Satu Jawaban Yang Cerdik, Bisa Menghasillan Dua Pemahaman

Seorang tokoh/ulama yang menjadi pemersatu umat, ia tidak boleh mengeluarkan statemen yang dapat menyudutkan kelompok tertentu.
Segala ucapan, perbuatan dan langkahnya harus betul-betul diterima semua kalangan.

Inilah yang dicontohkan oleh ulama besar, Syekh Ibnu al Jauzi. Di nukil dari Imam Sya'roni dalam al-Fawaid al Mukhtarah.
Syekh Ibnu al Jauzi. (bukan Ibnu qoyyim al jauzi (751 H) murid Ibnu Taimiyyah). Beliau al Jauzi, masanya jauh sebelum masanya ulama kholaf (pertengahan).

Nama lengkapnya adalah Syekh Abdurrahman Abu al-Faraj bin Ali bin Muhammad al Jauzi al Qurasyi al Baghdadi.
Beliau lahir pada tahun 508 H w 597 H, wafat di kota Baghdad. Seorang Sunni yg sangat alim di masanya terutama di bidang sejarah dan hadits.

Di antara karyany yg masyhur Manaqib Umar bin Abdil Aziz, Tarikh Hukama’ al-Islam.
Suatu ketika Syekh Ibnu al-Jauzi tengah menyampaikan khutbah, lalu beliau didatangi dua rombongan dari kelompok besar, Asya’irah (Sunni) dan Syi’ah.

Asya’irah adalah kelompok yang dalam teologi mengikuti Syekh Abu al-Hasan al-Asy’ari.
Syi’ah adalah kelompok yang sangat fanatik dengan Sayyidina Ali dan para keturunannya.

Dua rombongan tersebut masing-masing membawa pedang layaknya orang yang hendak berperang.
Perseteruan itu dipicu salah satunya oleh pandangan yang berbeda dari keduanya, berkaitan dengan sebuah keyakinan tentang manusia terbaik setelah Nabi Muhammad saw.
Kelompok Asya’irah meyakini bahwa sepeninggal Baginda Nabi Muhammad yang terbaik adalah Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq.

Sementara bagi kaum Syi’ah, tentu Sayyidina Ali yang paling utama.
Kedua kelompok besar ini datang untuk meminta pendapat Syekh Ibnu al-Jauzi.

“Ya Syekh, Siapa yang lebih utama, lebih dekat dan lebih dicintai Rasulullah, Abu Bakar atau Ali?”

Demikian pertanyaan yang terlontar dari kedua orang tsb (Suni dan Syi’ah)
Pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh orang yang bukan dalam kapaitas ulama wira'i. Jika menjawab Abu Bakar yang lebih utama, pasti Syi’ah marah.
Jika dijawab Ali lebih mulia, kelompok Asya’irah yang tidak terima.
Ibnu al-Jauzi sejenak berpikir untuk menemukan jalan keluar dari kondisi dilematis yang menimpanya, agar jawabannya dapat diterima kedua kelompok besar yang meminta fatwanya.

Setelah berpikir, beliau menemukan jawabannya.
Dengan cerdik, beliau melontarkan jawaban yang sangat diplomatis:

(Pahami benar-benar di bait ini biar paham)

الْأَفْضل منْ كانتْ بنْته تحْتَه

Al afdholu man kanat bintuhu takhtahu "

“Yang paling utama adalah dia yang putrinya menjadi istrinya.”
Sebuah jawaban yang sangat cerdik. Baik Asya’irah maupun Syi’ah masing-masing dapat menerimanya.
Kalangan Asya’irah memahami statemen Ibnu al-Jauzi di atas mengarah kepada Abu Bakar. Sebab menurut mereka, dlamir (kata ganti) yang ada pada redaksi “bintuhu” merujuk kepada Abu Bakr, sedangkan dlamir yang ada pada redaksi “tahtahu” mengarah kepada Nabi Muhammad SAW.
Jadi menurut pemahaman mereka, maksud ucapan Ibnu al-Jauzi adalah “Yang paling utama adalah dia yang putrinya (Abu Bakar) menjadi istrinya (Nabi).”

Seperti diketahui, Aisyah tidak lain adalah putri Abu Bakr yang menjadi istri Rasulullah.
Demikian pula dengan kelompok Syi’ah, mereka sangat puas dengan jawaban Ibnu al-Jauzi.

Menurut mereka, jawaban Ibnu al-Jauzi di atas mengarah kepada Ali bin Abi Thalib. Mereka memahami kata ganti (dlamir) pada ucapan Ibnu al-Jauzi berbeda dengan yg dipahami Asya’irah.
Menurut mereka, dlamir yang ada pada redaksi “bintuhu” merujuk kepada Nabi, sedangkan dlamir yang ada pada redaksi “tahtahu” mengarah kepada Sayyidina Ali.
Menurut mereka, maksud ucapan Ibnu al-Jauzi di atas adalah “Yang paling utama adalah dia yang putrinya (Nabi Saw) menjadi istrinya (Sayyidina Ali).”

Merupakan hal yang maklum, istri Ali adalah Fathimah, putri Nabi.
Karena jawaban Ibnu al Jauzi yang multi tafsir, dua kelompok besar yang mengadu kepadanya memahami sesuai kecenderungan masing-masing.

