Terima kasih untuk yang udah unlocked di @karyakarsa_id , ditunggu bonusnya nanti malam..
Jagad Segoro Demit… itu hanyalah salah satu semesta dari ribuan semesta yang tidak pernah bisa kita ketahui jumlah pastinya.
Tempat itu adalah asal muasal dari siluman atau pun demit yang kadang mengambil tempat di Semesta ini.
Ruang dan waktu tidak berbatas di sana. Berbagai makhluk dari setiap jaman mungkin saja berada di sana.
Bahkan untuk mereka yang sudah menguasai kekuatan dari tempat itu, konon mereka bebas berpindah tempat bahkan berpindah waktu melalui Jagad segoro demit.
Sayangnya, Semesta itu memiliki kesadaranya sendiri. Semakin banyak kekuatan itu digunakan, semakin besar pula kesadaran penggunanya terenggut.
Sebuah cerita yang cukup panjang diceritakan Paklek yang sudah sempat menginap semalam bersama kami.
Dengan adanya Paklek di sini, Rumi yang sebelumnya kerasukan roh ular kiriman Topo Ulo kini sudah mulai pulih. Sayangnya trauma akan kehilangan keluarga dan orang-orang terdekatnya tidak akan pulih secepat itu.
Setelah kekalahan Topo Ulo, Dimas bermaksud mengajak adiknya Rumi ke jakarta dan tinggal bersamanya namun Paklek menyarankan untuk menunggu kurang lebih satu minggu lagi hingga kami benar-benar memastikan tidak ada yang mengincar mereka.
“Paklek… aku penasaran , kok tiba-tiba Ludruk Topeng Ireng itu menghilang saat Paklek Datang…?” Tanya Danan.
Cahyo juga penasaran, namun ia masih merenung memikirkan kekalahan telak yang dialaminya saat melawan makhluk itu.
“Ia hanya tidak mau menyia-nyiakan tenaganya untuk melawan kita bertiga.. kita jangan besar kepala” Ucap Paklek yang memang terlihat selalu waspada.
“Wah serius banget.. ini di makan dul , kasian Mas Danan dan Mas Cahyo dari kemarin belum istirahat”Ucap Pak Karyo pada Paklek.
Terlihat sepiring pisang goreng yang di suguhkan Pak Karyo mampu mencairkan suasana tegang yang kami rasakan.
Perbincangan kecil terjadi diantara kami. Mulai cerita saat Paklek membantu warga desa pak karyo yang kena guna-guna beberapa tahun lalu ,
hingga akhirnya mereka bisa berteman.
“Karyo… habis ini aku pamit dulu ya, titip Dimas dan adiknya..” Ucap Paklek tiba-tiba.
“Lha.. kenopo to buru-buru? Istirahat dulu.. kita kan lama ga ketemu?” Tanya Pak Karyo.
“keberadaan kami bertiga yang membawa jimat patahan kayu ini bisa membahayakan Rumah ini, bahkan seluruh desa…
kita tidak tahu , makhluk apa lagi yang akan datang.” Jelas Paklek.
Danan dan Cahyo setuju , dengan membawa benda itu mereka dianggap sebagai salah satu pemilik ilmu yang mengincar kekuatan dari Jagad Segoro Demit.
“Terus kita kemana Paklek?” Tanya Danan.
Paklek menunjukan sebuah peta tua yang terbuat dari kulit kayu.
“ini peta hutan yang ada di ujung timur pulau jawa. Konon pada jaman kerajaan dulu Gerbang jagad segoro demit pernah terbuka disana” Cerita Paklek.
“Sepertinya aku tau hutan itu.. katanya di sana ada kerajaan demit, Waktu kecil dulu warga desaku sering mendengar ceirta itu” Ucap Cahyo yang mulai fokus pada ucapan Paklek.
“Benar… kerajaan demit itu berasal dari makhluk berhasil memasuki alam manusia, untungnya ada kekuatan besar yang menahan makhluk-makhluk itu untuk tidak keluar dari hutan” Jelas Paklek.
Terlihat Danan dan Cahyo mengerti apa tujuan Paklek. Kemungkinan terbesar terjadinya perang ilmu hitam adalah di sana, walau bukanpun setidaknya mereka bisa mencari petunjuk lebih banyak di sana.
