahā seasal dgn mega, berarti besar, kuat.
Tubuh fisik & pikiran yg selaras dgn titah Jiwa akan selalu dlm keadaan prima. Semua fungsi tubuh (para kesatria & raja) berjalan baik.
Akibatnya, tubuh memberontak & datanglah penyakit, penderitaan. Sudah cukupkah kita berterima kasih pada tubuh?
Prajñā berarti kebijaksanaan; -dharī berarti tempat yg mendukung, menunjang. Prajñādharī adl hati nurani yg terhubung lgsg dgn Jiwa.
Seiring waktu, aktivitas ekonominya (Artha) & upayanya mengejar keinginan/kebahagiaan (Kāma) membuat manusia lupa akan jati dirinya.
Kata dasarnya 'hayu' tidak hanya berarti cantik fisik, tapi juga sejahtera, bahagia, baik, benar, rahayu. Bagi sang Mpu, semuanya ini tak terpisahkan.
Rahayu! 🙏🏼