Diosetta Profile picture
4 Sep, 63 tweets, 10 min read
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 4 -Tiga Pendekar

Part kali ini endingnya ga ngegantung.. jadi dipastikan malam ini kalian tidur nyenyak

saya up habis maghrib biar malming kalian gak sendu..
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@bagihorror
@IDN_Horor
@horrornesia

#ceritahorror
Biar lebih seru , sebelum baca ini baca part 3nya dulu..
Yuk lanjut... buat kalian yang punya jiwa penari, jangan kebawa suasana ya 🙈
Saat ini , tepat di hadapanku tengah berdiri seorang dukun sakti yang dijuluki sebagai “Topo Ulo” (Pertapa Ular). Seluruh pelindung yang kupasang dengan Cahyo bisa dengan mudahnya ditembus oleh pengikut-pengikutnya yang berwujud manusia setengah ular.
“Danan.. ra ono pilihan , kita kudu ngadepi musuh iki” (Danan, tidak ada pilihan.. kita harus menghadapi musuh ini)
Ucap Cahyo yang paham benar dengan situasi sekarang.
Amarah dukun itu benar-benar memuncak setelah Rumi yang seharusnya menjadi tumbal terakhirnya kami bawa pergi.

“Balekno cah wedok kuwi nek kowe isih pengin urip!” (kembalikan anak perempuan itu kalau kalian masin ingin hidup)
Teriak dukun itu di tengah derasnya hujan yang mengguyur halaman rumah Pak Karyo.

“wis.. Ra usah banyak omong, Kau sudah tahu jawaban kami..”
Ucap Cahyo yang telah bersiap menghadapi mereka.
“Cahyo… Dukun Topo Ulo itu biar urusanku, bantu aku lawan pengikut-pengikutnya” Aku memperingatkan Cahyo sebelum terlambat.

Bukan tanpa alasan, dukun itu adalah pengguna mantra dan kutukan yang bukan merupakan keahlian Cahyo.
Tapi aku yakin apabila tidak ada pengikutnya yang mengganggu pertarungan kami, Aku masih bisa mengatasinya.

Pertarungan dimulai ketika sesosok ular berbadan manusia menyergap Cahyo dari atas rumah Pak Karyo. Untungnya Cahyo dengan sigap menghindarinya.
Aku menarik kerisku dan menerjang ke arah dukun bermata hitam itu , namun siluman serupa sudah bersiap menghadangku di depan.
Sebelum sempat ku lancarkan serangan, sebuah pukulan dari lengan besar Cahyo yang sudah dirasuki Wanasura dengan tegas menyingkirkan Siluman yang menghalangi.

“Fokus sama dukun itu! Keroco-keroco ini urusanku!” Teriak Cahyo yang dengan sigap membersihkan Jalanku.
Melihat hal itu, Dukun itu mengeluarkan kembali keris pusakanya dan bersiap bertahan.

Seolah sudah mempersiapkan semuanya , dukun itu menghindari serangan-seranganku dengan membacakan mantra-mantra yang mengalun seperti musik yang menyeramkan.
Kabut hitam mulai bermunculan di sekitar pertarungan kami , kabut inilah yang sebelumnya sempat membuatku kewalahan saat melawan dukun ini sebelumnya.

“Cahyo! Jangan dekati kabut ini!” Ucapku memperingatkan Cahyo.
Sebuah pukulan dihantaman ke tanah oleh Cahyo.

kekuatanya yang besar menciptakan angin yang kuat untu menyibakkan kabut itu, Namun entah..

kabut ini tetap mengelilingi pertarunganku dan dukun itu walaupun di tengah hujan deras.
“Percuma saja bocah ingusan… kabut ini tidak akan hilang sampai pertarungan kita usai!” Ucap dukun itu dengan bangga.

Sebuah serangan menyebabkan kedua keris kami beradu,
dentuman yang besar dari pertemuan kedua pusaka ini bahkan sampai menyibakkan tetesan-tetesan hujan yang membasahi kami.

