Bang Beben Profile picture
Dec 15 46 tweets 7 min read
Sudah tiga kali jasad Misnah dihadapkan ke arah kiblat, tapi lagi-lagi jasad itu kembali ke posisi semula, berbaring dalam kondisi terbujur kaku di liang lahat. Sungguh ganjil, baru kali ini ada mayat yang menolak dihadapkan ke arah kibla

@bacahorror_id @IDN_Horor
#ceritaserem
Assalamualaikum wrwb.

Selamat pagi/ siang/ malam. Kali ini saya kembali lagi dengan kisah horor dari Kalimantan. Pada kisah kali ini, saya mengangkat cerita tentang hantu Sandah. Sandah adalah salah satu dari tujuh jenis Kuntilanak / Kangkamiyak.
Namun, yang membedakan dari Kuntilanak lainnya, Sandah memiliki wajah yang lebar, selebar nyiru penampi beras. Konon, wajah lebar itu adalah kutukan, sebagai penanda karena ia telah berbuat durhaka pada suami.

So...selamat menikmati kisah horor saya kali ini.
Tabe.
Judul : Sandah (Kuntilanak Berwajah Lebar)

Bab 1 : Jasad Ditolak Bumi

Pertengahan Maret 1999.

Pagi itu di hari senin sekitar pukul 10.00 wita, warga desa Tumbang Lais digegerkan dengan peristiwa ganjil di pemakaman muslim setempat.
Waktu itu, jenazah Misnah yang hendak dimakamkan, sepertinya menolak untuk menghadap kiblat. Para penggali kubur dan beberapa orang pria yang berada di liang lahat terheran-heran dengan kejadian aneh itu.
Sudah lebih dari tiga kali jasad Misnah dihadapkan ke arah kiblat, tapi lagi-lagi jenazah itu kembali ke posisi berbaring dalam keadaan terbujur kaku. Meskipun telah dipaksa, jasad berbungkus kafan putih itu berbalik dengan sendirinya.
Istighfar demi istighfar yang diucapkan hadirin, tetap gagal membuat jenazah itu untuk dihadapkan ke arah barat. Berbantal tanah liat, jasad Misnah hanya mau menghadap ke arah langit, seolah sengaja menatap warga yang berkerumun di pinggir liang lahat.
Sontak kejadian itu membuat gaduh para pelayat yang hadir. Seumur hidup mereka bermukim di desa, baru kali ini ada perihal ganjil terkait kematian seseorang. Suara-suara miring mulai beredar, tuduhan demi tuduhan mulai tersebar.
"Astagfirullahul azim…Malang sekali, jasadnya ditolak bumi," celetuk salah seorang warga.

"Astagfirullahul azim… Jangan-jangan nanti malam ia bangkit jadi hantu. Hii…"

"Hiii…!"
Selentingan demi selentingan kian menyebar, membuat komplek pemakaman pagi itu mendadak riuh bagai pasar. Tidak peduli dengan pihak keluarga yang berduka, gunjingan warga semakin menjadi-jadi.
Terutama ibu-ibu yang memang hobi bergosip. Apalagi Hajah Diana, mertuanya mendiang Misnah, dikenal sebagai wanita angkuh. Janda kaya raya itu memang dikenal judes pada warga, terutama kepada orang miskin.
Meski telah berhaji, ia tetap menjalankan bisnis sebagai rentenir. Bila tak sanggup membayar, maka bersiaplah rumah, kebun atau ternak akan berpindah ke tangan Hajah Diana. Oleh krna itu, ganjilnya pemakaman sang menantu tentu saja jadi kesempatan warga untuk membalas skit hati.
Berbalut bolang merah menyala, hajah Diana tidak menghiraukan gunjingan miring penduduk. Baginya, orang-orang miskin itu hanya iri dengki dengan harta yang ia peroleh.
Di pinggir liang lahat, di antara kerumunan, Jaya duduk terpaku dengan raut wajah kebingungan. Belum hilang kesedihan akan kematian sang istri, kini ia dihadapkan pada kenyataan bahwa jasad Misnah tidak mau dihadapkan ke arah kiblat.
Ia yang sedari tadi berusaha tegar, akhirnya tersungkur dengan air mata berlinang.
Misnah, gadis jelita yang telah ia dinikahi selama 12 tahun, mendadak sakit selama setahun belakangan. Kesehatannya menurun drastis sewaktu Jaya menikah lagi dengan gadis yang lebih muda.
Misnah terpaksa menurut karena tidak mampu memberikan keturunan. Sakitnya Misnah bertambah parah begitu mengetahui madunya hamil muda.
Mariatul namanya, biasa dipanggil Atul. Anak tertua pambakal ( kades ) Sarip itu berselisih usia 10 tahun dengan Jaya. Selepas menamatkan pendidikan Aliyah di Kabupaten, remaja itu dengan hati berbunga menerima pinangan Jaya.
Memang hal lumrah, orang-orang di kampung ini menikah muda. Bahkan, banyak yang baru lulus smp tapi sudah berumah tangga.

