Kalau dari perspektif Kakek Guruku, Syekh Pierre Renouvin, harusnya kita gak cuma cermati "forces profondes"- knp Taliban bisa takeover Pemerintahan, sampai Presidennya kabur, tp juga "les grands hommes", para tokoh, stakeholders yg ada.
Adakah yg tahu informasi bgm posisi & interest para politisi Afghanistan yg memilih tetap tinggal di sana bersama rakyat Afghanistan? Misalnya, mantan Presiden Hamid Karzai, lalu Abdullah Abdullah, dan Gulbaddin Hekmatyar? Bgm peran mereka dlm transisi kekuasaan di Afghanistan?
Taliban krn sempat lama vakum dlm kekuasaan, menurutku dlm Pemerintahan Transisi, pasti melibatkan bbrp faksi politik, agar dapat legitimasi.
Alasannya simple, agar mereka bisa berkuasa lebih lama, krn diterima lbh banyak kelompok.
Dgn konteks spt itu, aku sepandangan dgn Bib @noeruzzaman dan Kyai @ulil kalau Taliban akan memoderatkan diri mereka sendiri sbg keniscayaan.
Indikasi ini sebenarnya bisa terlihat bgm Taliban mau datang ke Indonesia & mau ngobrol dgn Organisasi Islam moderat di sini.
Orang atau kelompok orang yang mau ngobrol dgn kelompok moderat, tentu lebih besar potensinya utk menjadi lebih moderat, drpd yg menolak atau gak mau ngobrol dari awal, dgn dalil "pokoknya..."
Oh ya tentu, dalam Pemerintahan Transisi, Taliban akan jadi faksi mayoritas.
Indikator apakah Taliban lebih moderat atau tidak, menurutku seharusnya terlihat di Pemerintahan Transisi ini.
Lebih spesifik, ada perwakilan dan pengakuan hak Perempuan dan minoritas di sana gak?
Ya, selain Taliban harus berbagi porsi dan kursi kekuasaan dgn faksi politik yg lain di dalam negeri, utk stabilitas politik dalam negeri, Taliban harus memoderatkan diri agar dpt dukungan internasional. Biar gak diperangi seperti ISIS, ya Kek @AltoLuger ?
Plus, harus dicatat, bhw Afghanistan ini ekonominya masih bergantung dari bantuan internasional, termasuk bantuan program Kontra Terorisme - yg ditandatangani Februari 2020, antara AS, Taliban & Pemerintah, dlm konteks ciptakan perdamaian pasca ditariknya pasukan AS 2020-2021.
Ya, ekonomi Afghanistan masih sangat bergantung pada bantuan internasional, baik utk program-program bantuan utk mengatasi kemiskinan, bangun sanitasi dll, juga program kontra-terrorisme.
Investasi? Siapa yg mau investasi dgn risiko tinggi dgn kekayaan alam yg tak sbrp?
Perdagangan?
Untuk berdagang, penduduk Afghan harus bisa produksi.
Tapi bagaimana bisa produksi tenang, kalau risiko keamanan di sana tinggi banget? Bikin pabrik? Ada kekhawatiran dibom dll?
Bertani? Kalau dirampas, piye?
Selain problem ekonomi dan keamanan, Pemerintahan Transisi di bawah Taliban harus deal dgn fakta bhw sebenarnya Klan Pashtun Taliban itu benar-benar kuasai wilayah Selatan & Timur. Sedangkan wilayah Utara dan Barat, mereka mau tidak mau harus deal dgn para warlords non Pashtun.
Di wilayah Afghanistan Tengah, ada milisi Syi'ah Hazara - yang ternyata minggu lalu ternyata menyatakan bergabung dukung Pemerintahan Transisi di bawah Taliban, dgn tentu saja kompensasi posisi politik.
There is no free lunch, my friend!
Jika perwakilan milisi Syi'ah Hazara bisa masuk Pemerintahan Transisi di di bawah Taliban, ini bukan cuma moderat, tapi progresif! Knp? Krn di 1 negara mayoritas muslim moderat, Syi'ah jangankan msk pemerintahan, tetap akui sbg Syi'ah aja dipersekusi, ya Pak Deputi @madisnur?
Dan, sesuai prediksi...
