Prastowo Yustinus Profile picture
Mar 27 28 tweets 5 min read
Usai menyelesaikan draft utk sebuah buku, saya ingin berbagi hal ringan terkait pengalaman membaca dan menulis. Tentu saja ini pengalaman pejalan kaki, bukan profesional. Jadi harap dimaklumi. Ini bbrp jurnal/majalah yg saya langgani sampai saat ini, demi merawat minat. #utas
Saya suka membaca. Sebagai orang dusun di pelosok Gunungkidul tentu bacaan saya amat terbatas. Hanya mengandalkan mobil perpustakaan keliling dan langganan koran Pakdhe saya. Saya sungguh bersyukur dg keadaan ini tetap bisa punya bacaan meski terbatas.
Yang saya ingat ya beberapa buku fiksi. Majalah Tempo, Kompas, dan Bola. Tak ketinggalan Kedaulatan Rakyat. Kebiasaan waktu SD setelah membaca saya meringkas menjadi format tabloid utk saya bawa ke sekolah agar bisa dibaca teman2. Bahagia banget jika ada yg baca dan bertanya.
Majalah remaja kami baca jika ada mahasiswa KKN (kuliah kerja nyata) dari Jogja membawakan buat kami. Kami beruntung tak akrab dg televisi. Hanya kepala desa dan satu dua keluarga yg punya. Itupun mengandalkan stroom accu. Tontonan wajib: ketoprak di Sabtu malam. Ada sayembaranya
Lamat2 mengingat, masa SD selain membuat tabloid manual juga menulis puisi yg rutin dibacakan saat peringatan 17 Agustus di Balai Desa. Sesekali mencoba menulis cerpen dan mengirimkan ke redaksi majalah remaja. Dunia lain: kartu pos. Mengikuti quiz atau kirim lagu utk gebetan.
Masih ada yg ingat zaman itu? selain menunggu permintaan putar lagu dibacakan, wajib dengerin radio utk drama. Bersyukur, tradisi baca dan tradisi mendengarkan tertanam, meski disebabkan keterbatasan. Sampai kini saya amat jarang nonton tv, kecuali siaran olahraga. Ya ndeso sih.
Pergumulan dg buku menguat ketika di Jakarta. Era 1990-an adalah masa banjir buku termasuk terjemahan karya2 bagus. Saya ikut-ikutan membaca karya2 berat. Awalnya tak paham, berlagak pinter, suka nantangin debat. Norak sih, tapi itu jalan saya menghidupi dunia tulis dan baca.
Pengalaman menulis serius? tahun 1996 pertama kali artikel saya dimuat Harian Kompas. Waktu itu saya menulis tentang perpajakan, menanggapi tulisan seorang dosen. Sejak itu saya bersemangat utk menulis, meski masih berupa coretan2 pendek di komputer yang berserakan.
Saya ingat, waktu SD ikut kursus tertulis kitab suci. Kita dikirimi bacaan lalu ada pertanyaan dan dikirim balik. Saya lulus dg sertifikat bagus hingga bbrp tingkat. Pikir saya, bakat juga jadi rohaniwan nih. Cuma ijin orang tua tak diperoleh. Disuruh memperbaiki nasib keluarga.
Minat saya pada filsafat dan teologi tetap terpelihara, di samping thd teori sosial dan tentu saja ilmu ekonomi dan akuntansi sbg tuntutan pekerjaan. Awal 2004, saya menyelesaikan satu draft buku teologi yg saya bawa ke Romo Franz Magnis-Suseno. Saya amat percaya diri waktu itu.
Draft itu merupakan apologetika hasil membaca banyak buku lintas iman. Akhirnya Romo Magnis menyarankan secara halus agar saya belajar filsafat di STF Driyarkara. Itu cara menolak ala Jawa dari seorang Pastor Jerman yang sangat paham falsafah Jawa terhadap draft saya.
