Rasanya sudah lama ndak bikin thread. Mau cerita yang ringan saja, boleh ya.. Semacam #latepost, beberapa waktu lalu sempat mudik dadakan, tepatnya di awal September.
Bermula dapat laporan dari adik saya, kalau Abah akan menghadiri acara di Masjid Agung SMG. Alarm lgsg menyala.
Maklumlah, sebagai "Kepala Satpam", saya merasa punya tanggung-jawab untuk menjaga Abah, sebisa mungkin menghindarkan beliau dr acara yg menghadirkan banyak orang.

Apalagi selama ini bbrp kali melihat acara seremonial yg melibatkan pejabat, melanggar aturan protokol kesehatan.
Berusaha membujuk supaya beliau membatalkan rencana itu, gagal. Sepertinya Abah kangen juga berpergian dan bertemu orang, setelah sekian lama "terpenjara": ndak bisa pergi2, ngga leluasa terima tamu..

Baiklah. Saya pun langsung berencana nyusul ke Semarang, mengawal beliau.
Mengajukan cuti sementara dari tugas ngadmin Ngaji Ihya+Misykat, alhamdulillah diijinkan oleh Pak Lurah Pondok. Pas packing baju, minta perpanjangan waktu, "Sekalian ikut ke Rembang boleh ya? Kangen Ibuk..udah lama gak ziarah makam beliau.."

Syukurlah di-ACC☺️
Begitu ijin sudah didapat, langsung gercep pesan tiket kereta, kemudian menjadwalkan tes swab antigen. Tarifnya makin bersahabat sekarang. Kemaren ambil tes di Klinik Kimia Farma, daftar online harganya di bawah 100rb.
Setelah mendapatkan hasil tes antigen, saya nanya via chat WA ke CSO KAI, soalnya sampai saat itu saya belum mencetak sertifikat vaksin. Masih ragu karena pernah baca berita, nyetak sertifikat vaksin ngga disarankan karena berbahaya dari segi keamanan data. Tapi jawabnya begini..
Ya wis, terpaksa nyetak sertifikat vaksin. Dibikin seperti KTP gitu, cetak bolak-balik (vaksin pertama dan kedua) lalu dilaminating. Simpan di dompet. Aman.

Tiket ✅
Hasil tes swab antigen ✅
Sertifikat vaksin✅
KTP ✅

Siap deh berangkat naik kereta api lagi.
Deg-degan ngga, setelah sekian lama akhirnya naik kereta lagi, sendirian pula? Tentu saja deg-degan. Tapi motivasi bertemu Abah mengalahkan semuanya. Bismillah.

Sampe Gambir, rasanya haru biru. Mulai banyak penumpang, tp masih terasa sepi jika dibandingkan masa pra pandemi.
Datang terlalu awal, sempat ngobrol dengan Pak Dahlan, porter yang bantuin saya membawa koper dll.
"Ditinggal dulu gpp, Pak," kata saya.
"Gpp, Teh.. Saya temenin. Masih sepi penumpang.. ngga kayak dulu.."
😥

Beliau sempat curhat, belum bisa vaksin karena hipertensi. Duh.
Cukup lama kami berbincang, tetap menjaga jarak dan tanpa lepas masker.

Ngobrol ngalor ngidul sambil menunggu datangnya kereta Argo Bromo Anggrek, tujuan akhir Surabaya. Sebenarnya saya lebih suka Muria/Sindoro, yang berakhir di Semarang. Sayangnya sejak pandemi ditiadakan.
Dari Gambir jam 8, sampai di Sta. Tawang pukul 13.00.
Langsung menuju hotel. Abah dan rombongan malah belum nyampe. Jadi saya cek in dulu, lgsg mandi+keramas sesuai prosedur pandemi.
Kelar sholat, cek WA sudah ada pesan dari adik saya," ditanyain Abah, diminta segera merapat."
Hari itu, Selasa (7/9) Abah dijadwalkan hadir di dua acara yang digelar secara online. Sore acara peluncuran Hari Humor Nasional, bersama @inayawahid cs. Malamnya Konser Amal Gusdurian Peduli.
Macak operator, tapi malah ketiduran di tengah-tengah acara. Untung ngga masuk frame🙈
Rabu (8/9) pagi, kami bersiap menghadiri acara di Masjid Agung Jawa Tengah. Acara digelar di sebuah tenda yang lokasinya di samping kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Begitu sampai di lokasi, saya lihat semua orang yang hadir memakai masker.. Syukurlah.
Tempat duduk diatur rapi dan berjarak, dilengkapi tisu basah dan kering serta hand sanitizer di tiap meja.
Rombongan pejabat bergantian hadir. Ketua Baznas, Ketua Badan Wakaf, Ketua MUI JaTeng, Wakil Gubernur Jawa Tengah dll. Tak lama, acara langsung dimulai.
Pemandu acara alias MC tetap mengenakan masker dari awal hingga acara berakhir. Demikian juga Qori yang melantunkan ayat suci Alquran, tetap memakai masker. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Baznas, Prof. Dr. H. Noor Achmad. Beliau juga berbicara tanpa melepas masker.
Begitu Pak Noor Achmad selesai berpidato, ada petugas yang dengan sigap mengganti cover/penutup microphone dengan yang baru, kemudian menyemprot area podium dengan cairan desinfektan.

