Diosetta Profile picture
25 Aug, 80 tweets, 13 min read
TIGA MALAM DI RUMAH SAKIT

Cerita ringan request dari beberapa pembaca yang membutuhkan penggambaran dari kejadian yang sempat Viral...

@BacahorrorCom @bacahorror @qwertyping @ceritaht @cerita_setann @IDN_Horor @bagihorror
Cerita ini terinspirasi dari video yang sempat viral di tiktok...
RUMAH SAKIT TERBENGKALAI
“Terminal ! Terminal! Yang turun Pati!”
Teriakan kernet bus membangunkanku yang sudah terlelap sepanjang perjalanan dari Bandung ke sebuah kota di Jawa Tengah.
“Pati Bang!” Teriaku memberi isyarat kepada kernet bus dan mempersiapkan barang bawaanku.
Bukanya tanpa alasan aku melakukan perjalanan jauh dari Bandung ke kota kecil di Jawa tengah ini. Sebuah kabar dari temanku yang di sudah lama dirawat di Rumah sakit membuatku menyempatkan diri untuk menjenguknya.
Menjelang malam , Bis antar kota yang kunaiki segera menurunkanku di sebuah terminal dan langsung melanjutkan perjalananya lagi. Wajar saja, bis yang kunaiki tersebut adalah bis jurusan ke Jawa Timur.
Mereka masih harus mengejar trayek mereka untuk sampai di tujuanya sebelum subuh.
Sesampainya di terminal aku mencoba menelpon temanku Ardi, sayangnya tidak ada jawaban. Mungkin saja kondisinya yang lemah tidak memungkinkan untuknya untuk mengangkat teleponku.
Untung saja sebelumnya Ardi sudah memberi ancer-ancer kendaraan umum yang harus kunaiki untuk menuju rumah sakit tempatnya di rawat.
“Mas… lewat rumah sakit kan?” Tanyaku pada salah seorang supir angkot yang ngetem di terminal.
“Rumah sakit mana mas?” Supir itu berbalik bertanya kepadaku.
Aku kembali mencoba membuka pesan yang dikirimkan oleh Ardi , namun yang tertulis hanya arah ke rumah sakitnya saja , sepertinya dia lupa menuliskan nama rumah sakit tempatnya dirawat.
“Pokoknya rumah sakit yang di lewatin angkutan umum ini mas, nanti saya kasi tau kalau sudah sampe” Jawabku dengan percaya diri.
Setelah penuh, mobil angkutan umum yang sedari tadi ngetem berangkat meninggalkan terminal.
Aku memperhatikan satu persatu bangunan di jalan yang dilewati agar tujuanku tidak terlewat sampai akhirnya aku melihat sebuah rumah sakit yang cukup besar dari kejauhan.
“Mas mas… stop sini mas?” Ucapku menghentikan angkutan umum yang kunaiki.
“Lha mas… tenanan ning kene?” (lha mas.. beneran di sini?) Tanya supir angkutan umum itu, namun aku tidak mengerti maksudnya.
“Maaf mas, saya orang Bandung.. tidak mengerti bahasa jawa, ini ongkosnya mas.. nuhun”
Balasku sambl segera meninggalkan akutan umum itu dengan membawa semua bawaanku.
Aku berjalan sedikit hingga tepat berada di sebuah bangunan rumah sakit yang cukup kuno.
“ Payah si Ardi.. kenapa ga pilih rumah sakit yang bagusan“Pikirku
Suasana sepi sangat terasa di luar rumah sakit, terlihat dari jauh penerangan di bangunan itu sangat tidak memadai. Sebenarnya aku ragu untuk masuk, namun karena sudah terlanjur sampai ke sini aku memutuskan untuk melanjutkan.
Lorong rumah sakit terlihat begitu sepi, seperti tidak ada pasien atau petugas. Langkah kakiku terhenti di hadapan meja resepsionis yang cukup tinggi.
“Punten!! Permisi!” teriaku mencari petugas yang seharusnya berada di sana.
“Permisi!”
Berkali-kali aku berteriak, namun tidak ada seorangpun yang menghampiriku.
Aku menunggu sambil memperhatikan sekitar , perlahan aku tersadar.. tidak ada satupun lampu di ruangan ini yang menyala. Semua penerangan berasal dari lampu luar yang masuk melalui jendela.
Seketika aku merasa ada yang tidak wajar, udara dingin mulai merasuk ke tubuhku dan membuat bulu kuduku merinding.
Segera aku mengangkat barang-barang bawaanku dan bersiap untuk meninggalkan tempat ini.

