Yah ini adalah hal yang biasa. Sebagaimana dulu saya juga bingung kok dalam satu surah digunakan nama yang berbeda-beda.
Hingga akhirnya seiring perjalanan ilmu, saya mengaji ke Mbah Yai @kyai_ambleg dan mendapatkan banyak ilmu dari beliau.
Kita harus memahami terlebih dahulu bahwa Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Baginda Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sebagaimana Allah berfirman,
Allah berfirman,
"Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian."
(Al-Isra' 106).
Terkait urutan surah-surah dijelaskan oleh Imam Qurthubi..
وكانت السورة تنزل في أمر يحدث والآية جوابا لمستخبر يسأل، ويوقف جبريل رسول الله ﷺ على موضع السورة والآية فاتساق السور كاتساق الآيات والحروف فكله عن محمد خاتم النبيين عليه السلام، عن رب العالمين، فمن أخر سورة مقدمة، أو قدم أخرى مؤخرة، فهو كمن أفسد نظم الآيات، وغير الحروف والكلمات
"Sebuah surah diturunkan untuk suatu peristiwa yang sedang terjadi, pun sebuah ayat, sebagai jawaban bagi orang yang mengajukan pertanyaan.
Jibril selalu memberitahukan kepada Rasulullah di bagian manakah Beliau harus meletakkan sebuah surah atau ayat .....
Susunan surah, ayat dan huruf-huruf bersumber dari Nabi Muhammad penutup para Nabi yang bersumber dari Allah.
Barang siapa mengakhirkan surah pertama & mendahulukan surah terakhir, maka dia bagai orang yang merusak susunan ayat-ayat, merubah huruf dan kata-kata Al-Qur'an."
Nah, jika kita belajar Ulumul Qur'an, termasuk belajar Tarikh Al-Qur'an maka akan kita jumpai dalam beberapa Hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah terkadang dalam satu waktu diturunkan kepadanya surat yang memiliki banyak ayat.
Karena itu jika turun wahyu, Nabi memanggil juru tulisnya lalu bersabda, "Tulis semua ayat ini pada surat yang terdapat di dalamnya begini dan begitu."
Sedangkan jika turun padanya satu ayat, Beliau katakan, "Tulis ayat ini di surat yang disebut di dalamnya begini dan begitu."
Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya meredaksikan Hadits dari Utsman bin Abul 'Ash, ia berkata,
"Aku pernah duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yakni saat Beliau menerawang dengan tatapan tajam hingga seakan-akan menembus bumi....
Kemudian Beliau mendongakkan pandangannya dan bersabda,
"Jibril 'Alaihissalam telah datang kepadaku dan menyuruhku agar menaruh ayat ini di tempat ini di dalam surat ini."
Berikut saya rangkum berbagai Hadits yang bisa dibaca dalam image.
Dari beberapa hadits di atas, kita jadi mengerti bagaimana ketika wahyu turun, dan bagaimana Rasulullah mendiktekan kepada sahabat pencatat wahyu Al-Qur'an.
Termasuk kita jadi mengerti bahwa surah Al-Bara'ah disebut juga sebagai surah At-Taubah.
وقال غيره : «السورة الطائفة المترجمة توقيفا» أي : المسماة باسم خاص بتوقيف من النبي صلى الله عليه وسلم ، وقد ثبت جميع أسماء السور بالتوقيف من الأحاديث والآثار
Imam Suyuthi menjelaskan, "Ada pendapat yg mengatakan bahwa surah adalah sekumpulan ayat yang tersusun secara tauqifi,
... yaitu, yang diberi nama secara khusus dengan ketetapan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam.
Telah ditetapkan bahwa nama-nama surah di dalam Al-Qur’an itu ditetapkan berdasarkan tauqifi dari hadits-hadits dan atsar."
قد يكون للسورة اسم واحد وهو كثير، وقد يكون لها اسمان فأكثر
"Bisa jadi surah dalam Al-Qur’an memiliki satu nama, dan ini yang terbanyak, tetapi ada yang MEMILIKI DUA NAMA bahkan LEBIH."
وكما سميت السورة الواحدة بأسماء سميت سور باسم واحد كالسور المسماة ب (ألم) أو (الر) ....
على القول بأن فواتح السور أسماء لها.
"Sebagaimana satu surah diberi banyak nama, maka ada surah diberi nama dengan satu nama, seperti diberi nama “Alif laam miim” atau “Alif laam raa”, berdasarkan pendapat yang mengatakan bahwa ayat pembuka surat itu menjadi nama-nama baginya"
Nah sudah jelas, bahwa terkadang ayat pembuka surah disifatkan menjadi nama bagi surah itu sendiri.