Harusnya, kita gak cuma fokus dengan "forces profondes" tapi juga dengan "les grands hommes", para stakeholders, para tokoh...
Taliban pun bertemu mantan Presiden Hamid Karzai, cekidot👇
Knp Taliban bisa kembali ke panggung kekuasaan di Afghanistan?
Ada bbrp plausible answers:
Pertama, spt yg sudah Kakek @AltoLuger jelaskan dgn gamblang, bgm mereka itu belajar dari kesalahan mereka masa lalu, dan juga belajar dari kesalahan kelompok kekerasan lainnya.
Ya, Taliban hari ini tidak sama dengan ISIS, maupun kelompok kekerasan lainnya, dan bahkan Taliban sebelumnya.
Kurang lebih itu yg coba dijelaskan oleh Kakek @AltoLuger.
Taliban hari ini bisa ambil alih kembali kekuasaan, itu bukan semata-mata krn kelompok moderat diam saja.
Kedua, Taliban ini mayoritas berasal dari klan etnis Pashtun. Nah, Pashtun sendiri, merupakan etnis terbesar dgn penguasaan wilayah terbesar di Afghanistan.
Etnis Hazara, Uzbek, Aimaq, Turkmen, Baluchi dll, di bawah Pashtun.
Apa kita gak malu dgn Jubir Lokal Kedubes AS ya Kek @AltoLuger? #ups
Hahahaha
Cukup kita perhatikan dan pelajari.
Kalau Taliban masuk ke sini bgm?
Tenang, ada Zombie Watchers yg ngurusi.
Emang kita paham? Gak khan? 😁
Dari 2 artikel terbaru di @ForeignAffairs yg kubaca, Afghanistan di bawah (Neo) Taliban hari ini "NOT SO SAFE HAVEN" bagi teroris.
Bahkan lebih dari itu Taliban tetap akan perangi ISIS & tak ingin ada 1 pun serangan teror di negaranya, meskipun mereka punya hubungan dgn AQ.
Dgn memastikan perang lawan ISIS dan tdk ada teror di negaranya, Taliban akan dpt support Kontra-Terorisme bukan hanya dari AS sbg komitmen Perjanjian Februari 2020, tapi juga dari Russia dan Tiongkok, serta negara-negara lain yg punya program serupa.
Ini win win...
Tapi PR Taliban tentu tidak mudah.
Taliban harus berhadapan dgn kelompok kekerasan atau pemilik senjata lainnya.
Plus, berhadapan dgn (mantan) tentara Afghanistan rezim sblmnya, milisi dari klan etnis non-Pashtun, khususnya dari etnis Tarjik dan Uzbek.
Utk mudahkan PR yg berat itu, menurutku Taliban akan bertemu tokoh-tokoh, orang-orang kuat, para politisi, para pimpinan milisi, khususnya di luar klan Pashtun, plus coba yakinkan dunia bhw mereka bukan pendendam & akomodatif* thd perempuan & minoritas.
*T&C Applied
So...
Suka tidak suka, (Neo) Taliban (istilah Kakek @AltoLuger) yg lebih adaptif alias menyesuaikan strategi, tidak melulu konfrontatif dan memilih hanya jalan pedang, sepertinya bisa terbaca dlm perjanjian Februari 2020 ini 👇
Nah, reaksi keras atas Perjanjian Februari 2020 antara Taliban - AS itu justru dari ISIS, teroris pengasong Khilafah.
Menurut ISIS, Taliban itu sesat! Bkn cm krn jd aliansi baru AS, tp krn bela ide nasionalisme.
ISIS mirip siapa gitu yg bilang nasionalisme ga ada dalilnya? 👇
Dlm statement itu, ISIS juga tdk hanya menuduh Taliban sesat, krn bela ide nasionalisme, dan siap perangi ISIS di Afghanistan bergandengan tangan dgn AS, sekaligus buang jauh-jauh "khalifah" dari Afghanistan, tp juga krn mau kerjasama dgn Syi'ah dan sekte "sesat" lainnya.
Hari ini, tepat 10 Muharam, atau biasa dikenal dgn Asyura, bagi kaum Syi'ah merupakan momen yg istimewa.