“Selamat malam mas… ada yang bisa saya bantu?”
Belum sempat melangkah, muncul seorang perawat rumah sakit berdiri tepat di belakangku saat aku menoleh.
“Eh… I iya suster, saya mau menjenguk teman saya “ Ucapku padanya.
Suster itu berjalan ke belakang meja seolah siap melayaniku.
“Nama temanya siapa ? Biar saya cek” Tanya suster itu.
“Ardi… nama teman saya Ardi sus” Ucapku.
“Tidak ada yang namanya Ardi yang dirawat disini mas… mohon maaf” Jawabnya tanpa mencoba mengecek berkas apapun.
“Lha.. ga mungkin sus, dia bilang ke saya dia dirawat di sini” Protesku yang merasa kecewa pada pelayanan suster itu. ia bahkan tidak memastikan namanya di berkas rumah sakit itu.
“Tidak ada pasien yang namanya Ardi” Jawab suster itu sekali lagi dengan mukanya yang jutek.
“Ini lho sus Ardi yang ini” aku memaksa suster itu melihat foto Ardi yang terdapat di hanphoneku.
Suster itu hanya melihat dan masih kukuh dengan yang ia sampaikan.
“O… Mas Ardi yang itu! dia di rawat di ruangan melati mas.. ayo saya antar”
Tiba-tiba salah seorang suster muncul dari belakangku. Suster yang satu ini terlihat lebih ramah.
Kami berjalan menuju ruangan melati dengan melewati lorong rumah sakit yang lebih gelap dengan meninggalkan suster jutek itu yang masih memusatkan tatapanya kepadaku.
“Sus… mati lampu ya? Kok gelap-gelapan begini” Tanyaku yang bingung dengan minimnya lampu yang menyala di rumah sakit ini.
“Iya mas.. efisiensi” Jawabnya
Dari lorong rumah sakit aku melihat beberapa kamar yang terbuka.
Walaupun dari luar terlihat sepi , tapi ternyata di kamar-kamarnya terdapat banyak pasien yang menurutku cukup aneh.
Salah satu yang menarik perhatianku adalah pasien wanita kurus berambut panjang, bukanya tidur di ranjang pasien ia malah merayap di lantai dengan rambut panjangnya yang acak-acakan dan baju pasien yang telah terkena noda darah.
Ketika matanya melirik ke arahku , aku segera mempercepat langkahku agar tidak terlihat sedang memperhatikanya.
Tidak hanya itu, lain dengar kamar sebelumnya yang sepi kamar berikutnya tertutup namun terdengar suara ramai seperti pintu yang tertubruk berkali-kali..
sekilas dari celah kaca ruangan tersebut terlihat pasien tu melompat-lompat menubrukan dirinya ke pintu.
“Nah… disini mas ruangan melati, Temen masnya dirawat di sana.. saya lanjut dulu ya” Ucap perawat itu yang segera meninggalkanku.
“Permisi…” ucapku sambil membuka pintu ruangan itu, namun tidak ada seorangpun di sana.. hanya dua buah kasur pasien tanpa ada yang meniduri.
“Sus… kok kosong ya ruanganya?” Tanyaku pada perawat tadi yang ternyata sudah tidak terlihat dari pandanganku.
Aku mencoba masuk ke ruangan itu dan mencari tahu.
“Ardi!!! Ardi!” aku memanggil temanku yang menurut informasi itu ada di sana.
Cklek… Suara pintu dari kamar mandi terbuka , dan dari sana terlihat sesosok manusia yang mirip dengan yang kutunjukan pada perawat di depan tadi.
“Eh.. bener dirawat disini kamu , kirain aku nyasar” Ucapku yang sudah merasa lega melihat temanku berada di sana.
“Iya… gimana perjalanan? Lancar?” Tanyanya sambil kembali ke ranjang.
“Lancar… kamu gimana? Udah baikan?” jawabku sambil menanyakan kedaanya juga.
“Sudah lumayan.. terima kasih sudah jauh-jauh ke sini” Jawab Ardi.
“Santai aja, maaf baru bisa jenguk.. Itu , kasur sebelah.. ada yang nempatin ga?” Tanyaku yang berharap bisa menumpang tidur di kasur sebelah.
“ada, biasa pasienya baru kembali ke kamar nanti malam” Jawabnya dengan suara yang semakin lemas
“Ya sudah kamu istirahat.. aku numpang gelar tikar di sini ya!”
Ardi hanya membalas dengan mengangguk.
Melihat Ardi dengan wajah yang pucat, aku tidak lagi mengganggunya. Segera aku membereskan barang-barangku dan bersiap untuk istirahat juga.
Tepat di sebelah kasur Ardi,
aku menggelar Tikar yang berbatasan langsung berbatasan dengan gorden yang menjadi pembatas dengan kasur sebelah. Tak lama setelahnya rasa lelahku membuatku semakin mudah untuk tertidur.
….
Sayup-sayup terdengar langkah kaki dari luar ruangan, suara pintu dibuka menyusul setelahnya. Aku tetap nyaman dengan tidurku dan berfikir itu adalah pasien sebelah yang sudah kembali.
Dan benar, suara kasur yang diisi oleh seseorang terdengar di sebelahku.

