Kita seringkali terlalu arogan dan berasumsi bahwa worldview & sistem kepercayaan kita adalah yang paling benar & mulia.

Tapi tahukah kamu bahwa sistem kepercayaan peradaban besar di dunia, yang bertahan sampai saat ini, sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis kemunculannya?
Transisi penting peradaban manusia dari gaya hidup berburu-pengumpul ke agrikultur sangat bergantung dari ketersediaan air.

Bukan kebetulan bahwa 4 peradaban kuno semuanya ada di dekat sungai besar : Mesir, Mesopotamia, Harappa (India), dan China.
Kalau semua ada di dekat sungai besar, kenapa keempatnya mengembangkan budaya dan sistem kepercayaan yang sangat berbeda?

Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa kondisi sungai yang sangat berbeda sangat berpengaruh budaya seperti apa yang berkembang di setiap peradaban itu.
Mesir ditopang oleh Sungai Nil.

Peradaban Mesir punya bentang alam yang melindungi secara alami (laut di Timur, gunung di Selatan, gurun di Barat). Mereka hanya perlu fokuskan pertahanan di hilir sungai.

Ini sebabkan Mesir relatif bisa fokus akumulasi kekayaan.
Hilir sungai nil sangat panjang dan tenang. Angin cenderung berhembus ke Selatan, memudahkan transporasi bolak-balik hulu hilir.

Akibatnya keseragaman budaya sangat tinggi.

Tapi sungai Nil sering banjir, dan perlu kemampuan koordinasi terpusat untuk desain jaringan kanal.
Dalam kondisi ini, posisi Firaun menjadi tak terelakkan. Pemimpin jadi seperti dewa, semua harus patuh, maka semua makmur.

Pekerjaan konstruksi kanal juga musiman. Jadi kalau nganggur, pekerja ngapain?

Jadilah proyek raksasa yang lebih ke menopang sistem kepercayaan.
Mesopotamia punya 2 sungai besar : Euphrates dan Tigris. Tapi angin berhembus tak konsisten, ada yang rawa, sebagian bisa dilayari dan sebagian tidak.

Akibatnya terbentuk jejaring desa yang terpisah, dan punya kuil dan dewa jagoannya masing-masing.
Hal ini sebabkan Mesopotamia peradaban yang ribut. Kota perlu dikelilingi tembok supaya aman.

Kalau Mesir punya ekses pekerja dan bikin pyramid, Mesopotamia cenderung punya ekses tentara. Dan cara terbaik biar tidak mengacau adalah konsisten membuat mereka sibuk berperang.
Ini sebabkan nafsu memperluas wilayah dan membangun imperium cenderung kuat.

Selain itu, dewanya agak beda. Di Mesir, dewanya satu keluarga, bisa digambarkan silsilahnya, seperti Firaun.

Di Mesopotamia, dewa berkompetisi, dan akibatnya, cenderung pencemburu.
Kelompok yang menang dianggap punya dewa yang lebih kuat. Orang Mesopotamia percaya banyak dewa, tapi memihak dewa tertentu.

Begitu pun dewa jadi seperti punya keberpihakan, maunya ini yang menang.

Cikal bakal Yahudi berasal dari sini. Yahweh tadinya salah satu dewa Mesopotamia
Bangsa Yahudi yang tidak terlalu sukses, lalu keluar / terusir.

Karena ga mungkin bawa kuil, jadi diganti ke benda tertentu. Lama kelamaan, supaya lebih praktis, tradisi bergeser ke ide abstrak verbal & tulisan.

Plus Yahweh ada dimana-mana, jadi ga perlu dibangunkan kuil.
Harappa, yang kelak jadi cikal bakal perabadan Persia & India, bangun peradaban di sungai Sindhu.

Sungai Sindhu berhulu dari 5 anak sungai yang bertemu di hilir. Mereka bisa bangun sistem irigasi di mana saja, relatif mudah.

Tidak perlu ada Firaun seperti di Mesir.
Desa tumbuh secara menyebar, punya tradisi sama tapi bisa hidup masing-masing. Desa menyebar seolah tanpa akhir.

Dalam tradisi yang kelak menjadi India, dibandung penguasa tungal seperti dewa, struktur sosial (kasta) lebih penting untuk perjelas pembagian tugas di masyarakat.
Bagi bangsa India, waktu adalah ilusi. Semua adalah tentang hidup baik, dan kelak akan reinkarnasi ke derajat yang lebih tinggi.