Dan hari ini pula, selama 20 tahun terakhir, peringatan Asyura oleh kaum Syi'ah di Kabul, dan kota-kota lain dijamin & dijaga oleh Taliban!
Cekidot 👇
Ya, Taliban yg kuasai Afghanistan benar-benar serius utk mengambil hati dan beraliansi dgn kaum Syi'ah, khususnya klan Hazara.
Ini benar-benar beda dgn Taliban 20 tahun lalu, bisa jadi juga beda dgn kelompok mayoritas muslim Sunni di negara lain.
Bbrp pantauan di Twitter 👇
Bgm peringatan Asyura di sini?
Setahuku sih dgn puasa sunnah saja, tdk dengan peringatan khusus dgn berteriak "Ya Husain" di jalan-jalan, dll.
Peringatan Asyura hari ini, di:
Afghanistan 👇 Pakistan 👇
Aku gak tahu apakah dgn sikap pembelaan & penjagaan Taliban thd kaum Syi'ah di sana, khususnya pada peringatan Asyura hari ini, akan juga
dilabeli oleh mereka yg di sini sering & gampang banget labeli orang lain dgn sebutan: (ANTEK) SYI'AH & SESAT?
Hal yg patut dicatat, Taliban yg mayoritas dari klan Pashtun ini mayoritas, kalau gak mau dibilang semuanya Sunni, itu mirip Arab Saudi, salah satu negara yg dulu akui mereka.
Kalau skrg?
Sama, dgn prinsip non intervensi, Saudi akui Taliban & sambil titip pesan sbb 👇
Kalau amati konflik Sunni vs Syi'ah di dunia internasional, kita pasti lihat konflik Arab Saudi Vs Iran.
Nah, dlm konteks pengambilalihan Kabul oleh Taliban, ternyata Arab Saudi & Iran cenderung berdamai & bersepakat, meskipun ada bbrp ketidaksepemahaman antara keduanya. 👇
Ya, Iran & Arab Saudi tidak melihat dgn kacamata Taliban sbg Sunni, tapi bela dan jagain komunitas Syi'ah, sesat atau tidak sesat, tapi dgn perspektif keamanan regional atau keamanan kawasan.
Begitu juga negara-negara aliansi mereka di kawasan, yg akan mereka ajak dialog.
Ya, membaca Afghanistan harus dgn perspektif keamanan kawasan.
Tdk bisa dgn hanya perspektif agama.
Klo mengacu pada teori Regional Security Complex (RSC) dari Barry Buzan & Ole Wæver, Afghanistan itu insulator dari 3 RSCs: South Asian, Middle Eastern & Post Soviet!
Cek 👇
Dgn karakter insulator, Afghanistan jd negara yg paling susah dipahami & sering disalahpahami.
Apa itu insulator? 👇
The concept of insulator is specific to RSCT and defines a location occupied by one or more units where larger regional security dynamics stand back to back.
Ya, Afghanistan, spt Myanmar, termasuk insulator.
Bacanya susah & sekali lagi, harus hati-hati!
Apalagi bacanya dgn perspektif kalau Pro X, itu kita pro/anti agama tertentu, atau aliran keyakinan tertentu?
Bisa ruwet!
Di tangan conflictpreneur bisa jd cuan & sangat bahaya!
Afghanistan lebih kompleks dibanding Myanmar.
Krn Afghanistan jd insulator 3 RSCs, sedangkan Myanmar cuma 2 RSCs & itu pun masih 1 Asian Supercomplex.
Dan, sekali lagi baca "les grands hommes" jadi sangat signifikan utk baca Afghanistan & tentu saja Taliban hari ini.
Afghanistan sbg insulator, agak "wajar" punya banyak faksi politik dan berkonflik satu sama lain.
Scr spesifik, hal tsb terkait dgn peta pertarungan kekuasaan & sebaran etnis dgn perspektif politik yg khas (etnopolitik) yg khas.
Masih merujuk Buzan & Wæver (2003), ada bbrp mini complex di Afghanistan: 1. Taliban Pashtun, didukung Pakistan & Arab Saudi + AS yg kadang ❤️😡; 2. Syi'ah Hazara, didukung Iran; 3. Uzbek, didikung Russia & Uzbekistan; 4. Tajiks di bwh Ahmad Shah Masoud & didukung Tajikistan.