“khkhhihikhi…. Kkhhahkhkhka”
Ketika hari semakin malam tidurku terganggu dengan suara dari kasur sebelah yang terdengar serak.
“Khahhaha khahehehakkk”
Suara itu terdengar makin sering dengan diselingi tawa – tawa kecil.
Aku yang merasa terganggu segera memaksa untuk membuka mata dan memeriksa asal suara itu. Sayangnya hal itu membuatku segera menyesal.
Tepat di hadapanku, di kolong kasur Ardi ..
Sesosok makhluk terbungkus kain kafan dengan gumpalan kapas yang menutup hidungnya menatap kearahku dengan kulit yang sudah membusuk.
“ P… Pocong… Ardi !! Pocong! “ Ucapku yang segera berdiri menghampiri Ardi,namun sekali lagi Ardi tidak terlihat di tempat tidurnya.
Aku yang panik segera mencari keberadaan Ardi dengan menyibakan gorden pasien sebelah, namun bukan Ardi yang kutemukan . Melainkan sesosok makhluk kerdil meringkuk dengan bisul di seluruh tubuhnya sedang mengunyah sesuatu
yang berbentuk seperti ayam hidup dengan darah yang berceceran.
“To.. tolong! Ardi !” Teriaku yang bersiap berlari keluar namun tertahan oleh suara ari belakangku.