Berkali-kali keris pusaka itu beradu dengan keris Ragasukmaku namun tak satupun serangan yang mempu melukai salah satu di antara kami.
Dukun ini membaca mantra dengan semakin cepat dan mempercepat gerakanya hingga berhasil mendaratkan beberapa pukulan dan tendangan di tubuhku hingga terjatuh.

“Mati kau bocah!” Dukun itu melompat dan bersiap menusukan kerisnya ke jantungu. Namun segera kuhindari.
Hanya serangan keris itulah yang harus kuhindari, semua serangan fisiknya masih mampu kutahan.

Aku tau dengan jelas sumber kutukan dari kabut ini berasal dari keris pusaka berwarna hitam yang ia gunakan, dan jelas itu akan berakibat fatal bila mengenai tubuhku.
“Cukup hebat kamu masih bisa bertahan dari kabut ini… tapi kita lihat, seberapa lama kau mampu bertahan!”

Setelah berhasil membaca mantra, kabut beracun yang mengelilingi kami berubah menjadi semakin pekat.
Aku harus segera menyelesaikan pertarungan ini sebelum Dukun ini mengetahui siasatku.

Sebuah mantra kubacakan pada keris dan kepalan tanganku dan menghujamkan keris ragasukma untuk beradu dengan keris hitam miliknya.
Dengan kekuatan dari mantra itu, seranganku mampu sedikit mementalkan lengan Dukun itu hingga membuka pertahananya dan mendaratkan Ajian Lebur Saketi ke tubuh dukun itu.

Sebuah serangan yang fatal.. dukun itu terpental dan memuntahkan darahnya.
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan dan segera menerjang dengan kerisku.

Dukun itu tetap berusaha bertahan hingga keris pusakanyapun terpental.

Di tengah kondisinya yang terdesak, ia memanggil sekumpulan ular beracun pengikutnya untuk menjauhkan diri dariku.
Sayangnya aku tahu dengan jelas itu tidak akan berhasil , aku melompat.. bukan… aku melayang dan menancapkan keris ragasukma pada tubuh dukun itu, namun tetap kuhindari titik vitalnya.

Setidaknya serangan ini bisa menghapuskan kesaktianya.
“Brengsek!! Kau menipuku!!” Ucap Dukun Topo Ulo itu.
Aku tersenyum , Rupanya siasatku berhasil.

“Kabut dan racunku tidak mempan... Rupanya saat ini kamu berwujud sukma…” Umpat dukun itu yang terlambat menyadarinya.
Setelah pertempuran pertama kemarin , aku sudah menyiapkan siasat apabila berhadapan dengan dukun ini lagi.

Keris ragasukma memiliki dua wujud, wujud fisik dan wujud ghaib.
Wujud ghaib dari keris ragasukmalah yang bisa membuat pemilik keris ini memisahkan sukmanya dari raga dengan tetap membawa keris ini di genggamanya.
Yang terpenting aku harus bertingkah seperti bergerak dengan wujud fisik, agar dukun itu tidak menyangka aku menghadapinya dalam wujud sukma.
Setelah kabut hitam mulai menghilang, aku segera menoleh kebelakang untuk membantu Cahyo yang tengah sibuk dengan siluman-siluman ular itu.
Sayangnya, kecemasanku sia-sia . Ternyata Cahyo tengah asik duduk berteduh di bawah pohon mangga milik Pak Karyo dengan siluman ular yang bergelimpangan di sekitarnya.

“Ooo.. Wis rampung to?” Ucap Cahyo dengan santainya.
Aku hanya menggeleng-geleng, entah sudah sekuat apa Cahyo sekarang. Ia segera berdiri dan menghampiriku penasaran dengan kondisi Dukun itu.
….
....

“Kalau sudah aman , kita cek kondisi Rumi… “ Ucap Cahyo yang mengingatkanku kondisi adiknya Dimas yang saat ini sedang kerasukan siluman ular pengikut Dukun itu.
Aku meninggalkan tubuh Dukun Topo Ulo itu di tengah hujan , dari bekas luka yang kutusukan terliihat samar-samar bayangan hitam keluar dari tubuhnya. Munkin saja itu wujud kesaktian yang dia dapat dari tumbalnya.