….
Perjalanan ke sana mereka lalui dengan singkat walaupun dengan kecepatan motor Danan yang harus mengimbangi kecepatan Vespa tua kebanggaan Cahyo.
“Wes to Panjul.. Vespa kuwi di dol wae, tuku sing anyar” (Dah to panjul… vespanya jual aja, beli yang baru) ucap Paklek yang memilih diboncengi oleh Danan dengan kondisi motor yang lebih baik.
“Ojo to Paklek… habis Paklek buang , aku ngenteke gajiku telung wulang kanggo dandani motor iki… eman-eman yo”
(Jangan Paklek.. setelah dibuang sama Paklek, aku menghabiskan gajiku tiga bulan buat benerin motor ini.. jadi sayang)
Balas Cahyo.
“Wis Paklek , biarin aja… aku yo eman-eman, banyak kenanganya…” Ucap Danan mendukung Cahyo.
“Piye to cah cah saiki, biyen isin diboncengin montor tua… saiki malah di eman-eman”
(gimana sih anak anak jaman sekarang, dulu diboncengin motor tua bilangnya malu.. sekarang malah di sayang-sayang.
Jawab Paklek sambil menggelengkan kepalanya.
Danan dan Cahyo hanya bisa tersenyum, buat mereka sekarang motor tua peninggalan Paklek itu memiliiki banyak kenangan.
Mejelang sore , mereka sampai di mulut hutan yang mereka tuju.
Saat matahari masih menerangi hutan tempat ini terlihat begitu asri, lebatnya daun-daun pepohonan yang tumbuh subur mampu menyejukan mata siapapunyang memandangnya.
Sayangnya saat hari mulai malam, pesona itu mendadak menghilang dan tergantikan dengan suasana mengerikan dari keangkeran hutan ini.
“Paklek.. sepertinya kita tidak sendiri di sini.” Ucap Danan yang menyadari keberadaan manusia lain di sekitar hutan itu.
“Iya Paklek… kita iki ra dewean, Kita wong telu” (iya Paklek… kita ini ga sendirian, kita bertiga) Balas Cahyo.
Spontan saja tangan Danan mendarat di kepala Cahyo yang masih bisa bercanda.
“Sudah-sudah.. itu ada yang dateng, kamu urusin sana” Ucap Paklek yang menyadari kedatangan sesosok manusia berbaju hitam dengan batu akik besar yang menghiasi jari-jarinya.
“Pergi… hutan ini bukan tempat bermain untuk kalian!” Ucap orang yang berjalan menghampiri mereka dari kegelapan hutan.
“Kami ada urusan di sini pak… ga ganggu siapa-siapa kok” Jawab Danan dengan sopan.
“Tempat ini berbahaya , jika kalian masuk tanpa didampingi sudah pasti kalian akan berurusan dengan penunggu hutan ini..” Ucap Bapak itu.
“Penunggu apa maksud bapak?” Tanya Cahyo yang berpura-pura tidak tahu.
“Bodohnya kalian, seperti itu… seperti pocong yang mengikutimu dari tadi, hanya orang sakti seperti saya yang bisa melihat.. “ Lanjut orang itu.
“Lalu kami harus bagaimana pak?” tanya Danan masih dengan sopan.
Bapak berbaju hitam itu tersenyum.
“Harus ada maharnya… jika kalian sudah membayar, kalian akan bisa memasuki hutan ini dengan selamat” Jawab Bapak itu.
“Tapi pak.. di sini tidak ada pocong , adanya ini nih… “ Ucap Cahyo sambil mengusap mata bapak itu dan menekan salah satu titik di punggung orang itu.
Mendadak orang itu terjatuh dengan wajahnya yang pucat.
“I… itu apa? Se… setan” Bapak itu berteriak setelah melihat sesosok genderuwo yang memang dari tadi sudah ada di sekitar mereka.
Terlihat Cahyo tertawa lepas melihat bapak itu..
“Di sini belum ada pocong pak.. nanti di dalam mungkin banyak” Ucapnya yang masih tertawa puas setelah berhasil mengerjai orang yang mencoba menipunya tadi.
“Uwis… udah-udah, ayo kita lanjut… jangan kelewatan” Kali ini Danan mengajak Cahyo dan Paklek meninggalkan Bapak itu yang masih kaget.