(Adegan ini hanya bisa dilihat oleh yang hadir di tkp, tak nampak di layar TV/YouTube)
Sayangnya, pembicara berikutnya, seorang mantan menteri--ngga usah disebutkan namanya ya-- mengawali pidatonya dengan melepas masker sambil berkata, "...biar seperti pejabat, biasanya kalau berbicara maskernya dibuka dulu..."

Waduh.
Tentu saja insiden kecil itu tak luput dari perhatian Abah. Ketika beliau tampil paling akhir untuk memberikan tausiah dan doa, beliau memulainya dengan berkata, ".. karena saya bukan pejabat, saya tidak perlu membuka masker...".

Dalam hati saya bersorak, "Yes!"
Bukan berarti semua pejabat yang hadir saat itu melepas masker dulu sebelum pidato.

Dalam catatan saya, hanya dua orang yang seperti itu, keduanya dari Jakarta.

Wagub Jawa Tengah, Gus @TajYasinMZ tetap mengenakan masker saat memberikan kata sambutan. Salut, Gus👍
Abah tak ragu menyampaikan kritikan dalam tausiahnya. Yang pertama, menyoroti penggunaan kata "ground breaking" sebagai nama acara.

"Kenapa musti memakai bahasa asing? Kan kita punya istilah sendiri, "peletakan batu pertama". Apa dikira kurang keren?"

Panitianya salting☺️
Selain itu, Abah juga mengingatkan untuk meluruskan niat: pembangunan Rumah Sakit itu untuk kemanusiaan, bukan hanya untuk orang Islam saja tapi untuk semua warga. Maka menurut beliau, semestinya namanya RS MAJT saja, nggak perlu pake "Islam".

Berikut cuplikan tausiah beliau.
Setelah Abah menyampaikan tausiah dan doa, kami bergerak menuju area samping panggung. Bergantian melaksanakan seremoni peletakan batu pertama.

Foto-foto kiriman dari panitia (Mas Agus).
Setelah itu foto bersama. Semuanya tetap memakai masker. Saya sempat melihat ada satu orang yang hendak memelorotkan maskernya ketika mau nimbrung foto bareng, tapi kemudian urung. Berangkali sungkan sendiri melihat semua tamu, termasuk para pejabat, tetap mengenakan masker.
Terus-terang saya kagum dgn kinerja panitia acara pagi itu. Keseluruhan acara berlangsung cepat dan efektif. Total sekitar 1 jam.
Saya lihat di meja tamu VIP, suguhan berupa buah yg dibungkus plastik, masih utuh. Sepertinya semua menahan diri, menghindari makan di tempat umum.
Jadi kesimpulannya, bisa kok membuat acara seremonial yang menerapkan protokol kesehatan secara serius, bukan sekedar wacana.
Meski sekarang kasus Covid19 sudah jauh menurun, tapi menurut saya lebih baik jika protokol kesehatan tetap ditegakkan. Demi kebaikan bersama. Setuju?

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with ienas Tsuroiya

ienas Tsuroiya Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @tsuroiya

22 Sep
Saking bungahnya Mbah @sudjiwotedjo dirawuhi Abah @gusmusgusmu, ketika kami hendak pamitan, malah disuguhi "Titi Kala Mangsa".

Video dari IG Abah: (at) s.kakung (sekalian ngingetin itu akun beliau yang resmi dan dikelola sendiri oleh beliau, sayang belum centang biru😔)
Lanjutannya.

Maafkan penampakan Mbak Admin di ujung video. Bukan sengaja mau narsis, tapi salah pencet, maklum nyutingnya pake hp Abah yang canggih. Mau dipotong ribet ngepasinnya.. Maaf ya🙏☺️
Kehebohan di pelaminan. Sempat salah posisi pas foto bersama. Untung akhirnya diatur sama panitia.