“Apaan… masih ngantuk nih” Tiba tiba suara Ardi terdengar tepat di tempat tidurnya yang sebelumnya kosong.
“Lha.. tadi kamu ke mana? Itu ada pocong di kolong…!! Ada setan di kasur sebelah” Teriaku masih panik..
“Pocong mana? Ga ada tuh”Balas Ardi yang segera mengecek kolong kasurnya dan memang tidak ada apa-apa di sana.
“Mimpi kali? Udah tidur lagi.. ngantuk nih” Jawab Ardi yang segera kembali tidur.
Sekali lagi aku mengecek kasur sebelah, dan memang tidak ada apapun disana.
Dengan jantung yang masih berdegup aku memaksakan diri untuk tertidur lagi.
….
Pagi mulai datang, matahari masuk melalui jendela menerangi seluruh ruangan. Namun sepertinya aku bangun kesiangan.
Ardi tidak ada di kasurnya, mungkin saja ia sedang jadwal chek-up atau melakukan pemeriksaan.
Setelah menunggu cukup lama, aku memutuskan meninggalkan Ardi untuk mencari makan di luar. Berbeda dengan semalam, rupanya rumah sakit ini cukup terang di siang hari.
Namun tetap saja sepi, mungkin memang tenaga medis di sini banyak diperbantukan di rumah sakit lain yang sedang membutuhkan bantuan tenaga untuk menanggulangi pandemi.
Kota Pati memang cukup kecil , aku berkelilig menghabiskan waktu sebelum berencana kembali ke rumah sakit.
Cukup lama waktu kuhabiskan untuk menemukan kuliner favorit di kota ini yang bernama Nasi gandul. Rasanya lumayan puas ketika aku berhasil menemukanya.
Tanpa terasa, Adzan maghrib terdengar dari masjid agung di sebelah barat alun-alun Pati.
Aku mampir sebentar ke sebuah warung di dekat sana memesan nasi bungkus untuk dimakan malam nanti di rumah sakit.
Mobil angkutan umum berwarna biru menurunanku lagi tepat di depan rumah sakit. Kali ini aku tidak canggung.
Aku berjalan melalui lorong yang gelap seperti semalam dan memasuki ruang melati tempat Ardi di rawat tapi Ardi belum juga terlihat di tempat tidurnya.
Sambil menunggu, aku menghabiskan makanan yang ku bawa dan membersihkan diri di kamar mandi pasien.
Baru saja masuk beberapa menit, suara ketukan pintu terdengar dari luar.
“Ardi ya? Iya sebentar…” Jawabku.
Sekali lagi suara ketukan terdengar, kali ini lebih keras.
“Iya sabaarr…!” merasa tidak nyaman , aku segera mengeringkan badanku memakai baju dan membuka pintu kamar mandi namun tidak ada siapapun di kamar itu.
Aku mencari ke seluruh sudut ruangan, tidak ada tanda-tanda ada orang yang berada di sini Ardipun tidak.
Berjam-jam aku menunggu hingga larut malam dan tanpa sadar mulai tertidur.
Terdengar suara cukup ribut dari luar membuka pintu seperti mengantarkan seseorang. Setelah mereka pergi aku mencoba duduk melirik ke kasur dan kulihat Ardi sudah tertidur di kasurnya.
Melihat hal itu aku segera meneruskan tidurku.
Tok.. tok.. tok…
Suara ketukan keras kembali mengganggu tidurku, kali ini berasal dari luar. Aku tidak menghiraukanya dan kembalai tidur , namun ketukan itu terdengar semakin keras dengan tawa anak kecil setelahnya.
Aku memaksa untuk terbangun dan membuka pintu dan lagi… tidak ada orang di luar, namun sekelebat terlihat sosok bayangan anak kecil yang bersembunyi.
Pintu kututup dan bersiap kembali tidur , tapi sekali lagi suara ketukan keras terdengar dari luar.
Aku mulai kesal dan segera berlari membuka pintu. Terlihat osok anak kecil berlari menuju lorong seolah meledek.
Aku berlari kecil untuk mengejar namun sosok mereka menghilang tepat di depan kamar di lorong yang gelap. Suara seperti besi dimainkan terdengarn dari dalam sana.
Aku mencoba mendekat dan memeriksa, Namun yang terlihat membuatku terjatuh tanpa dapat berkata apa-apa.
Pasien yang kulihat saat menuju ke kamar Ardi kini merayap terbalik di langit-langit kamar itu dengan lidah panjang yang menjulur ke bawah.
Menyadari keberadaanku , makhluk itu merayap turun dan segera mengejarku. Di tengah gelapnya lorong malam itu aku menguatkan kakiku untuk berlari kembali ke kamar.
Samar samar suara langkah kaki dan tangan mencoba mengikuti dari belakang , suara cekikikan anak kecil terdengar sepanjang lorong menuju kamar Ardi.
Sesampainya dikamar aku segera menutup pintu rapat-rapat.