“Mas.. Mas… jangan pergi , I.. ini gimana?” Bapak itu memohon pada Cahyo dan Danan.
Kali ini Paklek yang menghampirinya.
“Bapak tenang saja, besok pagi penglihatan ghaib bapak sudah tertutup lagi kok.. “ Ucap Paklek menenangkan.
“Tapi sepertinya genderuwo tadi sudah sadar kalau bapak bisa melihat dia… hati hati ya pak!” Lanjut Paklek yang segera pergi setelah menakuti orang berbaju hitam tadi.
“Paklek ini.. malah nambah nakut-nakutin” Ucap Danan.
“Biarin.. biar kapok , kalau dia begitu terus suatu saat dia juga akan celaka sama makhluk di sekitarnya” Jelas Paklek.
….
Mereka bertiga berjalan semakin dalam, terlihat di mata mereka hutan ini di dominasi holeh hewan-hewan ghaib dan beberapa siluman.
Sejak awal mereka memang sudah sadar mengenai banyaknya pertapa ataupun orang sakti yang memasuki hutan ini lebih dulu. Sampai akhirnya benar-benar ada yang mendekati mereka.
“Hati-hati Danan… ada yang mau cari masalah dengan kita” Ucap Paklek.
Samar-samar terlihat beberapa sosok makhluk mendekat. Ketika semakin dekat, sosok yang terlihat hanya seorang kakek tua renta dengan keriput di wajahnya yang sudah menggelambir.
Bahkan untuk berjalan saja ia masih harus dibantu dengan tongkat di tanganya.
Tak satupun dari mereka memulai percakapan, Niat yang sangat jahat sudah sangat jelas terasa dari kakek tua itu.
“Khe.. khe..khe…. Cah enom ojo dolan ning alas tengah wengi… “ (anak muda jangan main di hutan tengah malam) Ucap kakek itu.
Perkataanya diikuti dengan kemunculan setan wanita yang tertawa gila dari atas pohon dan setan berwujud anak kecil yang merayap di tanah dengan lehernya yang terbalik.
Sebelum makhluk itu menyerang Danan membacakan ayat – ayat suci untuk menenangkan kedua makhluk yang melayani kakek itu namun tidak ada hasilnya sama sekali.
Sebaliknya, setan bocah itu menyerang melompat ke atas kepala Danan dan mencoba mencungkil matanya.
Dengan sigap Cahyo mengambil sarungnya, membungkus setan itu dan melemparkanya ke tanah, setiap kali makhluk itu melompat Cahyo dengan mudah menahanya dengan ilmu bela diri yang ia miliki.
“Danan… Paklek… biar aku yang mengurus mereka sendiri” Ucap Cahyo.
“Maksudmu apa to? Ga bisa… terlalu bahaya… “ tolak Danan yang mendadak heran dengan kelakuan Cahyo.
“kalau ga menghajar kakek tua itu sendiri, aku ga akan puas… “ Ucap Cahyo.
Paklek berusaha menghentikan Danan, Rupanya Cahyo langsung menyadari tentang demit-demit yang melayani kakek tua itu.
“Perhatikan Setan-setan itu Danan! Keterlaluan kalau kamu belum sadar” Ucap Paklek.
Danan memperhatikan wujud kedua makhluk yang muncul, tidak berapa lama dari belakang kakek itu sudah bersiap demit-demit serupa dan gumpalan api yang melayang di belakangnya.
“Gak.. Gak mungkin… maksud Paklek , semua setan itu adalah anak,istri,dan keluarga dari kakek itu” Ucap Danan yang mulai mengerti kekesalan Cahyo.
“kamu lihat berapa tali pocong yang ada di tongkatnya? Itu tidak sedikit… dan untuk merubah mereka menjadi demit ,kakek itu harus memakan jantung anggota keluarganya agar rohnya tidak bisa ditenangkan…”
Jelas Paklek yang semakin terlihat geram.
Tak menunggu lebih lama, Cahyo menendang demit bocah itu dan menerjang kakek tua itu. Namun sebuah bola api mengejar Cahyo untuk menghalangi seranganya.
“Panjul yang kehilangan keluarganya dengan mengenaskan, pasti akan emosi melihat hal ini” Ucap Paklek.