….
....

“Dugg….”
Sebuah suara terdengar mendekat sebelum kami sempat masuk kerumah.
“Dugg… tak..dug…” suara itu lebih seperti suara kendang yang ditabuh..
“Penak nyokot Rawit , timbang tuku bakso…” (Enak gigit Rawit, daripada beli bakso)
Suara seseorang terdengar mengalun seperti tembang yang akan berlanjut, kali ini ditembangkan oleh sosok makhluk yang menari menuju Dukun Topo Ulo yang terkapar di tengah hujan deras.
“Penak dadi demit.. timbang dadi menungso…” (Enak jadi demit, daripada jadi manusia)
Makhuk itu melanjutkan tembangnya dan samar-samar mulai terlihat wujud makhluk yang persis seperti saat aku meninggalkan kampung srawen.
Aku menoleh pada Cahyo memastikan keadaanya. Terlihat tanganya mengepal dengan keras seolah menahan emosinya.
“Benar Danan… itu dia… Dia yang menghabisi Seluruh penduduk desaku” Ucap Cahyo dengan raut muka yang menyeramkan.
“Jangan.. jangan gegabah Cahyo!” Ucapku mencoba menahan emosinya dan bersiap jika Cahyo termakan oleh amarahnya.

Tarian makhluk itu mulai berpola aneh diiringi dengan dua orang yang menabuh gendang .
Tu.. tunggu.. aku tahu kedua orang itu! Mereka seniman jalanan yang jadi relawan saat mengubur jasad Warga kampung Srawen.

Rupanya mereka sudah berencana menjadikan tumbal Topo ulo agar menjadi arwah penasaran.
Perlahan terlihat seluruh bayangan hitam yang keluar dari bekas luka Dukun Topo Ulo merasuk ke tubuh makhluk yang sedang menari menggunakan topeng hitamnya.
“Danan! Tahan Makhluk itu! jangan sampai ia mendapatkan kesaktian dari Dukun itu!” Perintah Cahyo yang bergegas menerjang makhluk itu.

Aku mengerti , Setidaknya Cahyo bergerak bukan karena dendamnya. Ia masih bisa berfikir dengan akal sehatnya.
Sebuah pukulan dilancarkan oleh Cahyo dengan kekuatan penuh , namun demit itu tetap menari dan menahan serangan Cahyo hanya dengan sapuan angin dari kemayu tarian dari lenganya.
Aku mencoba menyusul untuk menyerang, namun ada yang aneh..

Tubuhku tertarik merasuk ke arah penari ludruk itu bersamaan dengan siluman-siluman ular yang menuju ke arahnya .

Sepertinya makhluk itu bisa menjadikan wujud roh makhluk apapun menjadi kekuatanya.
Kucoba pertahankan kesadaran sukmaku sekuat mungkin hingga tak mampu untuk sedikitpun membantu Cahyo yang berhadapan langsung dengan penari ludruk itu.
Cahyo memanggil kekuatan wanasura dan menyerang makhluk itu. Tapi sama saja, tidak ada serangan Cahyo yang berpengaruh.
Sialnya sepertinya makhluk itu mulai mencoba untuk membalas.

….

“…Wirama…”

Makhluk itu mengucapkan sebuah kata yang diikuti dengan perubahan permainan pemain gendang di belakangnya.

Suara itu terdengar semakin keras dengan irama yang mengerikan.
Cahyo yang berada didekat makhluk itu menutup kupingnya seolah permainan itu menyiksa pendengaranya.

“…Wiraga…”

Seolah menyatu dengan irama yang dimainkan, Penari itu melancarkan serangan dari tangan dan kakinya yang dikelilingi aura berwarna hitam.
“Sialan… Jangan main main!!” Teriak Cahyo yang menahan serangan makhluk itu sekuat tenaga dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.
Bahkan dengan kekuatan wanasura yang merasuki tubuhnya, Cahyo tetap terpental.
“… Wirasa…”

Seketika suara alunan musik tidak terdengar olehku , sepertinya Cahyo juga merasa hal yang sama.. padahal pemain kendang itu masih terlihat memainkan alunan alat musiknya.