Melihat Ardi yang masih tertidur aku memutuskan untuk tidak membangunkanya dan mengambil sarungku untuk menutupi tubuhku sepenuhnya.
….
….
“Masnya bukan orang sini ya?” Tanya pemilik warung sambil menyiapkan pesananku.
“Bukan bu.. saya dari Bandung” Jawabku.
“Wah.. Jauh ya , nginep di mana?” ibu itu menyerahkan sepiring nasi sayur pesananku bersama segelas kopi yang menjadi syarat wajib untuk memulai pagiku.
“Itu di rumah sakit bu, sambil nemenin temen saya yang dirawat di sana” Jawabku lagi.
Ibu itu terlihat bingung.
“bukanya rumah sakit itu udah di tutup? Memangnya masih beroperasi? “ Dengan raut mukanya yang penasaran Ia mengambil posisi duduk di depanku.
“ Masih bu.. lha itu temenku dirawat di sana” Jelasku padanya.
Ibu itu hanya mengangguk.
“Saya juga bingung, katanya rumah sakitnya udah ditutup tapi beberapa hari lalu juga ada ibu-ibu yang dirawat dan melahirkan di sana , ada ambulance dan mobil juga yang nungguin” Cerita ibu itu.
“Nah… berarti belum ditutup, tapi emang sepi saja..” Jawabku menutup perbincangan itu.
Hari ini jadwalku untuk mencari oleh-oleh sebelum besok kembali pulang ke bandung,
sekalian saja aku berkeliling mencari spot-spot foto untuk kenang-kenangan hingga tanpa sadar hari sudah mulai malam.
“Ardi.. besok aku pamit ya. Udah cukup kan aku nemenin kamu tiga hari di sini” Ucapku pada Ardi yang masih dengan posisi tidurnya.
“Iya… terima kasih ya, malam ini tidur yang nyenyak biar di jalan ga kecapean” Balasnya.
“Tenang… tapi habis aku pulang, ada yang nungguin kamu lagi ga?” Tanyaku.
“Banyak.. santai aja,banyak yang nunggu di sini” Jawabnya.
“ya sudah aku istirahat , aku juga mau tidur”Ucapku sambil menyiapkan sarungku.
Sebelum sempat tertidur , Ardi mengubah posisinya dan melongokan kepalanya ke arahku yang tidur di bawah.
“Malam ini jangan keluar kamar ya.. apapu yang terjadi jangan keluar” Ucap Ardi.
“Emang kenapa?” Tanyaku penasaran. Namun Ardi tidak menjawab dan segera tertidur.
Aku tidak mempedulikan lebih jauh, toh tidak mungkinn juga aku keluar malam-malam. Segera aku menarik sarungku dan tidur.
Duk… Duk.. Dukk…
Seperti suara dinding yang dipukul , terdengar suara dari luar kamar. Aku yang masih terlelap dalam tidur merasa terganggu sekali lagi.
Dukk.. dukk…
Kali ini suara itu terdengar menabrak pintu. Aku mencoba mengecek, namun segera teringat perkataan Ardi untuk tidak keluar.
Dari celah kaca pintu , aku mengintip apa yang terjadi di luar namun tidak begitu jelas. Hanya terlihat diluar begitu ramai.
Saat aku mendekatkan wajah ke pintu, suara pintu yang tertabrak sesuatu terdengar sekali lagi.
Aku khawatir itu adalah suara seseorang yang butuh bantuan. Spontan aku membuka pintu itu dan bernar… Lorong rumah sakit itu saat ini dalam kondisi ramai. Bukan Ramai oleh sosok manusia, melainkan puluhan pocong yang tersebar sepanjang lorong .
Sekali lagi aku merasa panikm Namun dari tiba-tiba Ardi muncul berdiri di belakangku.
“Udah dibilangin jangan keluar” Ucap Ardi dengan yang segera menutup pintu dan kembali ke kasurnya seolah terbiasa dengan hal itu.
Aku tak mampu berkata-kata , terlalu banyak pertanyaan di kepalaku sehingga entah tidak tahu mana yang harus ku tanyakan hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidur menyusul Ardi.
…..
Pagi mulai datang, seperti biasa Ardi sudah tidak ada di kasurnya.
Namun karena sudah berpamitan semalam, aku segera membereskan barangku dan meninggalkan rumah sakit ini. sama seperti sebelumnya tiap pagi rumah sakit ini selalu sepi seolah tidak ada siapapun di sana. Tapi… sepertinya tidak begitu..
Walaupun terasa sepi, rupanya dari luar masih terlihat beberapa pasien yang memandangku dari jendela-jendela kamar rumah sakit itu.
…..
“Mas.. mau ke bandung? Ada acara apa jauh-jauh sampai pati?” Tanya beberapa pelanggan warung membuka obrolan.
“Jenguk temen mas, di Rumah Sakit T” Jawabku.
“RSK. T? Rumah sakit itu kan sudah tutup .. udah ga ada orang lho di sana?” salah satu pria tidak percaya dengan ceritaku.
“Ga mungkin.. orang teman saya dirawat di sana, saya aja nginep tiga hari di sana” Jawabku membantah penyataan mereka.