Akhirnya saya memutuskan belajar filsafat, mengambil program Magister. Tentu saja tertatih, tapi menikmati. Saya terdampar pada dunia yg sama sekali berbeda. Dunia dg tradisi membaca teks yg sangat kuat, diskursus yang mendalam, dan pencarian tanpa batas. Latihan tak ternilai.
Sambil melatih diri menulis berbekal disiplin membaca, saya rajin menulis artikel. Kuliah model seminar memaksa kita menulis makalah berbasis riset pustaka. Tahun 2007 tulisan filsafat saya dimuat Kompas. Setahun kemudian saya menulis buku pajak yang jd best seller waktu itu.
Dua tahun berikutnya, saya menulis dua buku tentang pajak dan cukup diminati. Lumayan mendapat royalti dan menerima undangan bedah buku. Sambil sesekali menjadi narsum seminar. Saat itu saya menyelesaikan tesis filsafat ttg pemikiran ekonomi Karl Polanyi, kritik tentang pasar.
Waktu itu beririsan saya juga kuliah di Program Magister Administrasi dan kebijakan Publik UI. Pengalaman belajar filsafat amat membantu memahami dan memijakkan teori pada praksis, dan sebaliknya. Tesis filsafat saya diterbitkan Marjin Kiri dg judul Ekonomi Insani (2014).
Tesis magister di UI diterbitkan CITA Publishing tahun 2017 dengan judul Taxing Women. Saat itu saya sekaligus menerbitkan 3 judul buku. Sebelumnya terlibat dlm beberapa penulisan buku bunga rampai hasil riset dg teman2 di berbagai LSM. Tradisi riset dan diskursus yg baik di LSM.
Keterlibatan bersama bbrp LSM seperti ICW, TII, Prakarsa, Fitra dll menuntun saya pada kajian2 empirik. Saya semakin dekat dg isu konkret di masyarakat. Fokus saya pada kebijakan perpajakan. Tekad kami mengarusutamakan isu keadilan pajak. Ikhtiar sepanjang hayat tampaknya.
Periode 2010-2019 adalah masa paling produktif. Artikel saya mewarnai hampir semua majalah/koran arus utama seperti Tempo, Kompas, Bisnis Indonesia, KONTAN, Media Indonesia, Sindo, Detikcom dll. Pada titik ini saya bersyukur dapat membantu mengarusutamakan isu2 perpajakan.
Jujur saat ini saya agak mandul menulis, terutama tulisan panjang. Kebiasaan menggunakan medsos dan merespon cepat di twitter membuat saya punya kebiasaan baru. Kebiasaan membaca pun memudar. Tanpa saya sadari, saya makin bodoh dan ketinggalan.
Di sisi lain saya belajar banyak hal di birokrasi dan politik praktis. Aktivitas membantu Menteri Keuangan dan jajaran Kemenkeu membangun koordinasi kelembagaan dan komunikasi publik cukup menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Tapi saya harus terus bersiasat agar tercerahkan.
Saya berlangganan bbrp jurnal/majalah agar tetap bisa mendapatkan update dan analisis yg tajam. Dari pemikiran Kiri hingga jurnal teologi. Pendangkalan kekuatan berpikir saya siasati dg berlangganan dua majalah reviu buku. Ini sangat membantu mencari buku terbaik dan relevan.
The New York Review of Books dan London Review of Books. Menurut saya ini dua majalah reviu terbaik. Ya kadang saya ketinggalan banyak isu, tapi reviu di sini tak akan usang. Rekomendasi buku2 barunya juga sangat bagus.
Meminjam Isaiah Berlin, saya berayun antara tipe rubah dan landak. Ingin setia dan mendalam pada ide besar, tapi terdampak pada beragam isu partikular yang musti digumuli. Terus terbuka dan ingin belajar adalah kunci. Terbukti, saya adalah pemula abadi (Nicholas Cussa).
