Agar mempersingkat waktu, ceritanya kuringkas seperti ini.
Sore itu aku berkenalan di aplikasi dengan seorang pria muda yang kelihatannya menarik. Tak hanya itu, ternyata ia punya hobi yang sama denganku. Maka tak lama kemudian kami bertemu.
Dan pendapatku adalah, ia bahkan lebih menarik dari sekadar penampilan di foto. Kami bicara banyak sampai larut malam, kemudian perjumpaan tersebut berakhir dengan janji bahwa kami akan pergi menjelajahi sebuah taman nasional.
Satu bulan setelahnya aku dan pria menarik itu pergi bersama ditemani seekor anjing peliharaanku. Ini pasti menyenangkan. Jika sesuai rencana, setidaknya kami bakal menghabiskan dua belas hari.
Di kalangan penjelajah, taman nasional itu terkenal dengan air terjun dua belas. Namun, tidak mudah untuk sampai di sana, sebab siapa pun harus membayar pengalaman menantang itu dengan berjalan kaki empat harmal.
Oleh itulah aku tak pernah pergi ke air terjun dua belas hingga bertemu teman yang cocok.
Singkat kata, kami berdua sampai di titik awal dengan mobil sewaan. Hari sudah mulai petang. Sialnya, baru-baru saja aku sudah membuat kesalahan. Radio komunikasi milikku sepertinya tertinggal di kabin belakang, sementara mobil tersebut lenyap sudah.
Dengan terpaksa perjalanan ditunda, kalau-kalau supir mobil kembali. Namun, sampai satu jam ia belum juga tampak. Akhirnya kami berangkat.
Rupanya benar, perjalanannya begitu merepotkan. Cuaca, kontur, dan segalanya tidak diciptakan untuk sembarang orang. Syukurnya, kami berhasil sampai tepat waktu. Dan alangkah indah air terjun dua belas ketika terpandang secara langsung.
Hanya saja, muncul masalah yang lain. Bekal makanan habis sudah, bahkan sebelum kami tiba. Sudah berusaha mencari ular, kelelawar, atau hewan berkaki empat, tetapi tidak juga ketemu. Kemudian kenalanku mengusulkan agar kami menyembelih anjing. Ah, itu benar juga!
Akhirnya kami bisa mengakhiri kelaparan.
Singkat cerita, perjalanan pulang selama empat hari bisa ditempuh dengan rasa senang.
"Bagaimana perasaanmu, sayang?" ujarku.
Ia menatapku penuh arti. Ekornya berkibas cepat.
-Tamat-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Jin berwujud perempuan ada di mana-mana. Maksudnya, di banyak negara juga kenal yang bentuknya spt itu. Beda nama dan mungkin asal usul yang memperkuat itu aja. Termasuk juga fenomena lain, misalnya hantu lain atau kutukan, mereka pun percaya.
Film incantation kan dari Taiwan, tetangga hongkong. True events itu. Jadi, di manapun ada. Gimana baiknya kalau kebetulan berinteraksi/diganggu mereka? Hm, tiap orang punya sikapnya sendiri sih. Tapi kalau saya pribadi berusaha cuek. Gak usah ditanggepin.
Pokoknya sabodo teuing lah. Jin biasanya mengganggu secara bertahap. Pertama gak langsung heboh. Cuma tanda2 kecil, gejala. Pengalaman saya, semakin merespon, mereka semakin ada.
"Bang, lu meleng apa gimana, bisa nyusruk ke got kaya gitu?"
Dari gorong-gorong gelap pria korban kecelakaan itu nyengir, tak percaya harinya bisa seapes itu. "Gua lihat kuntilanak bang di rumah itu!"
Dan orang-orang di sekitarnya pun tertawa.
Saya akan menceritakan suatu fenomena yang menurut saya aneh bercampur lucu. Tentang kuntilanak yang kerap menampilkan wujudnya di balkon sebuah rumah di kawasan Pejaten.
Lelaki itu pergi kedalam bus setelah mengutarakan alasannya bahwa badannya sedang tidak terlalu kuat digigit udara dingin. Aku tak beranjak dari tempatku memandangi lapangan. Terkilas lagi suara anak kecil tadi. Siapakah dia?
Awak bus terlalu lama untuk dapat memastikan kapan armada kembali melaju. Telah satu jam berlalu. Supir dan keneknya masih bersekongkol dengan perkakasnya.