Kami ngga lepas masker sejak datang hingga pulang, termasuk ketika foto bersama.

(Foto-foto dari Mbak Fatin Hamamah) ImageImageImage
Read 4 tweets
13 Dec 20
Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).

Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara2 ulah kalian. Stop it!
Saya sebut saja salah satu akun buzzer itu: Kata Kita.

Di tahun 2018, akun ini memposting tulisan orang lain tapi namanya diganti nama Abah. Pasang foto beliau pula. Saya lgsg komplain saat itu juga. Sempat ngeles, tapi ketika banyak yg mendukung saya, postingan hilang.
Tapi belakangan ini, tulisan itu beredar lagi, masih dengan nama dan foto Abah. Diklarifikasi satu, muncul lagi dan lagi.
Karena penasaran, saya google lah judul tulisan itu. Ternyata yg muncul adalah postingan KataKita!

Ketika saya SS malam ini, sudah dibagikan lebih dr 2500x
Read 14 tweets
10 Dec 20
Ternyata Gibran bukan calon pemimpin daerah termuda. Masih ada Aditya Halindra, Bupati Tuban yang baru terpilih, usianya 28 tahun. Masih lajang pula.

Termasuk kategori dinasti politik juga ini, dia anaknya mantan Bupati Tuban 2001-2011, Haeny Relawati.
Twit ini rame ternyata. Promo apa enaknya ya?🤔

Promoin buku suami aja deh. Sudah pada punya belum? Kontak @rizalmubit ya kalau mau beli. Semoga masih ada stoknya..😊
Dari kolom replies, saya baru tahu ternyata trend pemimpin muda usia sudah dimulai pada pilkada beberapa tahun lalu. Sebagian besar masih berhubungan kerabat dengan (mantan) pejabat, tapi ada juga yang maju tanpa hak istimewa itu. Beneran dari nol.
Read 11 tweets
17 Sep 20
Pondok Pesantren bukanlah tempat yg kebal dari virus. Faktanya, bbrp Kyai/Ustadz wafat dalam kondisi positif covid. Ada juga Ponpes yg menjadi klaster baru, ratusan santri terpapar virus.

Tulisan Mas Ulun ini layak dibaca, sebagai pengingat buat semua.

jabar.nu.or.id/detail/dariman…
Sejak pertengahan Maret, Abah @gusmusgusmu sudah membatalkan semua agenda ceramah beliau di luar kota. Ada juga beberapa undangan walimah, beliau juga tak hadir. Sikap ini dilandasi kehati-hatian, mengikuti saran para dokter. Saya mendukung 100%.
Sampai sekarang, santri Ponpes Raudlatut Tholibin belum semuanya diijinkan kembali ke pondok. Hanya beberapa santri senior saja. Pun pengajian umum Selasa-Jumat, yang dihadiri ribuan orang, sampai sekarang masih diliburkan.
Read 20 tweets
19 Jul 20
Menurut artikel ini, ada 3 faktor penting yang menyebabkan Indonesia menjadi "juara" dalam jumlah kasus CoViD19 di Asia Tenggara:

*kurangnya tes (penting utk tracing)
*pemerintah yg tak konsisten (sending mixed messages)
*buru-buru melonggarkan aturan karantina wilayah
Kapan itu Menkes bilang, serapan dana rendah karena "kasusnya masih sedikit" (?). Kenapa tidak dialokasikan untuk tes massal ya. Makin cepat ketahuan, bisa segera diisolir dan ngga merembet ke mana-mana.
Poin kedua, pemerintah yang tak konsisten. Ini sejak dari awal banget udah terlihat jelas. Saat Presiden sudah menghimbau utk mulai pake masker, jaga jarak, hindari kerumunan, Menkes malah bikin acara seremonial, pake salaman2 pula. Diliput TV nasional. Dan ngga cuma sekali lo.
Read 12 tweets
28 Jun 20
from this to this
Alhamdulillaah, berhasil bikin telur asin sendiri..

Perendaman 10 hari. Kalau pengen lebih masir, bisa ditambah hingga 15 hari.
Banyak yang minta resepnya.. Baiklaah.

Caranya gampang.

Siapkan telur bebek (paling bagus, tapi kalau pake telur ayam boleh saja), cuci dan sikat kulitnya dgn spons, keringkan. Pastikan telur dalam kondisi segar ya.

Saya kmrn pake 15 butir telur, sesuai kapasitas stoples.
Read 13 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(