Letak perbedaannya ada pada marji’ dlamir yang ada pada kata “bintuhu” dan “tahtahu”.
Demikianlah selayaknya seorang publik tokoh/ulama bersikap, fatwanya dapat diterima semua kalangan tanpa menimbulkan perpecahan di tengah-tengah umat.

والله اعلم

(Imam Sya'roni dalam al-Fawaid al Mukhtarah)

Semoga bermanfaat 🙏🏿🌹

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Sayid Machmoed BSA

Sayid Machmoed BSA Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @sayidmachmoed

29 May
Masih percaya dengan slogan kembali ke Alquran dan sunah?

Dia sendiri ingkar, padahal jls dalam alquran an-Nisa: 66, Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan tentang ayat tsb.

Begitu juga hadis yg di riwayatkan Imam Bukhari, Ibnu Hibban dan Imam At Tirmidzi dari hadits Anas ra
Bahwa Nabi Muhammad SAW ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding kota madinah beliau mempercepat laju untanya dan jika beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya untuk mempercepat karena kecintaan beliau kepada Madinah.
Hadits yang mulia ini menceritakan tentang perbuatan baginda Nabi yang maksum dan mendapatkan wahyu yang dibarengi dengan getaran hati beliau. Di balik perbuatan itu ada ilham dan wahyu akan kecintaan dan kerinduan hati kepada kampung halaman.
Read 4 tweets
25 May
HAUL

Beberapa amalan Umat Islam di Jawa yang secara nama masih menggunakan bahasa Jawa, namun secara subtansi telah berubah di isi dengan amalan Islami, masih saja dianggap sebagai sesuatu yang bid’ah atau di haramkan. Seperti Nyadran, Tingkeban, Selapan, Haul dan lainnya.
Padahal sebagaimana dikatakan oleh Imam dari al Azhar, Syaikh Jaad al-Haq menjelaskan:

العبرة فى المحرمات ليست بالأسماء، وإنما بالمسميات

“Penilaian sesuatu yang diharamkan tidak terletak pada nama, namun pada subtansi isinya”
Dalam Nyadran atau Megengan subtansinya adalah ziarah kubur, mendoakan almarhum, membaca ayat al Quran, berbagi sedekah atas nama mayit, kesemuanya ini adalah ajaran Islam. Lalu dari segi mana yg haram dan sesat..?
Read 14 tweets
21 May
Amma ba’du..

Dalil Sholat sunnah Qabliyah (sebelum) sholat Jum’at

Sebagian orang telah membid’ahkan sholat sunnah qabliyah jum’at. Menurut pandangan mereka hal ini tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw, atau para sahabat.
Banyak hadis dari ulama pakar ahli fiqih dalam madzhab Syafi’i dan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan sunnah nya sholat qabliyah jum’at. Mari kita ikuti hadits-hadits yang berkaitan dengan sholat sunnah diantaranya.
Hadits riwayat Bukhori dan Muslim : Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzanni, ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: ‘Antara dua adzan itu terdapat shalat. Menurut para ulama yang dimaksud antara dua adzan ialah antara adzan dan iqamah.
Read 11 tweets
19 May
Inti dari apa yang terjadi di Palestina

Tulisan Habib Ali Al-Jufri

Beragam peristiwa menyakitkan yang terjadi akhir-akhir ini pasti akan berlalu sebagaimana kejadian-kejadian yang telah lalu,
akan tetapi sudah seharusnya kita tidak lalai di tengah-tengah mengikuti detailnya dari inti yang menjadi asal dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Yang sebenarnya terjadi di Palestina adalah adanya kelompok Zionis Teroris Radikal yang menyerang dan merampas tanah yang sejak dulu penduduknya hidup dengan rukun dan damai, mereka terdiri dari Muslim, Kristen, Yahudi dan Samer.
Read 33 tweets
15 May
Kisah yang memilukan ini di riwayatkan oleh Ibnu Syahr Asyub dari Ar-Ridha dan di nukil oleh Al-Hakim An-Naisaburi dalam kitabnya Al-Amal

Kemudian Rasulullah datang, dan melihat kedua cucunya yang sudah rapi mengenakan pakaian baru yang indah.
Dengan senang Beliau SAW menggendong keduanya, dan menciumi mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Lalu Rasulullah bertanya kepada Sayyidah Fathimah :

"Apakah engkau melihat sang tukang jahit tersebut...?"

Sayyidah Fathimah menjawab :

"Iya, aku melihatnya."
Lalu Rasulullah SAW menjelaskan.

"Duhai putriku....
Dia bukanlah tukang jahit, melainkan Malaikat Ridwan sang penjaga Surga."
Read 14 tweets
15 May
BAJU HARI RAYA HASAN DAN HUSEIN

Suatu ketika....
Hari raya tinggal menghitung hari, Hasan dan Husein bersedih karena mereka belum memiliki pakaian baru menjelang hari raya.

Rumah tangga sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak seperti sahabat-sahabat yang lain.
Mereka termasuk barisan keluarga yang miskin kala itu,
Sekalipun mereka keluarga Rasulullah ﷺ

Kesedihan Hasan dan Husen bertambah ketika melihat teman-teman seusia mereka di seluruh penjuru Madinah sudah memiliki pakaian baru untuk menyambut hari raya.
Mereka pun tak tahan lagi untuk menahan kesedihannya hingga mereka pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya ;
“Wahai, Ibu....! Anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian hari raya kecuali kami, mengapa ibu tidak menghiasi kami...?,” kata Hasan dan Husein.
Read 9 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(