Danan mengerti maksud Paklek dan menghormati permintaan Cahyo untuk melampiaskan amarahnya sementara mereka berjaga apabila ada bahaya yang lain.
“Melawanku sendiri? Ojo guyon… khe…khe…khe…” kakek itu hanya tertawa sementara setan-setan yang berasal dari keluarga kakek itu yang ditumbalkan menyerang Cahyo dengan berbagai cara.
“Wanasura!” Teriak Cahyo memanggil siluman kera sobatnya yang sempat meninggalkanya saat terbakar oleh dendam.
Suara dentuman besar terdengar di sekitar mereka, rupanya kejadian ini juga membakar amarah Wanasura yang tetap mengikuti Cahyo walaupun sebelumnya sempat meninggakanya.
Kali ini wanasura merasuki kaki dan tangan Cahyo yang membuatnya memiliki kemampuan untuk bergerak secepat monyet hutan.
Cahyo kembali menyerang kakek itu, namun banyaknya bola api yang menyerangnya membuat sulit untuk mendekat.
Beberapa batu dipungutnya dari tanah , sebuah mantra dibacakan untuk memberikan warna sukma Cahyo pada batu itu.
Ia melemparkan batu itu sejauh mungkin hingga bola-bola api itu mengikutinya dan meledak saat menabraknya.
Kini pertahanan kakek itu terbuka, Cahyo bersiap melampiaskan amarahnya dengan pukulan terkuatnya. Seharusnya pukulan sekuat itu mampu melumpuhkan kakek itu dengan sekali serang.
Anehnya.. saat pukulanya mendarat bukan kakek tua itu yang ada di sana, melainkan Hantu wanita yang sedari tadi melayang layang bertukar posisi dengan kakek tua yang saat ini berada di atas pohon.
“Jangan buru-buru anak muda… khe..khe…khe…” Ledek kakek tua itu.
Kakek itu tertawa bukan tanpa alasan, lengan Cahyo yang menembus roh wanita itu kini menghitam seolah terkena kutukan.
“Sialan Kakek busuk..!” Teriak Cahyo yang kesal. Namun kobaran api putih tiba tiba membakar lengah hitam Cahyo hingga kembali seperti semula.
“Wis.. ra sah kepancing emosi” Ucap Paklek.
Rupanya api itu berasal dari mantra Paklek yang terus mengawasi pertarungan Cahyo.
Menyadari kesalahanya , Cahyo mencoba menahan diri dan merubah gaya bertarungnya. Dengan lenganya yang terbakar api milik Paklek Cahyo menyerang hantu wanita yang sedari tadi tertawa gila.
Kali ini Setan itu merasa kesakitan. Wajah cemas mulai terlihat dari wajah kakek tua yang masih menunggu dari atas pohon dengan perlindungan setan-setan di sekitarnya.
Akhirnya dengan sekuat tenaga, Cahyo memukul Batang pohon tempat kakek itu berdiri.
Kakek itu kehilangan keseimbanganya dan terjatuh, namun dengan sigap Cahyo menarik sarungnya dan berlari menuju kakek itu.
Saat mendekat , Cahyo mencoba menyerang kakek yang masih kehilangan kesembangan.
Namun sekali lagi kakek itu bertukar posisi dengan demit bocah yang tadi merangkak di tanah.
Kali ini Cahyo tidak meladeni demit itu dan melompat ke arah Paklek.
“Paklek tolong pengangin sarungku…” Ucap Cahyo pada Paklek dan segera kembali melompat menyerang kakek tua itu.
Berkali-kali kakek itu berganti posisi dengan demit pengikutnya, namun Cahyo tetap tidak menyerah walau dipermainkan seperti itu hingga suatu saat usahanya terjawab.
Kakek tua itu tidak bisa berpindah posisi lagi, pukulan Cahyo yang sekuat tenaga membuat kakek itu terkapar hingga memuntahkan darah dari mulutnya.
“…Ra mungkin… Demit-demitku!” Ucap kakek itu keheranan.)
Rupanya saat memberikan sarungnya Cahyo menyelipkan tongkat kakek itu yang terjatuh di tanah dan diberikan kepada Paklek.