Perlahan penglihatan-demi penglihatan merasuki pikiran kami.
“ARRRRrrrgggg!! Aarrggh!! Brengsek!!” Mendadak emosi Cahyo menjadi berubah seolah penuh amarah.

Rasa sakit di lenganku muncul bersamaan dengan penglihatan saat lenganku terputus oleh siluman ular saat di Imah leuweung.
Rasa sakit yang tidak tertahankan menyebabakan akku tak mampu lagi mempertahankan kesadaran.

Sepertinya kondisi Cahyo lebih parah. Matanya dipenuhi amarah , saat ini dendam menguasai dirinya sepenuhnya…
sebuah pantangan telah dilanggar hingga Roh Wanasura meninggalkan tubuh Cahyo yang mulai kehilangan dirinya.

Cahyo memaksakan untuk menyerang dengan amarahnya tanpa bantuan dari Wanasura. Jelas itu adalah tindakan bunuh diri.
Hanya ada satu celah. Mungkin saja jika aku bisa menghunuskan keris Ragasukma ke tubuh makhluk itu tepat sebelum sukmaku terhisap, kami masih bisa selamat.

Aku mencoba cara beresiko itu dan membiarkan aliran energi yang terpancar menarik tubuhku yang berwujud sukma.
Ketika semakin dekat aku bersiap menghunuskan keris ke tubuh Penari Ludruk itu.

Namun saat sebagian sukmaku mulai menyatu , terlihat ribuan roh penasaran hingga demit dari jaman kerajaan dari tubuhnya menghalangi usaha terakhirku.

Ini adalah akhir…
Kupikir tidak ada lagi yang dapat kami lakukan.. namun ternyata samar-samar rasa hangat mulai menjalar di tubuhku.

Ketika aku mencoba menoleh, terlihat kobaran api besar membakar Cahyo.
Dan itu sama persis dengan yang saat ini mulai menjalar ke tubuhku saat ini.
“Ini… Ini Geni Baraloka!!” Aku berteriak sembari mencari keberadaan satu-satunya orang yang bisa menggunakan ilmu ini.

“PakLek! “ Aku berteriak kepada seserang yang baru saja muncul dengan bajunya yang sederhana.
Dengan adanya geni baraloka, aku dan Cahyo kembali mendapatkan kesadaranku dan mundur menjauh dari Penari Ludruk itu.

Bukanya segera membantu kami, Paklek malah sibuk menurunkan barang-barangnya dari sebuah mobil angkutan umum berwarna biru yang mengantarnya.
“Matur suwun yo Pak Mardi… Ndang lungo, ora aman ning kene”
(Terima kasih ya Pak Mardi.. cepat pergi, di sini tidak aman)

Ucap Paklek yang sepertinya sudah akrab dengan supir angkutan umum itu.
“Aduh Paklek… Cepet bantuin kita!” Keluhku yang merasa kesal dengan tingkah laku Paklek.

“Sabar … Ngopo to buru-buru?! “ Ucap Paklek masih dengan santainya.

“Kuwi lho Paklek.. Kita hampir kalah dari demit itu” Ucapku
“Tunggu Danan… Ndelok ning ngarepmu…” (Tunggu Danan… Lihat di hadapanmu) Ucap Cahyo yang sudah mulai tersadar dari pengaruh demit itu.

Aku melihat sekitar dan segera bingung dengan apa yang terjadi…
Penari ludruk bertopeng hitam dan para pengikutnya saat ini sudah tidak ada di depanku, begitu juga dengan Dukun Pertapa Ular yang seharusnya terkapar disana.

Aku menoleh ke arah Paklek dengan perasaan heran.
“Kulo nuwunn! Karyo… aku wis teko! “ (Permisi Karyo! Aku sudah datang) Paklek berjalan dengan polosnya ke rumah Pak Karyo tanpa memperhatikan kami yang sudah babak belur.
“Gaweke banyu anget yo… Udane buanter pol, selak masuk angin ..” (bikinin air hangat ya, hujanya deres banget, keburu masuk angin) Ucapnya pada Pak Karyo yang berlari menghampirinya.

