Temen2 cerita yang kali ini agak berbeda, aku dapat cerita ini dari narasumber Channel Youtube Rizka Wadiono bernama mas Danu yang ngirimin ceritanya ke email bang Rizka.
Aku sama bang @rizkawadiono akhirnya sepakat buat kerjasama bawakan cerita dari masing2 narasumber kami, pastinya dengan kesepakatan narasumber.
Cerita ini aku bagikan dengan aman karena kita saling sepakat sharing, kalaupun ada narsum yang gak bersedia juga kita ga akan memaksa ☺️
***
Lagi2 terjadi di suatu desa kecil di Indonesia, Danu, pemuda pengangguran yang kerjanya waktu ada panggilan saja. Seperti mungkin ada orang mau pasang pipa, gali tanah, sambung kabel, dll.
Karena desanya yang kecil itulah lapangan pekerjaan sedikit banget. Ditambah lagi Danu Cuma tamatan SD, itu mereka yang pilih untuk gak lanjut berpendidikan, malah teman Danu yang bernama Rian justru gak pernah makan bangku sekolah.
*Bentar gais aku mandi dulu dah bau bangke*
Lanjut tipis2 sambil ngerjain kerjaan rumah yak.
Memang di desanya mas Danu ini banyak sekali pemuda yang nganggur dan kerja serabutan, mungkin karena faktor lingkungan itu berpengaruh untuk gak lanjutin pendidikan.
Jadi suatu saat ada panggilan pekerjaan yang lumayan menjanjikan buat mas Danu dan 2 temannya Mail dan Rian. Tawaran ini disampaikan dari seorang sepuh desa, bisa dibilang orang yang di elu-elukan karena beliau tokoh agama/ahli agama lah.
Panggilan sepuh ini mbah Ar. waktu itu tahun 2000, waktu mas Danu masih jadi bujangan, Awalnya mas Danu lewat depan rumah mbah Ar, disitulah dipanggil mas Danu yang awalnya disuruh betulin pipa paralon dirumah mbah Ar yang bocor. Mbah Ar ini laki2 ya.
Selesai kerja, mbah Ar ini ngajak ngopi sambil ngobrol2 dengan mas Danu di teras rumah mbah Ar. Yang intinya mbah Ar ini nawarin buat kerja di tempat pengobatan tradisional.
Cukup menjanjikan penjelasan dari mbah Ar, karena mas Danu juga butuh pekerjaan, akhirnya tanpa babibu mas Danu langsung nerima tawaran itu.
“Besok setelah sholat jumat ajak teman2mu, kita pergi kesana biar mbah kenalin sama pemilik pengobatannya” ajak mbah Ar pada mas Danu.
Setelah pamit, mas Danu langsung sampaikan ajakan mbah Ar ini ke temannya Mail, kemudian disusul jalan berdua kerumah Rian.
Sampe disini aku bakal ceritain dari sudut pandang pertama mas Danu ya suapa kalian juga gampang ngerti alurnya.
***
[sudut pandang mas Danu]
“Memang apa saja kerjanya nu? Terus berapa lama kita bakal kerja? Nah gajinya berapa tuh?” Tanya Rian waktu aku baru sampai dirumahnya untuk ajak dia kerja.
“Aku belum dijelasin sih, tapi itu bisa dijelasin nanti di tempat kerjanya, yang penting kamu mau apa ngga? Yg namanya kerja udh pasti dibayar lah Mail.Abis ini kita ke tempat Rian” jelas aku bersemangat.
“Yaudah yok aku ikut. Kapan lagi ya kan hehe daripada nganggur” kata Mail.
Setelah itu barulah kita samper Rian dirumahnya dan aku ngejelasin kayak apa yang aku jelasin ke Mail tadi. Rian dama semangatnya dengan aku dan Mail dan sepakat bertemu mbah Ar esoknya setelah sholat Jumat.