Di rumah, Atul masih sibuk mengurus bayi yang baru ia lahirkan.
Istri muda dari anak saudagar kampung itu tidak diperbolehkan untuk ikut mengantar jenazah Misnah ke pemakaman. Menurut kepercayaan orang kampung, wanita yang baru melahirkan tidak diperkenankan menginjak kuburan.
Konon, akan mendatangkan marabahaya. Apalagi, bayi lelakinya belum genap berusia 40 hari.
Jaya mulai hilang kesabaran mendengar gunjingan warga yang bukan-bukan. Hampir saja amarahnya meledak, untung saja ibunya dengan sigap menyabarkan.
Gantian, justru pambakal Sarip, si ayah mertua, yang mengamuk.
"Dasar orang udik! Orang sedang berduka, kalian justru menuduh sembarangan!" bentak pambakal penuh amarah. Matanya melotot seakan mau copot.
Warga yang tadi bergosip langsung terdiam, terutama ibu-ibu yang bermulut tajam. Entah karena malu atau takut, bentakkan pambakal membuat mereka jadi bungkam.
Di dalam liang lahat, keheranan para penggali kubur dan warga masih terjadi. Upaya mereka untuk menghadapkan jasad Misnah ke arah kiblat selalu gagal. Kalimat istighfar, tahlil dan tahmid berkumandang dari mulut warga yang berkerumun di pinggir liang lahat.
"Ustad, bagaimana ini?" tanya salah seorang penggali kubur. Tubuhnya telah basah karena cucuran keringat, sedangkan wajahnya penuh raut kegelisahan.

Ustad Gani yang tadi meminpin doa juga sama bingungnya dengan warga lain.
Mengenakan peci hitam, wajahnya yang bersih menandakan ia banyak menyentuh air wudhu. Namun, meski tahu banyak perihal agama, kejadian janggal ini diluar pengetahuannya.
Ustad muda lulusan pondok pesantren di Martapura itu hanya bisa melafalkan doa, berharap Misnah dilapangkan kuburnya. Sesekali ia memegang pinggang sebelah kiri karena sakit yang telah menahun.
"Jaya, langkahi mayat istrimu!"

Sekonyong-konyong warga menoleh ke sumber suara dari arah belakang. Rupanya suara julak Sarkani, salah satu tetua kampung. Tubuhnya kurus tinggi dan terlihat masih bugar di usia menjelang senja.
Ia dipanggil julak, karena menurut tutur di Kalimantan, saudara tertua dari orang tua kita dipanggil julak. Mungkin semacam Pakde dalam tutur Jawa.
Sedari tadi, hanya julak Sarkani yang tampak tenang. Rambutnya yang sebagian beruban ditutupi kopiah jangang, songkok khas suku Banjar yang terbuat dari anyaman akar. Jemari tangan kirinya memutar-mutar jari manis tangan kanan yang berhias akik kecubung, prtanda sedang berpikir.
Matanya yang tajam mengawasi gerak-gerik pengantar jenazah, mungkin ada yang mencurigakan. Lelaki berusia awal 50an tahun itu menelusuri tiap warga, tapi tak menemukan ada yang janggal.
"Jaya, cepat lakukan! Langkahi mayat istrimu tiga kali. Kasihan dia, jangan tunda lagi penguburannya," sentak julak sekali lagi.

"Jaya, turuti ujar julak," desak hajah Diana.