Jadi kalau lahir di kasta rendah, berlakulah yang baik sebagai kasta itu sehingga saat reinkarnasi akan terlahir di kasta / posisi yang lebih baik.
Persia tak hanya pisahkan diri dari India dengan jalur migrasi, tapi juga sistem kepercayaan.

Berbeda dengan dewa-dewi India yang banyak, Persia cenderung mengerucut ke dua sisi : kebaikkan dan kejahatan.

Kecenderungan monoteistik juga ada dengan posisi Ahura Mazda.
Mereka percaya nabi bernama Zarathustra (Zoroaster), penyampai pesan dewa tunggal Ahura Mazda. Angra Mainyu ada di sisi kejahatan.

Ada penciptaan awal, ada kehancuran akhir. Orang baik akan masuk pairidaeza (“taman berdinding”, asal kata paradise).

Agak familiar ya?
Persia memandang dunia dalam kerangka polaritas baik dan buruk, kebaikan dan kejahatan.

Waktu juga berjalan linear, ada awal dan akhir, dan nantinya akhir yang kekal. Jadi persepsi tentang linear bukan tradisi Barat ya, kemungkinan awalnya (setidaknya salah satunya) dari Persia.
Di ujung Timur, peradaban awal China dapat kemakmuran dari Huang He atau Sungai Kuning.

Sungai Kuning sulit dilayari, konturnya tak semua bersahabat, sehingga pemukiman hanya bisa muncul di titik-titik tertentu yang memungkinkan.
Sungai Kuning cenderung berlumpur, jadi rawan pendangkalan dan banjir. Koordinasi jadi perlu, tapi tak bisa seefektif Mesir karena tak sejinak sungai Nil.

Solusinya adalah hirarki keluarga dan struktur desa yang disiplin dan kuat. Karena itu rasa hormat ke leluhur sangat kuat.
Peradaban China berawal dari desa (dan potensi kerajaan kecil) ini, yang lalu berdasarkan legenda bergabung jadi satu pertama kali dalam imperium Dinasti Xia.

Kaisar adalah ayah bagi semua, dan ayah adalah kaisar dalam keluarga.
Bangsa China melihat dunia dan waktu dalam kerangka lingkaran.

Peradaban China yang beradab di lingkaran pusat, lalu daerah yang ditakhlukan, lalu dikelilingi bangsa barbar di tepian luarnya.
Dinasti dipercaya mendapat mandat dari Tian (“langit”) dan bila mandatnya dilakukan maka dunia akan selaras.

Dalam pandangan ini, dunia material jadi penting karena jadi bukti apakah mandat yang tak kasat mata dan supernatural ini terbukti secara kasat mata yang materil.
Selain peradaban yang berhasil mengakumulasi kemakmuran sebagai gaya hidup baru yaitu agrikultur (atas bantuan sungai), ada juga yang pertahankan gaya hidup nomaden.

Kita juga punya bias peradaban disini sebagai orang “kota”, dengan menyebut kaum nomaden bangsa “barbar”
Bangsa nomaden ini membentang dari ujung Barat China sampai ujung Timur dari Eropa.

Gaya hidup nomaden sangat sesuai dengan kondisi geografis lokasi ini yang cenderung berupa hamparan luas dan kurang cocok untuk gaya hidup agrikultur dan menetap.
Hal paling penting adalah bangsa nomaden ini tidak sepenuhnya tepat hanya disebut barbar.

Memang tidak bersatu dalam suatu kekaisaran, tapi punya jejaring / konfiderasi suku yang dinamis dan cair.

Mereka juga “peradaban”, punya tatanan, bahkan pandai sekali berperang.
Kalau dicermati, menarik karena peradaban Barat belum disebutkan sama sekali dalam pembahasan ini.

Karena memang Barat, awalnya melalui Yunani, Barat jadi kekuatan penting saat produk dari setiap peradaban ini mulai saling bergerak.

Singkatnya, perdagangan internasional.
Dunia Lama (disebut demikian karena tanpa benua Amerika, yang disebut New Wold / Dunia Baru), saling terhuhung dalam perdagangan.

Jangan bayangkan Silk Road / Jalur Sutra seperti 1 jalan besar, karena ia lebih gambarkan jalur. Orang zaman itu bahkan tak tahu istilah Jalur Sutra.
Intermezzo : Karena posisinya yang strategis di Dunia Tengah, bahkan Persia punya spesifik dewa kontrak.

Kok aneh?