Satu persatu kakek melepaskan ikatan roh yang melayani kakek itu dengan perantara tali pocong yang diikatkan di tongkatnya.
Rupanya seranganya tadi hanya agar kakek itu tidak sadar dengan keberadaan tongkatnya hingga benar-benar mengenainya.
“Haha… hebat Cahyo!” Ucap Danan yang tak menyangka siasat yang dilakukan Cahyo.
“Yo jelas… ra mungkin aku kalah karo menungso biadab koyo ngene” (Ya jelas.. ga mungkin aku kalah dengan manusia biadab seperti ini) Balas Cahyo.
Kakek tua itu mulai kehilangan kesadaran, samar – samar terlihat bekas luka di punggungnya seperti telah melakukan pertarungan sebelumnya.
Belum sempat menenangkan demit demit pengikut kakek itu , perlahan terdengar suara alunan musik kendang dari hutan lebih dalam yang menarik perhatian demit demit yang sekarang tak bertuan.
“Cahyo… “ Ucap Danan Khawatir.
“Iya… dia di sini, tenang Danan.. aku tidak akan mengulangi kesalahan seperti sebelumnya” Jawab Cahyo.
Sebenarnya Danan selalu percaya dengan Cahyo, namun ia khawatir dengan kekuatan demit ludruk itu yang bisa memancing dendam Cahyo. Tapi setidaknya kali ini ada Paklek yang menjaga punggung mereka.
Tanpa menunggu lebih lama, mereka mengikuti ke arah demit itu pergi. namun kecepatan lari mereka tidak mampu mengejar roh-roh yang mampu menembus pepohonan.
“Arah mereka , sama dengan arah yang di tunjukan ke peta ini..” Ucap Paklek yang masih mengawasi peta yang ia bawa.
“Sudah.. tidak usah lari, simpan tenaga kalian… “
Danan dan Cahyo mengikuti perintah Paklek, mereka menelusuri hutan dengan berjalan dan meminum air dari perbekalan mereka.
“Paklek.. memangnya suara gendang, arah demit itu pergi.. itu mengarah kemana ?” Tanya Cahyo.
Paklek menunjukan peta kuno yang ia miliki , terlihat beberapa simbol Goa dan candi terlihat di dalamnya. Namun Paklek menunjuk ke sebuah tempat yang lain.
“Ke sini… menurut peta ini, di sinilah kerajaan demit itu berada” Ucap Paklek.
Danan dan Cahyo saling menatap. Saat di Alas mayit saja mereka sudah kewalahan dengan kerajaan demit yang dibangkitkan oleh Setan Andaka. Sekarang mereka harus berhadapan dengan kerajaan demit yang sebenarnya.
“Jangan khawatir dulu… kita lihat batasan kita” Jelas Paklek.
Danan dan Cahyo setuju. Paklek tidak mungkin mengajak mereka untuk misi bunuh diri.
Suara alunan musik kendang terdengar semakin keras , kali ini suara ramai juga mulai terdengar. Mulai dari suara auman binatang, suara tertawa cekikikan, hingga suara peperangan.
Saat berjalan semakin jauh mereka sampai di ujung sebuah tebing. Dari sana terlihat tempat yang ditunjukan oleh peta yang Paklek bawa.
Sayangnya.. pemandangan yang mereka lihat saat ini terlalu mengerikan.
“Paklek.. I itu.. “ Tanya Danan yang menunjuk ke sebuah tempat ghaib berwujud Kumpulan candi dan pemukiman yang merupai sebuah kerajaan di bawah tebing.
Namun bukan itu yang mengerikan, Di luar pelataran candi terdapat sebuah panggung kayu lengkap dengan alat musik pementasan dan demit yang memainkanya dengan wajah yang tidak beraturan.
Musuh bebuyutan Cahyo, Sang pemain ludruk dengan santainya menari dan bercanda di atas panggung itu dengan sekumpulan pasukan demit mulai dari ras buto , siluman, hewan ghaib, hingga arwah penasaran yang dikumpulkan oleh mereka.
Tidak terhitung jumlah makhluk yang berada di tempat itu.
“Gak Paklek.. ga mungkin kita bisa mengalahkan itu semua…” Ucap Cahyo yang mulai gentar.
Terlihat juga wajah Paklek yang benar-benar khawatir, tidak seperti biasanya.