Meski masih kebingungan, lelaki awal usia 30an tahun itu tidak membantah.
Warga pun semakin banyak bergerombol di pinggir liang lahat, penasaran dengan apa yang akan terjadi.

"Beri jalan! Beri jalan!" hardik pambakal Sarip dibantu beberapa orang perangkat desa.

Setelah warga menyingkir, Jaya mulai mengambil ancang-ancang.
Dengan mengucap bismillah, Jaya melompati liang lahat istri pertamanya itu. Begitu kakinya berhasil mendarat di tumpukan tanah liat, warga serentak menghela nafas lega. Lompatan pertama berhasil, sisa dua lompatan lagi.
Jaya kembali melompat, hingga tiga lompatan berhasil ia rampungkan tanpa kendala. Warga yang berkerumun masih penasaran, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya.
"Sekarang, coba hadapkan jasad Misnah ke arah kiblat," lanjut julak Sarkani.

Ketua penggali kubur mengangguk, lantas mengajak rekannya menuruti perintah julak. Sungguh ajaib, jasad kaku si Misnah berhasil dihadapkan ke arah kiblat dengan mulus.
Gema syukur alhamdulillah lantas bergema, diiringi wajah lega pihak keluarga.

Namun, raut wajah tegang masih tersirat di wajah julak Sarkani. Ia mengedarkan pandang ke sekeliling, mencari sekiranya ada yang mencurigakan.
Kakek itu lantas mengambil sebuah ranting yang tergeletak di antara bariaan nisan, lalu melangkah ke arah pinggir pemakaman.

Warga saling pandang, bertanya-tanya apa kiranya yang hendak dilakukan orang tua itu.
Julak Sarkani berhenti beberapa meter di depan pohon cimpedak, menatap lurus ke salah satu cabang pohon. Setelah mengucap bismillah, ia melempar ranting di tangan ke arah rimbun dedaunan.

Prak…!
Warga tersentak, seekor burung hantu seketika muncul dari balik dedaunan, terbang melesat ke arah hulu kampung. Namun ada yang aneh, burung hantu itu ukurannya lebih besar dari burung hantu biasa. Sebesar ayam kampung jantan.
Demi melihat itu, pambakal Sarip bergegas menghampiri.

"Ada apa, julak?" tanya pambakal.

Julak Sarkani menghela napas panjang, menatap burung hantu tadi yang kini menghilang di balik rimbunnya hutan.
"Entahlah…baru kali ini aku melihat burung hantu berkeliaran di siang hari. Bisa jadi salah satu peliharaan Nini Tuha."

"Nini Tuha?" tanya pambakal lagi.
Julak Sarkani tidak menjawab, ia justru melangkah ke arah warga yang telah hampir selesai menguburkan Misnah. Setengah berlari pambakal Sarip mengejar julak Sarkani, masih penasaran.
"Bersiaplah, Sarip. 40 hari kedepan, kampung kita akan dapat teror mengerikan. Beberapa nyawa lagi akan melayang, menyusul Misnah ke alam baka," lanjut julak dengan nada khawatir.

… bersambung…
Intro dulu ya.. Sampai jumpa malam Senin di jam yang sama.
Yang ingin baca duluan atau sekedar mendukung, Bab 1&2 sudah terserdia di @karyakarsa_id
karyakarsa.com/benbela/sandah…
Novel Parang Maya juga sudah tersedia di Marketplace. Jangan lupa pesan ya 😀
tokopedia.link/POLTpk0kMvb
Terus dukunh saya dengan like, reply, rt dan qrt.
Makasih.
Tabe 😇

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bang Beben

Bang Beben Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @benbela

Jul 7
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 31 : Bara Dendam

Final Update ( TamaT ) Bab terakhir, semoga berkesan. Bantu like, reply, retweet dan quote tweet ya.
Selamat Membaca 😇🙏

@IDN_Horor
#ceritaseram
#ceritaserem
#threadhorror
#ceritahoror
#kalimantan
Rumah pak Gerson tiba-tiba gelap, hanya ada cahaya temaram lilin yang semakin pendek di dalam mangkok malawen. Aku berdiri mematung seraya mengucapkan dzikir dan shalawat. Suaraku putus-putus karena dicekam ketakutan.
Rumah pangggung itu sangat gaduh karena suara perkelahian. Jerit tangis istri dan mertua pak Gerson silih berganti dengan teriakan panik orang-orang di dalam rumah. Malam itu, rumah pak Gerson tak ubahnya ladang pembantaian.
Read 96 tweets
Jul 5
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 29 : Adat Diisi Janji Dilabuh