Saya berikan contoh,
Surah At-Taubah, disebut juga dengan surah Bara'ah karena penyifatannya pada ayat ke-1 berbunyi Baraa`atum minallaahi wa rasulihi ... hingga akhir ayat.
Terkait penamaan surah At-Taubah, maka Imam Suyuthi menjelaskan,
براءة : تسمى أيضا التوبة ؛ لقوله فيها : لَّقَد تَّابَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلنَّبِىِّ
Bara'ah disebut juga At-Taubah, karena Allah berfirman di dalamnya, “Laqad taaballahu ‘alan nabiyyi” (At-Taubah 117).
Surah At-Taubah, selain diberi nama Bara'ah, maka surah ini disebut juga sebagai surah Al-Muqasyqisyah, Al-Muba'tsirah, Al-Fadhihah, Al-Munaqqirah ...
dan penyifatan nama-nama yang disematkan pada surah At-Taubah bisa langsung dibaca penjelasannya pada kitab yang saya lampirkan.
Lalu bagaimana penjelasan surah Al-Mukmin atau surah Al-Ghafir yang disematkan menjadi nama surah pada Al-Qur'an surah ke-40?
Seluruh Nash Al-Qur'an & As-Sunnah, tidak ada satupun yang tidak bisa diterima oleh akal manusia, sayangnya TIDAK SEMUA akal manusia mampu menerimanya.
Sebagian orang beranggapan bahwa hukum Islam saling tumpang tindih.
Sebagian orang juga beranggapan, jika sudah ada Kitab Suci Al-Qur'an, lalu mengapa harus ada Hadits Nabi?
Sebagian lagi mengernyitkan dahi, mencoba membaca Al-Qur'an & Hadits hanya dari teks zahirnya bahkan hanya dari teks terjemah, lalu berkata "Hukum Islam saling meng-cancel"
Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada @GusNadjb yang telah membantu memberikan sedikit penjelasan kepada kita semua dalam utas yang dibuat oleh Beliau kemarin.
Apa yg ada di pikiran kalian hingga berani menghukumi HARAM pada umat Islam yg membakar bukhur, dupa, kemenyan, dst, lalu kalian tuduh mereka sbg orang-orang musyrik?
Coba sini sebutkan satu aja dalilnya dari Al-Qur'an maupun Hadits yg mengharamkannya.
Percayalah, sampai kiamat TIDAK AKAN pernah ada satupun dalil yang mengharamkannya.
Apa sih BUKHUR itu?
Yaitu, wewangian yang dibakar tujuannya untuk membuat harum suatu objek.
Tentu saja bisa untuk mengharumkan ruangan, kamar, masjid, mushola, mengharumkan tubuh, dst.
🌹
Termasuk ratus, mengukup vagina dengan rempah wangi pun boleh.
Maka itu jika kalian melihat orang membakar dupa/kemenyan wangi, janganlah cepat-cepat menyimpulkan ini haram, sesat, syirik, musyrik, bla bla bla. Terlebih mengatakan itu sebagai sarana manggil jin.
Ilmu bagai senjata.
Jika satu2nya ilmu yang kau miliki hanyalah PALU, maka kau akan melihat segala permasalahan kehidupan sbg hal yg layak untuk dipalu.
Setiap keadaan yang mengelilingi kehidupan kita tak pernah lepas dari eksistensi Tuhan.
Pada hakikatnya ngaji itu ditujukan untuk memperluas cakrawala ilmu kita dalam mengenal Allah, mengenal keagungan sifat2Nya, keluasan ilmuNya, mengenal ayat2 Qauliyah & KauniyahNya, dst.
Juga utk mengenal risalah kenabian, mengenal keagungan pribadi & akhlak Rasulullah, mengenal berbagai hukum & sunnah.
Baik secara Qauli, Fi'li maupun Taqririyah yg menjadi ilmu dan telah diajarkan Nabi kepada para sahabat, ahlul bait, dst hingga Al-ulama waratsatul anbiya.
Lembaga Fatwa Mesir (Dar Al-Ifta Al-Mishriyyah), sudah sejak lama mengeluarkan Fatwa atas KEBOLEHAN mengucapkan "selamat" atas perayaan hari besar keagamaan umat beragama lain.
Bahkan dikatakan, hal itu termasuk dari KEBAIKAN DALAM ISLAM.
Buat teman-teman #CeritaGuruAdeirra yang belum bisa baca Arabic, saya sediakan short-link untuk web dar-alifta sehingga bisa langsung dicopas via google translate.