Nah, meringkas perjalanan saya yang amat biasa ini, ijinkan saya berbagi keyakinan. Menulis jelas mengandaikan kita membaca. Maka teruslah membaca, terutama karya bermutu, agar kita bisa menulis dg baik. Pula pilihlah jejaring yg mendukung terpeliharanya budaya baca tulis ini.
Mampu menulis dan menjadi penulis itu bukan dilahirkan, bukan berdasar talenta khusus yang diberikan Tuhan. Saya percaya, semua bisa menjadi penulis. Itu skill yang bisa dipelajari, diasah, dan menjadikan kita ahli. Bahwa ada yg berbakat menjadi penulis tentu itu fakta.
Untuk dapat menulis dg baik, selain khazanah bacaan yang diandaikan luas, juga butuh waktu hening. Mari rawat saat teduh agar kita bisa berimajinasi dan bercakap-cakap dengan diri sendiri. Mengolah gagasan menjadi kata-kata yang hidup, menginspirasi, dan menggerakkan.
Menulis adalah menubuhkan gagasan. Mendagingkan sabda. Gagasan kita peroleh dari bacaan, diskursus, dan interaksi. Jadi proses ini sungguh manusiawi. Tak terbayangkan rasanya kita bisa menyelesaikan tulisan dan dipublikasikan atau dibaca orang lain. Menularkan hal baik.
Demikian sekelumit sharing saya yg jauh dari sempurna. Hingga saat ini saya mengoleksi lebih dari 5000 buku dg beragam topik. Utk menghibur dan membenarkan diri, saya pinjam Umberto Uco. Semoga tak ditanya berapa yg sdh dibaca, tetapi ini proyek yang justru sedang dimulai. Salam

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Prastowo Yustinus

Prastowo Yustinus Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @prastow

Jan 27
Selamat pagi. Mumpung masih segar, saya ingin mengajak teman2 untuk memahami perbedaan/persamaan antara penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Semoga menjadi informasi yg bermanfaat, baik bagi wajib pajak/wajib bayar maupun yg ingin mengadvokasi. #utas
1. Saya bisa memahami masih banyak yg belum tahu perbedaan antara pajak dan bukan-pajak, termasuk retribusi. Maklum, ini sangat teknis. Persamaannya, semua adalah pungutan/beban yg dibayarkan warga negara kepada negara atas kondisi tertentu. Di sinilah perbedaan subtilnya.
2. Kenapa sih ada pungutan buat negara? bukankah zolim karena paksaan. Memang karakteristik pajak itu paksaan. Kenapa memaksa? karena kalau sukarela tak semua yg wajib itu mau bayar. Padahal pungutan ini prasyarat bagi berjalannya pemerintahan. Dg kata lain, bisa ambyar negara
Read 21 tweets
Nov 2, 2021
Selamat malam teman2. Mumpung agak longgar, terima kasih telah meramaikan G20 dgn topik "Osaka dan Roma". Memang banyak jalan menuju Roma. Melalui Osaka, banyak ide dan komitmen penting disemai dan berlanjut. Lantas apa relevansi G20 dan COP26 dg Presidensi Indonesia? Saya bahas.
1. Melanjutkan kabar gembira dari Forum KTT G20 di Roma dan COP26 di Glasgow, mari kita simak sekelumit info menarik dari dua konferensi strategis itu. Kenapa penting? karena pada KTT kali ini peran Indonesia cukup kuat dan membawa misi reformatif bagi presidensi tahun depan.
2. Pada Presidensi G20 Indonesia dg tema “revocer together, recover stronger”, kita mengajak negara lain bekerja sama demi terciptanya pemulihan dan kebangkitan bersama yang semakin kuat. Indonesia akan andil besar dalam kesepakatan strategis atas berbagai permasalahan global.