Bantu retweet dan quote tweet yak. Selamat membaca, tabe 😇🙏

@IDN_Horor
#ceritaserem #ceritahoror #ceritahorror #bacahoror #threadhorror #kasnoout
Setelah dipersilakan masuk, si nenek melangkah tertatih ke dalam rumah. Aku bertindak cepat, memapah tubuhnya yang renta untuk duduk di hadapan pak Salundik. Seorang tukang ojek yang mengantarnya memilih menunggu di teras dengan menggamit sebatang rokok di jemari.
Ibunya Ukar yang tidak kutahu namanya, menatap wajah kami satu-persatu. Sorot matanya menunjukkan rasa getir yang amat sangat akibat kehilangan anak lelaki kesayangan. Pambakal dan mantir yang duduk di samping, menanti dengan gelisah kata-kata yang akan diucapkan nenek ini.
Read 126 tweets
Jul 3
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 27 : Tambi Uban dan Ukar

Jangan like, komen, reply, retweet dan quote tweet yak.

#ceritaserem #threadhorror #bacahoror #ceritahoror #kalimantan
"Aku tidak tahu siapa namanya, tapi orang-orang memanggilnya tambi Uban. Nenek malang itu katanya warga desa Sei Bahandang. Entah apa yang merasukinya untuk berbuat sinting, pastilah ada dendam yang tak bisa ia tuntaskan jika ia masih hidup."
Haji Badri menarik nafas panjang dengan kedua tangan yang terus memegang kemudi kelotok. Sesekali kelotok bergerak ke kiri dan ke kanan menghindari batang-batang kayu yang hanyut dibawa arus.
Read 105 tweets
Jun 30
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 26 : Hantu Banyu

Bantu Retweet dan Quote tweet ya.

@IDN_Horor
#ceritaserem #ceritahoror #ceritamalamjumat #malamjumat #kasnoout Image
Aku tercekat beberapa saat menyaksikan pemandangan mengerikan di depan mata. Tangan pak Salundik melambai-lambai di permukaan, gelagapan meminta tolong. Helai demi helai terus membungkus badannya tanpa ampun.
Tubuhnya timbul tenggelam diseret arus sementera jeritnya semakin melemah.

Aku ingin meminta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa. Hati kecilku merasa bersalah tapi memang tidak ada yang bisa kulakukan kecuali terdiam mematung.
Read 58 tweets
Jun 28
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 25 : Tipuan Penghuni Sungai

Jangan lupa retweet dan quote tweet ya. Selamat membaca

@IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR
#ceritaserem #ceritahoror #threadhorror Image
Tepat pukul lima sore, aku dan pak Salundik ditemani pambakal Bahat dan mantir Tuweh sudah berada di tepi sungai Barito. Kami juga berhasil mendapatkan sebuah perahu jukung milik warga yang bersedia disewa untuk kepentingan ritual di tengah sungai.
"Ada pelampung, mang?" tanyaku.

"Kalau mau, ada ban dalam yang bisa dijadikan pelampung. Biasa digunakan anakku. Kayaknya muat dengan badan pian," sahut pemilik jukung.
Read 50 tweets
Jun 26
Parang Maya : Perang Santet di Tanah Dayak

Bab 23 : Rahasia Di Balik Rahasia

@IDN_Horor #bacahorror #bacahoror #ceritaserem #ceritaseram #threadhorror #kalimantan #dayak #banjar #melayu #santet Image
"Gerson, apa yang kau sembunyikan," ujar pak Salundik lirih, hampir tidak terdengar.

"Sepertinya aku harus bertemu Gerson. Firasatku mengatakan ada yang ia sembunyikan. Mungkin, ada jawaban siapa pengirim parang maya misterius itu," lanjutnya.
Setelah pamit, rombongan kami lantas meninggalkan rumah duka, menyusuri jalan desa menuju rumah pak Gerson. Kali ini, pak Sekdes juga ikut, entah apa tujuannya.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya kami tiba di rumah pak Gerson.
Read 90 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(