“Yaampun, kalian jalan kaki?” Sambut mbah Ar dari dalam rumahnya ngeliat aku, Rian dan Mail didepan rumahnya. Kami baru saja selesai sholat jumat saat itu
“Jauh loh lokasinya. Maksud saya bawa kendaraan supaya saya bisa antar kalian” jelas Mbah Ar yang kebingungan.
Akhirnya karena mbah Ar gak mungkin ikut jalan kaki dan beliau pun gak punya kendaraan, kami diberi secarik kertas berisi alamat yang beratasnamakan “bu Nining” untuk cari sendiri lokasinya, ya bagaimanapun kami harus tetap berangkat.
Mbah Ar juga nitipin kita 1 surat tanda kalau kita mau kerja ditempat bu Nining. Mau gak mau kita harus berangkat kesana dengan usaha sendiri karena katanya perjalanan kesana memakan waktu 2 jam.
Setelah mikir akhirnya kita sepakat numpang mobil pick up orang yang searah jalannya. Sudah sampai di lokasi sesuai arahan mbah Ar, tapi menurut supir pick upnya, desa ini masih masuk kedalam, Cuma jalan setapak menuju kesana.
Akhirnya kami turun dan jalan lumayan jauh kedalam. Sempat terbesit di pikiran kami, siapa yang mau datang kesini untuk berobat? Apalagi kerja. Lokasi yang masuk ke perkebunan dengan jalan yang sempit pula jauh dari pemukiman warga.
Gak lama setelah itu, kami lihat ada bangunan seperti perumahan yang aku kira itu awalnya pondok pesantren. Yap, betul inilah lokasi kami bekerja. Tapi bukan pondok pesantren ya, Cuma bangunannya aja serupa.
Kami mengetuk pintu bangunan itu dan menanyakan kejelasan alamat ini dengan seseorang yang membukakannya entah siapa itu, apa betul ini yang dimaksud mbah Ar? Ternyata betul. Akhirnya sore itu kami sampai juga setelah perjalanan jauh.
Dipanggilkan bu Nining dengan orang yang menyambut kita tadi, setelah itu kami menjelaskan kedatangan kami dan memperkenalkan diri, memberi kertas titipan mbah Ar dan langsung dipersilahkan masuk oleh bu Nining.
“Ini tempat apa ya bu? Pondok ya?” Tanya aku waktu dipersilahkan duduk.
“Bukan nang, ini tempat berobat,tapi bukan pengobatan medis” jelas bu Nining, dan akupun paham.
“Disini ada pekerjaan untuk kami kan bu, kira2 pekerjaannya apa ya?” Tanya aku berusaha membuka pertanyaan.
“Iya betul, tapi sebelumnya, apa kalian sudah menikah? Masih perjaka maksud saya” tanya bu Nining.
Aku, Rian dan Mail agak terkejut kenapa hal seperti itu yang ditanyakan. “Iya bu, masih, memang kenapa ya?” Tanya aku agak terbata.
Intinya bu Nining menjelaskan itu Cuma sekedar persayaratan untuk kerja disini. Setelah itu kami diajak berkeliling tempat tersebut dan dijelaskan disini pekerjaan kami hanya jadi pelayan.
Aku awalnya bingung untuk melayani apa dan siapa, akhirnya diajaklah kami ke lokasi lebih dalam dari lingkungan bangunan2 menyerupai pondok pesantren itu.
Bu Nining berenti didepan ruangan kosong yang ternyata didalamnya ada ruangan berpintu lagi. Gelap dan remang2. Cuma mengandalkan cahaya lilin di beberapa sisi ruangannya.
Saat itu juga kami dipersilahkan duduk dan bu Nining mengetuk pintu kamar tersebut. Dari ruangan itu muncul seorang perempuan berkerudung hitam (bukan kerudung muslim, tapi sekedar kain yang menutupi kepala tanpa tersibak sedikitpun). Yang dipanggil “Nyai”
Perempuan itu perlahan duduk dihadapan kami. Kami gak bisa melihat jelas wajahnya, tapi kami bisa tau perempuan itu masih muda terlihat dari kulit kencangnya di bagian bahu yang sedikit terlihat. Wanita itu Cuma menggunakan jarik yang menutupi tubuhnya dari dada sampai lutut.