Read 13 tweets
Oct 15, 2021
Ramai dibincangkan 'hidden debt' atau utang tersembunyi dari China versi AidData. Agar tdk simpang siur dan terang, kami jelaskan duduk soalnya. Informasi yg disampaikan kurang tepat dan rawan digoreng hingga gosong. Itu bukan utang Pemerintah tapi dikait-kaitkan. #thread
1) Supaya jelas, saya klarifikasi sejak awal. Hidden debt versi AidData tak dimaksudkan sbg utang yg tak dilaporkan atau disembunyikan, melainkan utang nonpemerintah tapi jika wanprestasi berisiko nyrempet pemerintah. Jadi di titik ini kita sepakat, ini bukan isu transparansi.
2) Utang tsb dihasilkan dari skema Business to Business (B-to-B) yg dilakukan dengan BUMN, bank milik negara, Special Purpose Vehicle, perusahaan patungan dan swasta. Utang BUMN tidak tercatat sebagai utang Pemerintah dan bukan bagian dari utang yang dikelola Pemerintah.
Read 11 tweets
Aug 20, 2021
Berdasarkan penjelasan @KemenkesRI, Pemerintah menjamin seluruh biaya perawatan pasien Covid-19 dg membayar seluruh klaim RS, baik pada Rumah Sakit Umum, Khusus, Perluasan Layanan di gedung lain/ RS Darurat. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menkes 4718/2021. #utas
1> Pembiayaan rawat inap pasien Covid-19 menggunakan tarif cost per days, dg kisaran tarif terendah Rp7jt/hari dg tempat isolasi tanpa tekanan negatif s.d. tarif tertinggi Rp16,5jt/hari dg kondisi pasien dirawat dlm ICU dg ventilator. Asumsi lama perawatan 10-14 hari/pasien.
2> Tarif cost per days meliputi: administrasi pelayanan, akomodasi rawat inap, jasa dokter, pelayanan rawat inap, ruang isolasi biasa, ruang isolasi ICU dengan ventilator, ruang isolasi tekanan negatif non ventilator, lab dan radiologi, obat, alkes, bahan medis habis pakai & APD.
Read 9 tweets
Jun 9, 2021
Wacana kenaikan tarif PPN mendapat respon cukup hangat. Ini hal positif karena kesadaran akan pentingnya pajak semakin tinggi. Pajak adalah pilar penyangga eksistensi negara. Saya perlu berbagi konteks yg lebih luas agar kita dapat mendudukkan semua wacana secara jernih. #utas
1. Saya bisa memaklumi reaksi spontan publik yg marah, kaget, kecewa, atau bingung. Eh, kenaikan tarif PPN berarti naiknya harga2 dong. Apalagi ini pemulihan ekonomi. Pemerintah sendiri struggle dg APBN yg bekerja keras, mosok mau bunuh diri? Begitu kira2 yg saya tangkap.
2. Pemerintah, diwakili Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, di berbagai kesempatan menegaskan bahwa rancangan ini perlu disiapkan dan didiskusikan di saat pandemi, justru karena kita bersiap. Bukan berarti akan serta merta diterapkan di saat pandemi. Ini poin penting: timing
Read 21 tweets
Apr 22, 2021
1. Kasus harian Covid-19 secara global meningkat kembali tetapi kasus harian kita mengalami penurunan. Sebanyak 6,05 juta orang sudah mendapat 2 dosis vaksin, 4,9 juta orang sudah mendapat vaksin dosis pertama. Kita harus terus waspada. #APBNkiTa #ekonomibangkit #GameChanger
2. Kinerja berbagai indikator perekonomian global terpantau positif, optimisme pemulihan ekonomi global menguat tetapi masih ada risiko ketidakpastian. Harus terus mengendalikan pandemi, mempercepat recovery, dan memperkuat reform #ekonomiglobal #APBNKiTa
3. Perekonomian Indonesia di bulan Maret 2021 masih terus melanjutkan perbaikan, perluasan vaksinasi dan kebijakan PPKM Mikro yang terkendali berjalan seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat #uangkitauntukvaksinkita #gamechanger
Read 25 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(