(Bersambung Part 5- Malam jumat 9/9/2021 )
Catatan :

Semoga saya berhasil membuat akhir part yang tidak menggantung.

sambil menunggu part berikutnya , senin ini kita up cerita eyang Widarpa

Mohon maaf apabila ada salah kata dan salah ketik, mohon cerita ini disingkapi dengan bijak
Jangan lupa besok malam kita mau ngobrol-ngobrol soal film horror Thailand bareng

@Dekakokgitu @taytawv @fajarrachmadi16 @rianfrdnt

semoga pada bisa join ya, ada Giveaway 2 pcs buku gending alas mayit.

jangan lupa follow semua akun di atas untuk ikut giveawaynya

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Diosetta

Diosetta Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @diosetta

11 Sep
JAGAD SEGO DEMIT
Part 6 - Pusaka

Upload habis maghrib ya... santai aja bacanya, setelah ini tinggal 1 part lagi

@IDN_Horor
@bagihorror
@bacahorror
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#ceritahorror #diosetta Image
Jagad Segoro demit
Part 6 - "Pusaka"
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
Read 80 tweets
10 Sep
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..

Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id Image
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan

Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit

Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam

Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan

Terdapar di :
- E-book karyakarsa
Read 7 tweets
9 Sep
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 5 - Hutan Diujung timur.

Sudah mulai memasuki klimaks.. habis maghrib sudah bisa dinikmati

@ceritaht
@bagihorror
@bacahorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@horrornesia Image
Terima kasih untuk yang udah unlocked di @karyakarsa_id , ditunggu bonusnya nanti malam..
Jagad Segoro Demit… itu hanyalah salah satu semesta dari ribuan semesta yang tidak pernah bisa kita ketahui jumlah pastinya.

Tempat itu adalah asal muasal dari siluman atau pun demit yang kadang mengambil tempat di Semesta ini.
Read 94 tweets
6 Sep
WIDARPA DAYU SAMBARA

Dapet salam dari yang mau diceritain nanti malam..

Btw saya Note dulu ya :
Ini kayaknya ga bisa disebut cerita horror

tapi semoga bisa menjawab rasa penasaran tentang asal usul demit edan satu ini & Nyai Suratmi

ilustrasi by : Indra @illustnasi Image
Diupload habis maghrib ya...
PART 1 - WIDARPA DAYU SAMBARA

Suara deru peperangan telah berlangsung selama tujuh belas hari.
Read 444 tweets
2 Sep
Jagad Segoro Demit
Part 3 -"Ular"

Setelah menceritakan mengenai kemunculan "Ludruk topeng Ireng" Cahyo segera menyusul Danan...

diupload nanti habis maghrib ya

@IDN_Horor
@ceritaht
@qwertyping
@bagihorror
@bacahorror

#ceritahorror #diosetta Image
Buku cetak untuk trilogi pertama sudah ready di shopee dan tokopedia ya..

semua pemesanan sudah dapet Greet card yang udah ada tanda tangan 😁 Image
“Ular”
Desa Bonoloyo, sebuah desa yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih asri dengan hutan-hutan hijau yang mengelilinginya.
Read 84 tweets
28 Aug
JAGAD SEGORO DEMIT
Part 2- Pertapa Desa Srawen

Cahyo harus berurusan dengan Nyai Jambrong, bagaimana dengan Danan?

Setelah maghrib saya upload biar bisa malam mingguan sama Danan.

@bacahorror
@bagihorror
@IDN_Horor
@qwertyping
@ceritaht
@horrornesia

#diosetta #horror
Jangan lupa baca part 1 nya dulu ya
PERTAPA DESA SRAWEN
Kalian pernah dengar tentang santet yang menghabisi satu desa? Terdengar mustahil bukan?
Memang… tapi kenyataanya saat ini aku sedang berada di sebuah kota yang terletak di Jawa Timur untuk mencari tahu tentang masalah itu.
Read 90 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(