Bagi mereka ya relevan. Mereka ada di jalur pedagangan yang rely ke kontrak yang bisa jadi antar 2 peradaban asing. Jadi itu sakral, dan perlu ada dewanya.
Yunani ada di posisi strategis perdagangan Laut Tengah. Posisinya menjorok ke laut, dan Laut Tengah terkenal sebagai laut yang jinak.

Tidak heran kalau nantinya Roma juga jadi cikal bakal peradaban besar, karena posisinya juga sama strategisnya.
Yunani, seperti yang kita tau, punya dewa juga. Banyak malah, dan terkenal sampai sekarang.

Hal yang perlu dipahami adalah dewa Yunani bukan pencipta semesta, tapi hidup di dalam semesta, sama seperti manusia.

Dan dewa Yunani penuh dengan drama khas manusia.
Dewa Yunani sangat manusiawi, punya emosi dan saling bertengkar seperti kita. Para dewa juga tinggal di tempat yang benar ada, gunung Olympus misalnya.

Akibatnya, bangsa Yunani cenderung posisikan kebebasan dan kualitas pribadi yang utama.

Dewa sibuk dengan urusannya sendiri.
Kondisi geografis sebelah utara Yunani juga tidak ramah, banyak batu cadas. Jadi yang terbentuk cenderung negara-kota terpencar tapi dalam satu budaya.

Tak ada penguasa tunggal, dan sistem demokrasi skala negara-kota asalnya dari sini.
Karena tak punya penguasa tunggal, dewanya juga bukan tipe pencemburu dan pengatur ketat, filsafat Yunani berkembang.

Kalau pakai standar sekarang, pemikirannya ya aneh-aneh. Tapi banyak juga yang jadi pondasi sampai sekarang, seperti logika Aristoteles, bahkan Phitagoras.
Sistem kepercayaan antar peradaban ini lalu saling mengkristal, dan ada kecenderungan yang satu lebih menyerupai yang lain.

Misalnya peradaban India dan China cenderung mudah berbaur, sementara Persia dan Mesopotamia juga lebih mudah karena ada kemiripan di beberapa titik.
Ada alasan juga kenapa misalnya, Kristen yang seakar dengan Yahudi yang akarnya dari Mesopotamia lebih mudah diterima di Barat,

begitu pun kenapa Islam mudah diterima di Dunia Tengah termasuk Persia, tapi tidak di India dan Asia Timur.

Tapi udah kepanjangan kayaknya hehehe
Kalau memang hampir tak mungkin murni objektif, setidaknya akui dan pahamilah bahwa kita punya bias worldview, apalagi saat memandang sistem kepercayaan dan peradaban lain yang bukan kita.

Mengenal tak sekedar tahu apa yang mereka tahu, tapi benar-benar melihat dari mata mereka.
Saya tambahkan referensi bagi yang menanyakan dan mau baca lebih jauh ya. Semuanya sudah ada versi terjemahan, mudah diakses di toko buku seperti Gramedia.

Komik riwayat peradaban juga recommended. Walau komik dan kocak, isinya reliable secara sejarah kok.

Please enjoy 👍🏼

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Adrian Danar W

Adrian Danar W Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @adriandanarw

12 May
Thread menarik.

Salah satu celah dalam pembahasan ini adalah bagaimana mendefinisikan orang pintar.

IMO, “pintar” yang dimaksud sebenarnya lebih merujuk ke kekayaan informasi yang dimiliki. Semakin punya banyak info (pintar), semakin banyak referensi untuk ngarang (bias).
Dalam thread juga dengan baik disebutkan 2 kunci penting hindari jatuh ke bias dan sesat pikir.

1. Menyadari bahwa kita pasti punya bias, literally PASTI

2. Berpikir dalam probability (range 0% sampai 100%), bukan certainty (antara 0% atau 100%, binary)
Ada satu lagi yang biasa saya gunakan, yaitu teori Adult Development nya Robert Kegan.

Orang yang sudah dalam fase kelima menempatkan “dialectics of ideology”, bukan “ideology”, sebagai subject.

Dunia adalah tentang benturan ide ke ide yang lebih baik, bukan ideologi statis.
Read 7 tweets
1 May
Kenapa “scientific revolution” bersemi di Eropa, bukan di Timur Tengah, China, atau India yang secara peradaban di Abad Pertengahan cenderung lebih maju?
Disclaimer :
1. Ini lebih ke topik sejarah science, dimana bias sangat mungkin terjadi dan terbuka untuk sanggahan
2. Science yang dimaksud adalah “modern science”, yang bersemi di abad 16
3. Sebelum abad 16, agar tak ambigu, kita gunakan istilah “natural philosopher”
Apabila anda hidup di abad ke-11 dan diminta untuk menebak dimana “modern science” akan tumbuh, kemungkinan besar anda akan menjawab Baghdad.