“Danan.. Cahyo.. ini bukan yang terburuk, Saat gerbang Jagad segoro demit terbuka bisa kalian bayangkan berapa kali lipat demit yang akan menjadi pengikutnya” Ucap Paklek.
Dalam sekejap wajah mereka bertiga dipenuhi kecemasan.
Namun mereka terus berfikir bagaimana cara untuk menyelesaikan tragedi ini.
Mendadak sekumpulan demit itu mendapat serangan dari makhluk lain yang muncul dari sisi lain hutan.
Cahyo dan Danan segera mencari tahu makhluk apa yang berani mencari masalah dengan sekumpulan demit dan pemain ludruk itu.
“Paklek.. i.. itu Paklek” Ucap Cahyo menunjuk kepada seorang Nenek tua yang menyerang demit itu.
“Itu.. Nyai Jambrong, yang saya ceritakan setelah dari desa guntur… katanya dia punya ilmu hidup abadi” Cerita Cahyo pada Paklek dan Danan.
Paklek dan Cahyo memperhatikan nenek tua itu, kemampuanya memang luar biasa ..
tapi sepertinya masih belum cukup untuk mengalahkan lawanya.
Perlahan dari sisi hutan lain muncul berbagai macam makhluk dan orang sakti lain yang terlihat seperti pengikut nenek tua itu.
Mereka membantu mengatasi demit-demit itu dengan berbagai macam ilmu.
“Paklek.. apa mungkin mereka bermaskud menghentikan tragedi ini juga?” Tanya Cahyo.
“Owalah Panjul… coba bayangin itu nyai jambrong, sudah hidup abadi lalu dia mendapat aliran kekuatan dari jagad segoro demit…
dunia ini bisa kiamat karna satu nenek-nenek” Jelas Paklek.
Cahyo dan Danan mengerti maksud Paklek. Entah pihak manapun yang menang, sudah pasti akan menjadi bencana yang besar.
“C… Cahyo… lihat itu” Ucap Danan yang merasa kaget melihat salah satu sosok diantara orang sakti yang membantu Nyai Jambrong.
“Bukanya itu…. Mbah Wira….”
(Bersambung Part 6 - Pusaka)
Catatan :
Siapapun yang mendapat gambaran mengenai hutan yang saya ceritakan ini, tolong disimpen aja.. jangan sampe spill di komen ya... ga akan saya jawab juga
partnya udah cukup panjang , semoga puas bacanya..
Terima kasih, dan mohon maaf bil ada salah kata atau ketikan
Yg ga sabar nunggu part 6 malem minggu nanti atau sekedar ngedukung bisa unlocked di @karyakarsa_id ya..😁
Buto.. Demit ras raksasa dengan kekuatan fisik yang konon dapat memindahkan bangunan dengan tenaganya saat ini berkumpul dengan jumlah yang mengerikan di depan mata kami.
HIDDEN TREASURE
Side story yang hanya bisa didapat dengan cara-cara khusus namun tidak mempengaruhi inti cerita utama yang saya share di Twitter (biar sama2 happy 😁)..
Cerita ini sebagai apresiasi untuk pembaca yg rela menyisihkan uang jajanya untuk mendukung di @karyakarsa_id
Gending Alas Mayit - Babak Kapisan
Cerita mengenai masa muda Mbah Rusman saat menghadapi Gardapati di gelombang pertama Gending alas mayit
Terdapat di :
- buku cetak
- E- Book karyakarsa
- bonus E-book senandung sedu vol.3
Senandung lirih rembulan malam
Kelanjutan kisah cinta Nandar dan Rani dalam bentuk sitkom atau cerita ringan
Buku cetak untuk trilogi pertama sudah ready di shopee dan tokopedia ya..
semua pemesanan sudah dapet Greet card yang udah ada tanda tangan 😁
“Ular”
Desa Bonoloyo, sebuah desa yang terletak di sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang masih asri dengan hutan-hutan hijau yang mengelilinginya.
PERTAPA DESA SRAWEN
Kalian pernah dengar tentang santet yang menghabisi satu desa? Terdengar mustahil bukan?
Memang… tapi kenyataanya saat ini aku sedang berada di sebuah kota yang terletak di Jawa Timur untuk mencari tahu tentang masalah itu.