Bu Nining akhirnya menjelaskan inti dari pekerjaan kami. Jadi kami diminta melayani perempuan itu layaknya suami istri. Kami terkejut awalnya, karena betul2 kita ber3 yang melayani perempuan itu secara bergantian.
Tapi semua itu jika ikhlas dilakukannya, tuhan akan mengampuni segala dosa kami jika berkehendak. Dan kami akan dibayar dengan jumlah besar.
Dengan menyetubuhi perempuan itu, bu Nining juga mendapat kesempatan untuk menolong orang2 hang membutuhkan kesembuhan dari penyakit santet yang dzalim.
Bu Nining juga menegaskan bahwa beliau sangat anti dengan santet, justru dirinya malah prihatin dan kasihan dengan pasien2nya yang korban santet.
Semua kemampuan bu Nining ini atas kehendak dari yang agung Nyai yaitu perempuan didepan kami, dan juga kehendak tuhan YME.
Dari penjelasannya aku mempertimbangkan, tapi lebih banyak setuju daripada ngganya, Cuma beberapa keanehan saja yang bahkan gak bisa menggoyahkan ketekatanku untuk menyetujui tawaran ini.
Mulai dari gaji dan tubuh perempuan belia ini yang keliatannya betul2 seksi dan menggoda, kami siap melakukan apapun. Kami bertiga pun sepakat. Setelah itu bu Nining menanyakan usia kami.
Rian lah yang paling tua diantara kami, jadi malam itu juga, deal langsung dipersilahkan kami melakukan hubungan intim dengan perempuan itu secara bergantian didalam kamar di ruangan itu.
Dari Rian, kemudian aku, lalu Mail. Kalian tau lah ya kayak apa hubungan suami istri, jadi aku gak perlu perdetail lagi. Setelah berhubungan, aku ngerasa ada yang janggal, tapi masih aku simpan sendiri perasaan ini.
Waktu dikamar aku lihat betapa cantiknya Nyai ini, tapi setelah selesai aku sesekali mau membayangkan lagi, tapi justru yang aku ingat malah sosok mengerikan, tubuhnya hitam tertutup bulu dengan wajahnya menyerupai wanita tua.
Kami selesai di hari pertama itu kira2 jam 1 atau 2 malam. Kita sudah disiapkan kamar oleh bu Nining untuk istirhat setelah bekerja, disana kami bertiga ngobrol sebelum tidur,
Aku mengeluh soal apa yang aku bayangkan soal Nyai, kenapa aku sama sekali gak bisa mengingat rupanya yg cantik itu. Ternyata begitu juga dengan Mail dan Rian.
Mereka sama2 sulit mengingat sosok cantiknya, tapi malah yang teringat sosok menyeramkan. Disini kami kami baru berasumsi kalau jangan2 Nyai bukan manusia.
Kami baru berfikir apa kita dijadikan suguhan untuk jin? Kita dijadikan tumbalnya untuk jin peliharaan bu Nining? Bisa jadi seperti itu. Aku merasa semakin yakin kalau sambil mebayangkan rupa Nyai yang harusnya cantik malah jadi mengerikan itu.
*aku ingatkan disini, mas Danu dengan 3 orang temannya memang sangat awam dengan hal ini, ditambah mereka masih sangat polos waktu itu jadi apa yang dihadapannya asalkan enak seperti makanan atau perempuan, ya gak nolak. Apalagi ada upah untuk menghabisinya.