Dgn bbrp mini complex spt yg ditulis oleh Buzan & Wæver, Afghanistan semakin susah utk dibaca dgn adanya rivalitas kekuasaan kelompok kekerasan di sana, khususnya ISIS, Al-Qaida & Hay’at Tahrir al-Sham (HTS).
Di buku ini di hal. 182, Derrida menulis, "Il est toujours possible que des traces s'effacent, mais nul ne peut garantir leur destruction définitive." - Mungkin saja jejak itu dihapus, tapi tak ada yg bisa jamin jejak itu benar hilang.
Penyebar hoax, fitnah, sering lupa ini 🙏🏻
Apalagi jejak digital?
It's like a piece a cake.
Dgn mesin atau kemampuan teknis yg cukup, jejak digital itu bisa ditampilkan lagi ke permukaan, dlm bentuk paling sederhana sekaligus vulgar:
Screenshot!
Oh ya tentu, semua jejak digital bisa diungkap, bukan hanya jejak digital para penyebar hoax & fitnah, tapi jejak digital kita semua!
Ya, termasuk aku, kamu, dan kamu!
Kita semua!
Benar saran guruku, Syekh @na_dirs "Saring sebelum sharing".
Sbg Dosen di Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD), yg ngajar & neliti ttg diplomasi, cuma kasihan masih ada saja orang ga paham diplomasi, tapi sok tahu ttg diplomasi, terus juxtaposition nyalahin Menteri Agama.
Caper ga gitu juga lah!
Sebenarnya, kalau terbiasa mengolah data terkait diplomasi, keputusan Arab Saudi terima cuma bbrp negara itu sudah bisa diprediksi, jauh sblm diumumkan di
Jadi yg tegas berani mediasi konflik Israel-Palestina di forum multilateral, khususnya di UN scr gagah ya Tiongkok, termasuk berhadapan dgn AS yg selama ini jadi pendukung setia Israel, siapa pun Presidennya.
Cek 👇🏽
Ya Tiongkok, yg negara dan warganya kadang dibenci dgn kebencian rasial, lengkap dgn makian "Aseng" dan sejenisnya, oleh bbrp orang, yg dlm konflik Israel-Palestina, justruerrka memuja & berharap salah satu negara aliansi Pertahanan AS di kawasan jadi "penolong" & "pemimpin". 🙃
Kalau baca behavior negara-negara Aliansi Pertahanan dgn AS di kawasan, polanya selama kurang lebih 40 tahun terakhir, itu tetap sama kok.
Terbanyak ya no militarized action (alias abang-abang lambe), lalu threat to use force (ngancem doang), mentok di display use of force.
Jadi keributan ttg Bang @pandji itu dari berita sebuah media ga jelas, yg diviralkan mbuh siapa gitu, menurut Bang @pandji itu ngutip Prof @tamrintomagola di tahun 2012. Apakah benar?
Di cuplikan video ini, sekali lagi Bang @pandji masih mendasarkan premise-nya dari pandangan Prof @tamrintomagola, termasuk NU & Muhammadiyah elitis dll. Tapi apakah benar begitu Prof? Cek 👇🏽
Mohon maaf, Bang @juliusibrani sebenarnya matra dunia maya bagi tentara, bukan kegenitan kembali ke masa lalu. apalagi kembali ke era Orba bagi TNI. Kebetulan aku ngajar Cyberspace & Digital Diplomacy, dari apa yg kupelajari, wacana tentara masuk ke dunia maya itu sejak 2001.
Indonesia justru terlambat, sebenarnya. Apalagi kalau dibandingkan dgn China, US dan Russia. Di kelas Cyberspace & Digital Diplomacy, misalnya teman-teman mahasiswa belajar dan juga meneliti bgm belum mumpuni dan tergagapnya State Actor kita.
Konsep cyberspace di mana di dalamnya ada cyber sovereignty, cyber security maupun cyber defense di @Kemhan_RI jauh tertinggal. Bahkan dari pentest yg dilakukan teman-temannya Mas @FahrurrojiFahmi di kelas, security-nya lebih payah dibanding @Kemlu_RI. Paling bagus ya @BSSN_RI