Sebelum runtuh akibat invasi Mongol, Baghdad adalah tempat berkumpulnya peradaban dunia baik sebagai perdagangan maupun pengetahuan.
Read 27 tweets
20 Mar
SCIENCE :

Sering dibanggakan sebagai metode yang sangat objektif & akurat, serta terbukti berhasil membawa peradaban manusia ke kemajuan yang tak terbayangkan.

Nyatanya, science tak lepas dari subjectivity, anthropomorphism, dan selalu berjarak dengan “kebenaran”.

Kok bisa?
Scientific method itu tidak intuitif bagi otak kita. Manusia baru temukan dan gunakan sekitar 400 tahun yang lalu.

Sepanjang sejarah sebelumnya, kita mengandalkan mitos untuk jelaskan hampir segala hal, yang dikukuhkan otoritas.

Science menawarkan solusi menarik.
1. Tidak ada seorang pun yang tau segalanya dan bisa dijadikan sumber kebenaran.

2. Karena itu, kita harus coba menebak (membuat hipotesis).

3. Satu-satunya cara memvalidasi, supaya objektif, adalah bertanya ke Nature (observasi / eksperimen).

4. Dari situ, tarik kesimpulan.
Read 26 tweets
19 Jan
Berhubung lagi nge trend menghubungkan bencana alam dengan dosa manusia, apa ada ya riset serius untuk buktikan korelasinya?

Klaim ini sebenarnya falsifiable dan bisa dibuktikan secara empiris loh. Datanya juga rasanya cukup tersedia.
Misalnya :

Analisis hubungan antara persebaran penduduk berdarkan “agama mayoritas” dan “moral masyarakat” (apapun definisinya) di suatu wilayah dengan frekuensi dan keparahan :
a) tsunami
b) gempa bumi
c) tornado
d) gunung meletus
e) etc
Nanti bisa dilihat, misalnya untuk daerah yang lebih sering gempa, mana korelasi yang terbukti kuat. Apakah :

1. Kedekatan dengan gunung aktif
2. Kedekatan dengan patahan (major / minor)
3. Kepercayaan mayoritas masyarakatnya
4. Angka kriminalitas penduduknya
5. Etc
Read 11 tweets
12 Jan
Pertanyaan penting :

Kenapa baru setelah Harun Yahya terkena masalah hukum berlapis & konyol, baru kebanyakan orang bisa akui bahwa tulisan dan video nya tidak benar?

Jawabannya sederhana :

Karena kebanyakan orang tidak memahami perbedaan BENAR (secara scientific) dengan BAIK
Newton itu religius dalam konteks konvensional, sementara Einstein tidak (setidaknya di masa tuanya).

Tapi preferensi religiusitas (apabila itu dipadankan sebagai KEBAIKAN) antara keduanya sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai KEBENARAN ILMIAH atas teori yg mereka ajukan.
Ini yang penting dipahami :

Harun Yahya SALAH bukan karena dia ketahuan sebagai seseorang yang TIDAK BAIK akibat terjerat masalah hukum yang konyol,

tetapi karena sejak awal tulisan dan videonya itu PSEUDOSCIENCE, tak ada KEBENARAN ILMIAH di dalamnya.
Read 8 tweets
11 Sep 20
((COVID-19 FOR F*CKING DUMMIES))

Kita bisa tertular COVID-19 melalui,

1. Droplet kecil : ada di sirkulasi udara tertutup

2. Droplet besar : bersin / batuk, tidak jaga jarak, tidak pakai masker

3. Sentuhan langsung / tak langsung : pegang benda sembarang, tidak cuci tangan
Atas 3 poin tersebut, maka saya BODOH SEKALI kalau tak ingin tertular tapi melakukan hal berikut :

1. Ada di ruang tertutup dengan orang banyak dalam waktu lama (kantor, public transport, sekolah, apapun)

2. Tidak pakai masker (termasuk buka masker saat kumpul makan-makan)
3. Tidak rajin cuci tangan, apalagi habis sembarang pegang barang (uang misalnya) ngelap hidung, ngupil, ngucek mata, dan perbuatan ceroboh lain yang beri akses VIP untuk virus masuk ke tubuh

4. Kumpul-kumpul, tidak pakai masker, tidak jaga jarak, dan paket kebodohan lainnya
Read 14 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(