Kita takut tapi kita bercanda nakal soal ini,
“Ahh kapan lagi kita dapat uang sebanyak ini, lagian udah enak, dibayar juga lagi hehehe” kata Mail
“Iya ya, kapan lagi? Udahlah kita nikmatin pas didalem kamar aja, selesainya yg penting uang! Pulang ke desa bawa uang banyak! Hahaha” jelas aku
“Udah mantap juga Nyai tu, cantik, seksi, udah betul gausah dipikirin pas udahannya, yg penting balik kampung kaya to!” tutup Rian yang juga setuju dengan aku dan Mail.
Kami berfikir masih bingung soal resikonya, akhirnya besok paginya kita tanya ke bu Nining. Waktu itu bu Nining menjelaskan sama seperti awal kita akan bekerja, gak ada resiko,
bu Nining menekankan kembali bahwa yang kita lakukan justru bisa menutupi dosa, itu hal yang lazim dilakukan.
Dan kalau kita misalnya mau berenti dari pekerjaan ini, kita sendiri yang harus mencari penggantinya, dengan syarat yang sama yaitu laki2 perjaka dan belum menikah.
pekerjaan ini Cuma bisa dilakukan pada hari jumat saja, jadi waktu kita mau melakukannya, ya lakukan, nanti kita dibayar, tapi kalau sudah gak mau melakukannya, seperti yang tadi dibilang, harus dapat pengganti dari kita.
Soal umur Nyai yang buat aku terkejut, sebetulnya Nyai berumur ratusan tahun, Nyai bukanlah manusia. bu Nining menjelaskan itu semua dengan gamblang tapi meyakinkan kami juga,
Kalau Nyai bukan jin yang suka menakut2i atau mengganggu. Nyai Cuma butuh kasih sayang lelaki perjaka, supaya Nyai bisa meberikan kekuatan untuk Bu Nining untuk menyembuhkan orang2 dari jeratan teluh dan santet.
Dari penjelasan bu Nining, aku merasa berat buat tanya soal sosok hitam berbulu lebat yang selalu terlintas di pikiran kami, tapi aku mengurungkannya karena bu Nining terlihat menghormati sang Nyai.
Singkat cerita kami akhirnya memutuskan untuk pulang ke desa dan diperbolehkan oleh bu Nining, saat pamit kami dititipkan kantung kecil putih untuk mbah Ar dari bu Nining.
Dan pesan bu Nining untuk kami yaitu kalau mau datang kembali datanglah, bu Nining siap membayar kami dengan bayaran yang sama atau bahkan lebih. Tapi ingat, hanya bisa dilakukan di hari Jumat.
Di perjalanan pulang aku iseng buka kantung yang diberikan untuk kami. Betapa kagetnya, kantung itu ternyata berisi emas berbentuk batu tak beraturan.
Di arah yang sama saat kita pulang, kami cek ke toko emas untuk meyakinkan itu emas betulan atau bukan. Ternyata itu emas betulan, aku betul2 senang bisa kaya mendadak.
Kami lanjutkan perjalanan pulang untuk mampir ke rumah mbah Ar karena bu Nining juga menitipkan kantung putih kecil untuk mbah Ar, tapi untuk mbah Ar, kantungnya ringan, beda dengan milik kita ber 3.
Waktu aku iseng buka, aku bingung karena isinya Cuma setangkai bunga, entah bunga apa itu. Sampai dirumah mbah Ar, kami tadinya mau tanya apa maksud bunga setangkai itu,
Tapi karena merasa gak sopan sudah mengintip isi kantung itu, aku gak jadi tanya akhirnya. Besoknya kami tukar semua emas kami dengan uang.
Saat itu juga kami langsung beli motor yang tahun 2000an itu lagi hits2nya secara cash. Bahkan uang itu tersisa untuk kami beli baju dan pegangan untuk seminggu kedepan.
Sejak saat itu, setiap hari jumat kami rela datang dari jauh untuk bekerja di tempat bu Nining. Kami melakukan itu kurang lebih dalan waktu 2 bulan, kami bisa mebeli tanah.