“Walah… Telung dino? Nganti turu telung dino ning kono?” (walah , tiga hari.. sampai tidur tiga hari di sana?)
Seseorang membalas jawabanku dengan bahasa jawa yang tidak kumengerti.
“Sampeyan tidur tiga hari di sana?” salah seorang lain menjelaskanya kepadaku.
“ Hah.. I Iya mas” dengan banyaknya orang yang heran , aku mulai merasa ada yang aneh.
“Iki lho mas.. coba baca beritanya. Rumah Sakit T itu sudah ditutup dari lama, bangunanya aja sudah seperti tidak terurus”
Aku mencoba membaca berita yang di sodorkan kepadaku. Samar-samar aku teringat kejadian setiap malam yang terjadi saat menginap di sana.
Drrrrrt….
Suara Handphoneku berbunyi , Terlihat nama temanku Ardi terpampang disana. Aku segera mengangkatnya dan terdengar suara Ardi dari dalam telepon.
“Bro… gimana? Ga jadi ke pati kan? Sori aku lupa ngabarin , kemari aku sudah keluar dari RSU , takutnya kamu udah keburu ke sini….”

(Selesai)
Catatan :

Cerita ini saya tulis berdasarkan PENGEMBANGAN dari artikel berikut

radarkudus.jawapos.com/read/2021/08/2…
Jadi jangan heran apabila menemukan banyak yang berbeda dengan kisah aslinya.

Seperti biasa, mohon maaf apabila ada salah kata atau yang menyinggung dan semoga cerita ini bisa menghibur.
#ceritahorror #diosetta

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

11 Sep
JAGAD SEGO DEMIT
Part 6 - Pusaka

Upload habis maghrib ya... santai aja bacanya, setelah ini tinggal 1 part lagi

@IDN_Horor
@bagihorror
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#ceritahorror #diosetta Image
Jagad Segoro demit
Part 6 - "Pusaka"
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
Read 80 tweets
10 Sep
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..

Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id Image
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan

Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit

Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam

Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan

Terdapar di :
- E-book karyakarsa
Read 7 tweets
9 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 5 - Hutan Diujung timur.

Sudah mulai memasuki klimaks.. habis maghrib sudah bisa dinikmati

@ceritaht
@bagihorror
@bacahorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@horrornesia Image
Terima kasih untuk yang udah unlocked di @karyakarsa_id , ditunggu bonusnya nanti malam..
Jagad Segoro Demit… itu hanyalah salah satu semesta dari ribuan semesta yang tidak pernah bisa kita ketahui jumlah pastinya.

Tempat itu adalah asal muasal dari siluman atau pun demit yang kadang mengambil tempat di Semesta ini.
Read 94 tweets
6 Sep
WIDARPA DAYU SAMBARA

Dapet salam dari yang mau diceritain nanti malam..

Btw saya Note dulu ya :
Ini kayaknya ga bisa disebut cerita horror

tapi semoga bisa menjawab rasa penasaran tentang asal usul demit edan satu ini & Nyai Suratmi

ilustrasi by : Indra @illustnasi Image
Diupload habis maghrib ya...
PART 1 - WIDARPA DAYU SAMBARA

Suara deru peperangan telah berlangsung selama tujuh belas hari.
Read 444 tweets
4 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 4 -Tiga Pendekar

Part kali ini endingnya ga ngegantung.. jadi dipastikan malam ini kalian tidur nyenyak

saya up habis maghrib biar malming kalian gak sendu..
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@bagihorror
@IDN_Horor
@horrornesia

#ceritahorror
Biar lebih seru , sebelum baca ini baca part 3nya dulu..
Yuk lanjut... buat kalian yang punya jiwa penari, jangan kebawa suasana ya 🙈
Read 63 tweets
2 Sep
Jagad Segoro Demit
Part 3 -"Ular"

Setelah menceritakan mengenai kemunculan "Ludruk topeng Ireng" Cahyo segera menyusul Danan...

diupload nanti habis maghrib ya

@IDN_Horor
@ceritaht
@qwertyping
@bagihorror
@bacahorror

#ceritahorror #diosetta Image
Buku cetak untuk trilogi pertama sudah ready di shopee dan tokopedia ya..

semua pemesanan sudah dapet Greet card yang udah ada tanda tangan 😁 Image
“Ular”
Desa Bonoloyo, sebuah desa yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih asri dengan hutan-hutan hijau yang mengelilinginya.
Read 84 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(