Setelah kami membeli tanah itulah kami mendapat kejadian2 aneh dan gak nyaman. Aku sering merasa cepat lelah, padahal aku tau betul karena terbiasa kerja dari pagi sampai sore, staminaku terlatih untuk kuat. Tapi sekarang ngga.
Baru berapa menit beraktifitas aku sering kelelahan padahal Cuma beres2 pekarangan dan aktifitas sehari2, awalnya aku pikir mungkin karena aku sekarang kemanapun udah gak pernah jalan kaki. Namanya juga udah jadi wong sugih kan hehe
Akhirnya aku jadi jarang sekali bertemu 2 temanku, paling bertemu saat kami ke tempat bu Nining di hari jumat itu. Orang dirumahku, orang tua dan keluarga temanku gak ada yang tau soal apa pekerjaan kami.
Mereka taunya kami mandor dan bekerja di pabrik saja. Ini pesan dari mbah Ar yang menyuruh kita untuk gak buka mulut ke orang2 soal pekerjaan kami.
Menurut mbah Ar, yang bisa dapat pekerjaan ini ialah orang2 pilihan. Karena kami orang bersih. Ada perasaan bangga dibilang seperti itu mangkanya kami nurut aja untuk tutup mulut.
Beberapa bulan kemudian, fisik kami sama sekali gak sanggup untuk ke tempat bu Nining. Kadang aku datang sendiri, kadang Cuma berdua, atau bahkan temanku saja yang datang.
Aku banyak makan, karena aku sering kelaparan tapi gak pernah merasa kenyang. Aku bisa makan 5/6x dalam sehari, tapi semakin hari tubuhku semakin kurus.
Gak sampai kurus banget, tapi dari sebelumnya, aku keliatan lebih kurus. Aku sempat periksa ke dokter untuk kontrol gizi, tapi tetap saja aku gak ada perubahan walaupun sudah diberi pengarahan.
Karena putus asa menganggap penyakit ini serius dan gak wajar, aku mengajak Rian dan Mail untuk bertemu orang pintar. Perasaanku ini ada hubungannya dengan pekerjaan dari bu Nining.
Saat kami berobat ke orang pintar, kami sama sekali gak cerita soal bu Nining. Karena ingat pesan mbah Ar. Dari penerawangan orang pintar ini, banyak anak2 kecil tanpa kepala.
Anak2 itu ikut kemanapun kami pergi, bahkan mereka ada disini sekarang. Anak2 ini gaib, mungkin kami gak bisa melihat tapi mbah orang pintar ini bisa melihatnya.
Kira2 jumlahnya 7/6 anak sedang duduk dibelakang kami. Aku dan Rian kurang percaya, akhirnya orang pintar ini merapal mantra pada segelas air, lalu air itu dioleskan ke mata kami. Walau Dalam mata tertutup, kami bisa melihat keberadaan mereka,
Betapa terkejutnya, yang dibilang orang pintar ini betul. Banyaka anak2 tanpa kepala. Karena gak tahan melihat kengeriannya, aku langsung melotot dan sosok anak kecil itu hilang.
“Darimana bocah ini?” Tanya orang pintar tersebut serius. Kami diam seribu bahasa. Setelah itu orang pintar ini menjelaskan kalau anak2 ini bukan karena kami ketempelan.
Anak2 ini datang dan kondisinya terawat. Tepatnya anak2 ini seperti dipelihara. Orang pintar itu meyakinkan kembali, “apa kalian sengaja meelihara?” Kami betul2 gak bisa jawab.
Aku tetap gak mau mengungkap keadaan yang sebenarnya. Kami berlagak gak tau menahu apapun. Karena kami bungkam, akhirnya orang pintar tersebut gak bisa bantu apapun, gak menemukan solusi apapun.
Anak2 ini adalah jin bertuan, mereka bakal pergi kalau disuruh tuannya pergi, orang pintar ini hanya bisa mengusir jin tak bertuan. Orang pintar tersebut gak tau harus berbuat apa.
Alasan kami cepat capek dan selalu lapar tanpa kenyang, karena anak2 itulah yang menyerap sari2 tubuh dari kami termasuk energi. Ya jadi selama ini kami makan juga untuk makan mereka menurut penjelasan dari orang pintar tersebut.
Karena gak ketemu solusinya, kita sepakat kerumah mbah Ar untuk mengeluhkan ini. Dari mbah Ar, akhirnya kami ke tempat bu Nining untuk membicarakannya lebih detail.
Aku lumayan kesal dengan bu Nining karena beliau Gak menjelaskan tentang bagian ini. Aku yakin banget anak2 ini ikut karena tugas kami melayani Nyai.
Mau marah pun segan karena kehidupan kita jadi lebih makmur karena bu Nining biarpun keadaan fisik kami bisa dibilang miris.
Dengan santun mbah Ar menjelaskan protesan ini dan tunduk dengan bu Nining. Kami bingung karena mbah Ar jauh lebih sepuh secara umur daripada bu Nining. Tapi ah biarlah mungkin memang watak mbah Ar seperti itu.
Tanggapan bu Nining dengan santainya bilang “bocah2 ini datang untuk menjaga kalian. Mereka gak berbahaya” dari penjelasannya jelas berbeda dari yang dijelaskan orang pintar kemarin.
Efek dari anak2 itu betul2 buat kami ga punya gairah hidup. Ini malah menuju fatal. Aku akhirnya memutuskan untuk dihari itu juga aku putus kontrak dengan bu Nining. Aku mau memulai hidup yang normal lagi.
Bu Nining setuju dengan syarat harus mencari pengganti kami. Karena tanpa pengganti kami, bu Nining gak akan bisa melepas anak2 tersebut dari kami.
Yang lebih mengejutkan menurut bu Nining, ternyata anak2 itu adalah anak hasil hubungan kami dengan Nyai, anak itu dihasilkan dari sperma kami sendiri. Walaupun mereka bukan manusia, kami tetaplah bapak dari anak2 tersebut.
Kami pun berpamitan setelah dapat kejelasan. Mbah Ar mencium kaki bu Nining sambil meminta maaf soal keputusanku, yang buat kami makin terkejut melihatnya.
Setelah sampai di desa, kami berunding kembali mengenai kelanjutan karena Rian dan Mail masih mau melanjutkannya sedangkan aku kapok.
Aku kembali kerumah mbah Ar untuk mebantuku mencari pengganti. Karena aku pun ingin lepas dari bocah2 gak jelas itu.
Aku akhirnya jarang bertemu dengan kedua temanku tadi semenjak beda keputusan, karena beda pendapat itu yanh membuat kami sedikit risih satu sama lain.
Setelah beberapa hari, mbah Ar akhirnya menemukan pengganti untukku, sebut saja namanya Wisnu. Kami akhirnya berangkat ke tempat bu Nining ber 3.
Sampai disana bu Nining menyiapkan segalanya untuk upacara pelepasan. Prosesinya mengharuskan aku dikubur dengan kepala tetap diatas tanah, aku dikubur semalaman dan paginya tubuhku bakal dimandikan dengan bu Nining.
Setelah semalaman, tubuhku dimandikan dengan air bunga melati dicampur jeruk purut entah maksudnya apa, selesai dari itu aku dipersilahkan pulang.
Mbah Ar dan Wisnu sudah pulang lebih dulu di hari kemarin, mangkanya aku pulang sendiri. Akhirnya aku terlepas juga, aku bertekad gak akan pernah datang lagi ke tempat bu Nining.
Anak2 ini gak sepenuhnya langsung menghilang, penderitaanku yang selalu kelaparan ini masih berlangsung berbulan2 dan menghilang perlahan.
Setelah 2 tahun, tubuhku akhirnya normal kembali. Staminaku kebali normal dan akhirnya aku bertaubat, sadar kalau perbuatanku itu salah dan aku memang betul2 polos.
Aku akhirnya mencari ustad untuk curhat begitu, dan ternyata pak ustad ini seolah tau bu Nining. Dijelaskannya bu Nining ini ternyata memang seorang pembuat aliran sesat, memelihara jin, pesugihan, dll.
Mengenai mbah Ar dan 2 temanku, kubiarkan saja begitu tanpa tau kabarnya, tapi 2 temanku ini masih jadi pelayan Nyai. Sampai di tahun 2007 aku dengar kabar bu Nining diusir dari desanya, mungkin ada kaitannya dengan aliran sesat ini dan diketahui warga.
Sampai akhirnya di tahun 2009, mbah Ar meninggal dunia,Entah karena apa, tapi memang beliau sudah sangat sepuh.
Itulah cerita pengalamanku waktu muda dulu, sekarang aku sudah taubat dan gak akan lagi mau mengikuti aliran gak jelas.
Untuk yang mau nonton versi vidionya kalian bisa nonton di channel youtubenya bang @RizkaWadiono pastinya lebih lengkap lagi penjelasannya karena bang Rizka lah yang terima email langsung dari aku.
***
Nama dan lokasi aku samarkan ya, gitu juga dengan beberapa proses ritual yang aku sengaja skip karena takut ada beberapa orang yang menirukan adegan.
-Sekian-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Cece”, atau sering familiar di telinga kita “cici”, adalah panggilan untuk kakak perempuan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Kali ini menceritakan cerita keluarga dari narasumber kami bernama Goh.
Cerita ini admin pikir cukup familiar dan mirip2 sama cerita “KELUARGA ANGKATKU TERSAYANG” karena nyeritain seorang kakak. Kalian bisa baca dulu threadnya kalo mau, atau setelah selesai baca thread ini.
Ini cerita dari follower Payung Hitam, aku share pengalamannya disini karena aku bener2 relate. Curhat sedikit, aku juga sering ngalamin waktu renovasi rumah apaun itu, ganti pagar, ngecat, renovasi kebun, selalu ada aja tetangga yg pengen tau.
Aku agak risih sebenernya, kenapa
Ini pengalamanku yang amit2 terjadi lagi, kejadian yang menimpa keluarga kami pada tahun 2004 waktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar.
Kata bapaku kalo supir truk duduk ber 2/sendiri itu normal, tp kalo ber 3 itu dipertanyakan yg ditengah. Kenapa? Katanya si yg tengah itu biasanha org mati. Kenapa bisa org mati? Iya kayak misal ada perantau yg ga punya uang untuk diantar pake ambulan, ya mayatnya dibawa pke truk
Biasanya pake truk antar kota gitu, katanya bapa aku liat sendiri bahkan ngobrol nanya2 sama sopir truknya, ya sopirnya bilang apa adanya, dan sopirnya santuy aja katanya udah biasa mereka bawa mayat. Bingung sih aku, apa gak bau ya? Dan mayat kan ga boleh ditekuk🤔
Apa bener begitu ya kawan? Kalo iya si serem bgt asli, tp bapaku liat juga org yg ditengah biasa aja, kayak org lg tidur, trus disarungin🤷🏻♀️
Temen2 semua, jangan lupa berdoa sebelum baca thread ini, karena dalam prosesnya menyusun cerita ini aku ngerasa badan bener2 gak enak padahal udah diusahain fresh waktu nulis, dan aku usahain selalu pagi kalo nulis gini.
***
Aku Tya, kejadian ini aku alami waktu tahun 2017, kejadian ini ga akan pernah aku lupa karena pertama kalinya aku bersinggungan dan melihat kehidupan lain di bumi selain binatang dan tumbuhan seumur hidupku.
Halo temen2, nama aku Roro, salam hangat untuk para followers payung hitam, soalnya aku followersnya juga✌🏼mau berbagi kisah pengalaman aku waktu dulu sekitar tahun 2003 waktu aku masih kelas 6 SD.
*nama akun ga admin tag karena permintaan dari narasumber ya